Menuju konten utama
FIFA World Cup U-20

Melihat Dampak Batalnya Piala Dunia U-20 ke Elektabilitas Ganjar

Arifki sebut pernyataan Ganjar soal Timnas Israel berdasarkan semangat ideologi, tapi para milenial dan Gen Z tak peduli dengan narasi itu.

Melihat Dampak Batalnya Piala Dunia U-20 ke Elektabilitas Ganjar
Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo memberikan sambutan dalam kegiatan pelestarian budaya bertajuk 1000 Kebaya Untukmu Indonesiaku di Griya Persada Convention Hotel & Resort Bandungan, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, Minggu (21/8/2022).ANTARA FOTO/Aji Styawan/YU

tirto.id - Pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U-20 2023 membuat masyarakat kecewa. Warga yang kesal melampiaskan emosi mereka di media sosial. Mereka menyindir soal penolakan Timnas Israel yang menjadi awal dari polemik hingga berujung pada keputusan FIFA tersebut.

Sejumlah tokoh pun menjadi sasaran kritik warga yang menyayangkan sikap FIFA. Dua di antaranya adalah kepala daerah yang juga kader PDIP, yaitu Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dan Gubernur Bali, I Wayan Koster.

Ganjar sebelumnya menyatakan, penolakan kehadiran Timnas Israel dalam FIFA World Cup U-20 di Indonesia berdasarkan atas komitmen Presiden RI ke-1 Sukarno soal Palestina. Sebagai kader PDI Perjuangan, Ganjar berdalih dirinya memegang teguh amanat Bung Karno untuk terus mendukung kemerdekaan Palestina.

Ia mengaku terus mengamati aksi-aksi kekerasan yang cenderung meningkat di Palestina, serta mencermati kemunculan kelompok politik dalam pemerintahan Israel yang menolak mengakui keberadaan bangsa dan negara Palestina untuk merdeka.

“Karenanya, penting bagi kita untuk tetap menyuarakan dukungan kita kepada perjuangan Palestina merdeka,” kata Ganjar sebagaimana dikutip dari Antara.

Oleh karena itu, Ganjar mendukung sikap PDIP yang menolak kehadiran tim nasional Israel dalam laga Piala Dunia U-20 di Indonesia. Mantan anggota DPR itu meminta panitia bersama pihak terkait untuk mengupayakan langkah terobosan agar penyelenggaraan Piala Dunia U-20 tetap berjalan tanpa kehadiran Timnas Israel.

I Wayan Koster sebagai kader PDIP juga mengatakan hal senada. Gubernur Bali itu menegaskan, penolakan terhadap Timnas Israel bukan siakp pribadinya, melainkan sikap pemerintah. Ia sebagai kepala daerah hanya menyampaikan atas sikap tersebut.

Sotak, setelah FIFA memutuskan Piala Dunia U-20 batal digelar di Indonesia, masyarakat pun mengritik habis-habisan Koster dan Ganjar.

Ganjar sempat merespons soal pembatalan Indonesia sebagai tuan rumah. Ia mengaku kecewa atas keputusan FIFA.

“Ya kecewalah, kita sudah siapkan sejak awal kok, kan, tinggal beberapa catatan saja yang bisa kita lakukan,” kata dia di Semarang sebagaimana dikutip Antara, Kamis (30/3/2023).

Ganjar meminta semua pihak menunggu keputusan FIFA. Ia juga meminta kepada Timnas Indonesia untuk tetap bersemangat dan terus berlatih.

“Ini bukan kiamat, harus terus berlatih dan membangun persepakbolaan Indonesia dengan serius dan utuh karena masih banyak ajang yang bisa disiapkan dengan baik,” kata Ganjar.

Berpengaruh terhadap Elektabilitas?

Manajer Riset dan Program dari The Indonesian Institute, Center for Public Policy Research (TII), Arfianto Purbolaksono menilai, keputusan pembatalan FIFA World Cup U-20 berdampak negatif bagi elektoral Ganjar. Sebagai catatan, Ganjar merupakan satu dari tiga kandidat terkuat bakal capres saat ini di berbagai survei.

Arfianto mengatakan, Ganjar berpotensi kehilangan suara dari para pemilih muda akibat sikapnya tentang World Cup U-20.

“Patut diperhatikan bahwa gelaran Piala Dunia U-20 merupakan hajatan Indonesia. Ada harapan banyak pihak, terutama dari kalangan pemilih muda yang gandrung akan olahraga sepakbola dan memiliki mimpi Timnas Indonesia berlaga di Piala Dunia U-20,” kata Arfianto.

Arfianto mengatakan, pertama pernyataan menolak keikutsertaan Timnas Israel yang dilakukan oleh Ganjar tidak memperhatikan konsekuensi dari FIFA.

“Kedua, pernyataan ini tidak memperhatikan aspirasi kelompok pemilih terbesar dalam Pemilu 2024 yaitu pemilih muda. Jika diproyeksikan, persentase pemilih muda kurang lebih akan sebanyak 60 persen dari total pemilih Pemilu 2024,” kata Arfianto.

Arfianto mengatakan, para kandidat yang akan berlaga di pemilu mendatang, termasuk kandidat calon presiden, seharusnya melihat aspirasi anak-anak muda yang ingin melihat Timnas Indonesia berlaga di Piala Dunia U-20.

“Berdasarkan riset TII dengan metode angket pada Desember 2022, keterlibatan anak muda dengan dunia politik sangat kecil, dan mereka juga tidak dekat dengan partai politik. Seharusnya kandidat dan partai politik dapat menjangkau anak muda dengan memahami aspirasi mereka. Misalnya dalam konteks ini yaitu bagaimana Indonesia seharusnya dapat memanfaatkan momentum untuk berkiprah secara global dengan menyelenggarakan sekaligus berlaga di Piala Dunia U-20,” kata Arfianto.

Sementara itu, analis politik dari Aljabar Strategic, Arifki Chaniago berpendapat, elektabilitas Ganjar akan terpengaruh. Sebab, kata dia, pernyataan Ganjar akan sangat mempengaruhi posisinya jika berpartisipasi dalam Pemilu 2024.

“Ganjar ini kan salah satu calon capres potensial di 2024. Pernyataanya yang ikut menolak Timnas Israel dengan berdampak dibatalkannya Indonesia tentu berpengaruh secara elektoral. Ganjar menolak itu tidak salah, tetapi dengan dibatalkannya piala dunia tentu banyak pemilih muda penyuka bola yang menganggab Ganjar ikut jadi bagian dari pembatalan ini,” kata Arifki kepada Tirto.

Arifki memahami bahwa pernyataan Ganjar berdasarkan semangat ideologi dan sikap politik Indonesia. Jika dilihat dari kacamata ideologi dan sikap politik, maka aksi Ganjar sudah benar. Akan tetapi, generasi muda seperti milenial maupun Gen Z tidak peduli dengan narasi tersebut. Hal itu terlihat dari serbuan netizen kepada media sosial Ganjar yang mengkritik habis sikap sang gubernur.

Selain itu, sikap politik Ganjar yang berbeda dengan Jokowi soal Timnas Israel memperlihatkan bahwa Ganjar berada pada posisi yang berbeda. Perbedaan pendapat ini bisa saja berdampak terhadap dukungan Jokowi terhadap Ganjar di Pilpres 2024.

“Kejadian ini mungkin saja menyebabkan Ganjar untuk dikaji lagi sebagai harapan penerus Jokowi. Jokowi berkemungkinan mengalihkan dukungan terhadap figur lain yang tergolong sebagai orang presiden. Ya, ada Prabowo, Airlangga, atau figur lain," kata Arifki.

Arifki menambahkan, elektabilitas Erick Thohir juga berpotensi terganggu. Ia mengatakan, Erick sebagai Ketua Umum PSSI berpotensi mengkapitalisasi World Cup U-20 untuk kepentingan politik jelang Pemilu 2024. Namun, potensi Erick mengambil keuntungan elektoral dari gelaran Piala Dunia U-20 gagal seiring dengan batalnya Indonesia jadi tuan rumah ini.

Akan tetapi, Arifki menilai, pembatalan World Cup U-20 tidak bisa dikaitkan dengan upaya menjegal peningkatan elektabilitas Ganjar atua Erick. Ia hanya menilai bahwa pemilih Gen Z, terutama penikmat olahraga akan kecewa dengan pihak yang diduga berkaitan dengan pembatalan World Cup U-20.

“Artinya kelompok-kelompok milenial, Gen Z yang artinya cukup jauh-jauhan dengan isu ideologis, tapi lebih dekat dengan kepastian kegiatan olahraga kecewa dengan pembatalan FIFA, tentu mau nggak mau Erick maupun Ganjar akan disalahkan," kata Arifki.

Arifki mengakui bahwa situasi saat ini bisa menguntungkan lawan politik Ganjar, seperti Anies Baswedan maupun Prabowo Subianto. Sebab, kemarahan masyarakat hanya menyasar Erick dan Ganjar yang dinilai mempengaruhi sikap FIFA yang membatalkan Piala Dunia U-20 di Indonesia.

Indonesia Batal Jadi Tuan Rumah World Cup U-20

FIFA telah mengumumkan Indonesia resmi batal menjadi penyelenggara FIFA World Cup U-20. Keputusan tersebut diumumkan FIFA usai Presiden FIFA, Gianni Infantino bertemu dengan Ketua Umum PSSI, Erick Thohir.

“Berkaitan pertemuan hari ini antara Presiden FIFA Gianni Infantino dan Presiden PSSI Erick Thohir, FIFA memutuskan karena situasi terkini, membatalkan Indonesia sebagai tuan rumah FIFA U-20 World Cup 2023,” demikian bunyi keterangan FIFA.

FIFA menegaskan bahwa jadwal pertandingan tidak akan berubah. Namun, mereka memastikan bahwa ada potensi sanksi yang akan diberikan FIFA kepada PSSI.

“Potensi sanksi diberikan kepada PSSI akan ditentukan di kemudian hari," bunyi keterangan resmi tersebut.

Erick Thohir bertemu dengan Gianni di Doha, Qatar, Rabu (29/3/2023). Erick mengaku sudah berupaya agar pelaksanaan World Cup U-20 tetap digelar di Indonesia. Namun, usahanya tersebut gagal.

“Saya sudah berjuang maksimal. Setelah menyampaikan surat dari Presiden Jokowi, dan berbicara panjang dengan Presiden FIFA, Gianni Infantino, kita harus menerima keputusan FIFA yang membatalkan penyelenggaraan event yang kita sama-sama nantikan itu,” kata Erick dalam pernyataan tertulis.

Ia juga mengatakan bahwa keputusan FIFA adalah wewenang FIFA sebagai lembaga sepakbola dengan 211 anggota. Keputusan FIFA tidak bisa ditolak karena Indonesia adalah bagian dari FIFA.

“Meskipun saya tadi sudah menyampaikan segala hal kepada Gianni, apa yang dititipkan Presiden, pecinta sepakbola, anak-anak timnas U-20, dan juga suporter setia sepakbola, tapi karena kita anggotanya dan FIFA menilai situasi saat ini tidak bisa dilanjutkan penyelenggaraannya, maka kita harus tunduk,” lanjut Erick.

Erick pun meminta semua pihak untuk tegar dan menerima keputusan berat FIFA.

Baca juga artikel terkait PEMILU 2024 atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Politik
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz