Menuju konten utama

Megaskandal Seungri dan Molka, Sisi Kelam Gemerlap K-Pop

Sejumlah nama besar dalam industri K-Pop terlibat dalam skandal prostitusi dan narkoba, termasuk Seungri eks anggota BigBang.

Seungri, tengah, anggota dari boy band K-pop populer Big Bang, berbicara pada saat kedatangannya di Kantor Polisi Metropolitan Seoul di Seoul, Korea Selatan, Kamis, 14 Maret 2019. Foto AP / Ahn Young-joon

tirto.id - Dalam beberapa bulan terakhir, jagat K-Pop sedang diguncang skandal yang menimpa Seungri, mantan personel boyband BigBang. Penyebabnya ada dua. Pertama, kasus penyerangan, kekerasan seksual, dan peredaran narkoba di klub Burning Sun yang pernah dikelola Seungri. Kedua, kasus prostitusi yang melibatkan sejumlah artis pria di industri Kpop.

Terkait kasus kedua, sejak Kamis (14/3) lalu, Seungri telah menjalani sesi interogasi dari polisi. Ia tidak sendiri, polisi juga menginterogasi penyanyi pop-rock jebolan reality show Superstar K4, Jung Joon Young.

“Tindakan penyimpangan oleh beberapa penghibur dan orang kaya sangat mengejutkan,” kata Perdana Menteri Korsel Lee Nakyon pada hari yang sama dalam sebuah pertemuan seperti dilaporkan Bloomberg. “Polisi harus turun ke bawah untuk membawa keadilan.”

Seungri dan Joon Young telah menyampaikan permintaan maaf kepada publik. Tak hanya itu, Seungri telah mengumumkan ia keluar dari BigBang dan agensi YG Entertainment, sementara Joon Young mengumumkan bahwa ia pensiun dari industri hiburan dan telah diputus kontraknya oleh agensinya MAKEUS Entertainment.

Berawal dari Burning Sun

Megaskandal yang menjerat Seungri mulai mencuat pada awal tahun ini. Seperti dilansir Inquirer, MBC News Desk melaporkan adanya kasus penyerangan di klub malam Burning Sun. Korban, yang disebut Kim, mengatakan kepada sebuah komunitas daring bahwa ia diserang oleh direktur dan petugas sekuriti dari klub tersebut pada 24 November 2018. Kim, dalam keterangannya, mengklaim bahwa penyerangan itu terjadi setelah ia berusaha menolong seorang wanita yang mengalami pelecehan seksual. Namun, Kim malah ditangkap oleh polisi dan dinyatakan sebagai pelaku penyerangan.

Pada 29 Januari 2019, Kim menyerahkan petisi ke kantor kepresidenan Korsel, agar ada investigasi terhadap kasus penyerangan ini. Sehari setelahnya, KBS News melaporkan testimoni mantan karyawan Burning Sun terkait viralnya video pelecehan seksual yang terjadi pada malam penyerangan tersebut. Sang mantan karyawan juga mengindikasikan adanya penggunaan narkoba di ruang VIP klub tersebut.

Tidak butuh waktu lama, nama Seungri pun mulai bermunculan di media. Ini karena pria bernama asli Lee Seung-hyun tersebut pernah menjadi direktur eksekutif Burning Sun. Pada 1 Feburari, CEO YG Entertainment, Yang Hyun Suk mengeluarkan pernyataan yang mengatakan bahwa Seungri sudah tidak menjabat sebagai direktur eksekutif klub tersebut. Ini karena Seungri akan segera melakukan wajib militer.

Seungri kemudian mengatakan dalam akun Instagram-nya bahwa ia tidak berada di klub tersebut ketika penyerangan terjadi dan mengutuk terjadinya tindak kekerasan. Ia juga mengatakan bahwa ia hanya bertanggung jawab untuk promosi klub itu, bukan kegiatan operasi harian.

CEO Burning Sun, Lee Moon-ho mengamini hal itu. Dalam akun Instagramnya, ia mengatakan Seungri tidak bertanggung jawab atas kasus ini. Ruang VIP, lanjut Moon Ho, juga akan ditutup dari klub tersebut.

Skandal ini berujung pada penutupan Burning Sun pada 17 Februari seiring proses investigasi polisi terhadap perdagangan narkoba di klub-klub yang berada di distrik Gangnam. Tiga hari setelahnya, polisi mengatakan mereka sedang dalam proses investigasi terhadap para eksekutif Burning Sun, termasuk Seungri.

Skandal Prostitusi

Namun, hanya dalam waktu enam hari, skandal kedua mulai menghantui Seungri. Seiring investigasi polisi terhadap Burning Sun, SBS funE melaporkan bahwa ada percakapan antara Seungri, Yoo In-suk, seorang pegawai dalam aplikasi pesan instan Kakao Talk pada 6 Desember 2015. Percakapan itu mengindikasikan bahwa Seungri memerintahkan karyawan untuk menyewa jasa wanita yang dapat ‘menghibur’ tamu dari Taiwan.

Wartawan yang melaporkan skandal ini adalah Kang Kyung-yoon. Sebagai catatan, dia merupakan salah satu wartawan kunci yang melakukan investigasi terhadap kasus korupsi yang menjerat mantan presiden Korsel Park Geun-hye.

Skandal ini kemudian berkembang setelah SBS kembali melaporkan bahwa Jung Joon Young membagikan video spy-cam (video yang dibuat dengan menggunakan kamera tersembunyi) dalam sebuah grup pesan instan yang menampilkan adegan seks antara dirinya dengan seorang wanita.

SBS juga melaporkan Seungri berada di dalam grup tersebut bersama dengan sejumlah artis pria lainnya, seperti Insuk, mantan anggota band FT Island Choi Jong-hoon. (Ralat: sebelumnya tertulis mantan anggota Highlight, Yong Jun-hyung masuk dalam grup, tapi hanya terlibat one on one chat dengan Joon Young).

Polisi, seperti dikutip NPR, menyebut isi percakapan dalam grup itu adalah saling tukar komentar dan video seks yang melibatkan wanita yang dibuat mabuk oleh obat, dan tidak sadar dirinya direkam kamera tersembunyi. Dalam salah satu percakapan, tampak bahwa Joon Young berkomentar pada sebuah video seks salah seorang anggota grup dengan seorang wanita yang tidak sadar.

“Kamu memperkosanya, LOL (Laughing Out Loud/tertawa terbahak-bahak).”

Skandal ini jelas menghantam industri hiburan Korsel. Situasi ini boleh jadi akan berdampak pada perekonomian negara tersebut. Dari data Bloomberg, gelombang Hallyu Korea telah memberikan dampak luar biasa, salah satunya, pada industri pariwisata negara tersebut. Jumlah wisatawan asing, misalnya, telah meningkat sebesar 190 persen sejak tahun 2000.

infografik skandal prostitusi idol korea

infografik skandal prostitusi idol korea

Patriarki, Pelecahan Perempuan, dan Molka

Protes dan demonstrasi bermunculan ketika kasus ini naik ke permukaan. Salah satunya ketika ratusan pengunjuk rasa melakukan protes di depan dua klub di Gangnam yang memiliki hubungan dengan Seungri. Mereka menuntut dihentikannya kebiasaan di Korsel yang memandang perempuan sebagai obyek seksual.

“Industri [hiburan] di Korea, seperti halnya di tempat lain, adalah klub anak laki-laki,” kata Jang Yun-mi, juru bicara Asosiasi Pengacara Wanita Korea yang berbasis di Seoul. “Selebritas ini adalah laki-laki di industri hiburan yang patriarkal, dan mereka lolos dengan mudah ketika terlibat dengan kejahatan seksual yang serius.”

Secara tidak langsung, skandal ini juga menunjukkan adanya masalah serius terkait pornografi dalam masyarakat Korsel: molka, istilah untuk menyebut video hasil dari video tersembunyi. Yang paling banyak menjadi korban dari video ini biasanya adalah perempuan. Lokasinya bisa beragam, mulai di kamar ganti toko, kamar mandi, hingga ruang privat tempat berhubungan intim.

Menurut Han Sol, aktivis Flaming Feminist Action, seperti dikutip dari CNA Lifestyle, molka sudah sejak lama menjadi konsumsi para pria Korea. Tidak hanya itu, mereka juga kerap membagikannya sebagai sebuah bentuk hiburan atau sebagai cara untuk memperkuat ‘ikatan persahabatan antar laki-laki.”

Masih dari NPR, meski sudah disebut sebagai negara modern dengan kehidupan digital yang merasuk ke dalam tiap lapisan masyarakatnya, Korsel masih menjadi salah satu negara tempat wanita belum diperlakukan secara setara. Kurikulum sekolah di Korsel bahkan mengajarkan bahwa dalam serangan seksual, korban adalah pihak yang harus disalahkan.

Situasi ini kemudian dikombinasikan dengan maraknya molka, membuat wanita di Korea berada dalam posisi yang sangat rentan. Berdasarkan pernyataan dari polisi, diperkirakan lebih dari 6.000 kasus molka dilaporkan terjadi setiap tahun. Sebagian besar korbannya adalah wanita dan seringkali mereka tidak sadar bahwa gambar-gambar mereka disebarluaskan. Sebuah studi pada 2018 oleh Korean Women Lawyers Association menemukan bahwa 89 persen kejahatan molka dilakukan oleh orang tak dikenal.

Lalu apakah skandal besar di dunia hiburan Korea ini bisa mengubah kultur ini? Hingga sekarang, belum ada jawabannya. Sejarah menunjukkan bahwa industri hiburan Korsel sangat lunak terhadap selebriti yang tersandung kasus kekerasan seksual dan narkoba. Joon Young adalah contoh utamanya.

Tiga tahun lalu, Young sudah pernah tersandung kasus molka yang melibatkan pacarnya sendiri. Namun, dia masih terus tampil di televisi dan jadi selebritas seolah dia tak pernah tersangkut kasus apapun.

Namun Jenna Gibson, kolumnis The Diplomat dan pengamat K-Pop, berpendapat bahwa kali ini publik Korsel tidak akan dengan mudah melupakan skandal besar Seungri. Ini karena gerakan seperti #MeToo dan penegakan hak-hak perempuan sudah mulai marak terjadi di Korsel.

“Hal-hal yang diduga dilakukan oleh para lelaki ini menusuk tepat di jantung jurang sosial terbesar di Korea saat ini,” sebutnya.

Baca juga artikel terkait KASUS PELECEHAN SEKSUAL atau tulisan lainnya dari Ign. L. Adhi Bhaskara

tirto.id - Hukum
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Nuran Wibisono