Menuju konten utama

Mbah Gotho dan Peristiwa Besar yang Dilewatinya

Jika usia Mbah Gotho benar, maka bukan hanya melewati rekor umur tertua di dunia, tetapi ia telah menjadi saksi hidup berbagai peristiwa besar dunia dan nasional.

Mbah Gotho dan Peristiwa Besar yang Dilewatinya
Sodimejo atau akrab disapa Mbah Gotho beraktivitas di rumahnya di Desa Sambungmacan, Sragen, Jawa Tengah. [ANTARA FOTO/Maulana Surya]

tirto.id - “Aku mau hidup seribu tahun lagi” tutup Chairil Anwar dalam puisinya berjudul “Aku”. Semata-mata, Chairil Anwar ingin hidup lebih lama meskipun ia menyadari keterbatasan usianya. Kala ajalnya tiba, ia tidak ingin seorangpun untuk meratapinya.

Narasi panjang umur bagi sebagian besar orang tampaknya banyak diamini untuk benar-benar terjadi. Dalam setiap ulang tahun lazim ditemui doa dan harapan untuk panjang umur tidak luput untuk dipanjatkan.

Namun, tidak demikian dengan Suparman Sidomejo. Pria yang akrab dipanggil Mbah Gotho tersebut baru-baru ini mengungkapkan kalau ia sedang menunggu kematiannya. "Saya hanya ingin mati. Cucu-cucu saya semuanya sudah mandiri," katanya seperti dikutip dari Telegraph.

Dia sudah hidup lebih lama dari istri, saudara, bahkan anak-anak. Usianya kini sudah 145 tahun. Ia bahkan telah menyiapkan nisan dan peralatan pemakaman untuk dirinya sendiri sejak tahun 1992 lalu agar nantinya tidak menyusahkan cucu-cucunya yang saat ini menemaninya.

Ingatannya cukup kuat ketika bercerita soal keberadaan pabrik gula zaman Belanda bernama Suikerfabriek Gondang Winangoen dekat tempat kelahirannya yang didirikan tahun 1860. “Kalau musim giling itu suara mesinnya keras terdengar sampai ke kampung. Dulu saya suka main di pabrik. zaman dulu itu jalan besar tidak ada kendaraan, motor, bus. Tidak seperti sekarang," ungkap Mbah Gotho dilansir dari BBC Indonesia.

Di Kartu Tanda Penduduk, Mbah Gotho lahir pada tanggal 31 Desember 1870 di Sragen Jawa Tengah. Dengan perhitungan tersebut, akhir Desember nanti Mbah Gotho genap berusia 146 tahun. Ia telah melampaui jauh angka harapan hidup di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) pada 2015 menyatakan angka harapan hidup orang Indonesia hanya berkisar 70,1 tahun saja.

Saat ini, rekor untuk manusia tertua di bumi masih resmi dipegang oleh Jeanne Calment seorang perempuan dari Perancis yang hidup mulai 1875 sampai 1997, menembus usia 122 tahun. Sedangkan manusia tertua lainnya yang masih hidup dan juga telah diakui dunia dipegang oleh Emma Morana, seorang perempuan dari Italia yang lahir pada 29 November 1899 dengan umur saat ini 116 tahun.

Jika benar penuturan dari perangkat desa dan orang-orang setempat mengenai Mbah Gotho yang sudah berumur lebih dari satu seperempat abad tersebut, maka berarti simbah telah melewati peristiwa-peristiwa besar dari akhir abad ke 19 sampai sekarang.

Peristiwa Besar

Dari abad ke 19, tepatnya tahun 1870 ketika Mbah Gotho lahir, di belahan bumi lainnya sedang terjadi Revolusi Industri Kedua terutamanya di Britania Raya, Jerman dan Amerika Serikat. Ini ditandai dengan berkembangnya teknologi dan penemuan seperti sistem elektrik, peralatan mesin, Pembuatan kertas, minyak tanah, bahan kimia, teknologi maritim, karet, sepeda, mobil, mesin dan turbin, telekomunikasi, manajemen bisnis modern sampai pada transportasi kereta api.

Pada 1883 juga tercatat Gunung Krakatau yang berada di selat Sunda meletus. Ledakannya dianggap yang terkeras hingga 3.000 mil dari titik asal. Ledakannya setara dengan 200 megaton TNT. Menurut catatan resmi dari pemerintah kolonial Hindia Belanda, 165 desa dan kota di dekat Krakatau hancur. Setidaknya 36.417 orang meninggal, dan ribuan lainnya luka-luka.

Masa hidup Mbah Gotho di akhir abad ke 19 juga dilalui oleh kematian tokoh-tokoh besar dunia, seperti Mikhail Bakunin (1876), Friedrich Engels (1895), Vincent van Gogh (1890), Fyodor Dostoyevsky (1881), Charles Darwin (1882) dan masih banyak lagi.

Memasuki abad ke-20, ketika usia Mbah Gotho masuk 30 tahun, banyak peristiwa besar yang mengubah hampir sebagian besar tatanan dunia yang berpengaruh hingga saat ini.

Dimulai dengan Perang Dunia I pada 1914 yang dipicu peristiwa pembunuhan pewaris takhta Kekaisaran Austro-Hungaria, Erzherzog Franz Ferdinand oleh Gavrilo Princip dari organisasi Bosnia Muda, sebuah gerakan pembebasan Bosnia Serbia. Perang besar ini berakhir pada 11 November 1918

Pada tahun 1917, di belahan Eropa Timur bergejolak dengan Revolusi Rusia. Ini ditandai dengan berhasilnya menggulingkan feodalisme Kekaisaran Tsar dan menumpas Kaisar Nicholas II beserta keluarganya. Ketika itu dengan segera gelombang revolusi komunis di seluruh Eropa terjadi untuk merealisasikan konsep sosialisme.

Belum puas setelah Perang Dunia Pertama, pada tahun 1939 saat usia Mbah Gotho memasuki 69 tahun, meletus lagi Perang Dunia Kedua dengan penyebab yang tidak jauh dari dampak jangka panjang Perang Dunia Kedua yang berakhir pada 2 September 1945.

Peristiwa Holocaust di daratan Jerman atas restu Adolf Hitler juga berlangsung saat Mbah Gotho berusia 71 tahun. Dimulai pada tahun 1941, 6 juta orang Yahudi dibunuh dalam upaya pembersihan etnis di Jerman. Data lain menyebutkan telah menyentuh 11 juta orang jika ditotal dengan etnis lain non-Yahudi. Pembantaian ini berlangsung di wilayah kekuasaan Nazi Jerman sampai pada tahun 1945.

Berbalik lagi, gejolak nasionalisme di Hindia Belanda juga dilalui oleh usia Mbah Gotho. Pada 17 Agustus 1945 saat pembacaan teks proklamasi oleh Bung Karno, usia Mbah Gotho sudah mencapai 75 tahun. Saat peristiwa besar jatuhnya kekuasaan Presiden Soekarno lewat Gerakan 30 September 1965 yang menewaskan ratusan ribu hingga jutaan rakyat, usia Mbah Gotho sudah memasuki 95 tahun.

Mbah Gotho juga melewati peristiwa Kerusuhan 1998 juga serangkaian demo besar-besaran menuntut Soeharto turun dari 32 tahun berkuasa. Saat itu usia Mbah Gotho sudah mencapai 128 tahun.

Memasuki abad 21 yang dimulai dari tahun 2001 umur Mbah Gotho sudah memasuki angka 131 tahun. Abad 21 diwarnai dengan munculnya ekonomi global dan konsumerime di Dunia Ketiga. Terorisme dan peran Revolusi Digital yang terus terasa hingga detik ini. Juga munculnya Generasi Y dan Generasi Z di negara-negara Barat bahkan sampai di Indonesia.

Bagi Generasi Y, tentu sangat ingat peristiwa 11 September 2001 saat Al-Qaeda membajak empat pesawat komersial. Dua di antaranya ditabrakkan ke World Trade Center, salah satu ke Pentagon dan satu ke lapangan di Shanksville, Pennsylvania Amerika Serikat dengan korban tewas hampir 3.000 orang. Segera setelah itu, Amerika Serikat menyatakan perang terhadap terorisme.

Pada 2 Mei 2011, pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden, yang bertanggung jawab atas peristiwa serangan 9/11 tewas dalam serangan di kompleks di Abbottabad, Pakistan oleh Navy Seal Amerika Serikat. Kala itu, Mbah Gotho sudah menginjak umur 141 tahun.

Di usia Mbah Gotho yang terus bertambah, pada 2014 di Suriah muncul kelompok militan ISIS di tengah-tengah perang saudara yang merajalela di sana. Mereka cepat dikenal dunia karena serangkaian aksi brutal, wilayah kekuasaan yang makin meluas dan media propagandanya yang disebar di seluruh dunia. Amerika Serikat memimpin koalisi lebih dari 50 negara untuk menghancurkan ISIS.

Ya, tidak semu peristiwa besar dunia maupun nasional selama kurun waktu tersebut tercatat semua. Masih akan sangat panjang apabila seluruhnya dicantumkan.

Kebenaran Usia

Di Indonesia, Mbah Gotho tidak sendiri. Tahun lalu, seorang nenek asal Purwakarta yang akrab disapa Nenek Anami membuat pengakuan bahwa usianya sudah 140 tahun. Dilansir BBC Indonesia, cucunya mengatakan bahwa mendapat kesimpulan mengenai usia Nenek Anami berdasarkan cerita dari warga setempat dan para tetua di kampung. Ditambah cerita dari Nenek Anami sendiri yang pernah merasakan jaman Jepang dan Belanda.

Kabar terakhir, untuk memastikan cerita tentang usia Nenek Anami, Pemkab setempat akan melakukan serangkaian tes DNA. Ini juga salah satu syarat untuk mengikuti kompetisi manusia tertua di dunia.

Sebelumnya, pengakuan tentang orang tertua juga datang dari Tanah Toraja Sulawesi Selatan. Media lokal setempat menurunkan liputan mengenai Maria Kabiung atau akrab dipanggil Nenek Dessi yang diyakini keluarganya telah berumur 136 tahun. Nenek Dessi tidak memiliki data otentik soal tanggal atau tahun kelahirannya dan memori penanda umurnya saat peristiwa Raba Baeng yang merujuk pada Perang Dunia Pertama.

Mbah Gotho sendiri telah memiliki KTP reguler yang menunjukkan tanggal dan tahun kelahirannya menjadi acuan umurnya saat ini. Namun, tanggal dan kelahiran yang tercantum itu hanya berdasar pada pengakuannya saat lancar berkomunikasi. Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kabupaten Sragen, Wahyu Lwyanto mengatakan bahwa Kartu Keluarga dapat menjadi rujukan tentang keabsahan tanggal dan tahun kelahiran. Tetapi ia juga menjelaskan bahwa di Zaman itu tentu belum terbit akta kelahiran.

Untuk menghindari klaim yang sepihak dan tidak melalui penelusuran ilmiah lebih lanjut, dalam menentukan standart internasional untuk usia manusia tertua modern sejatinya telah dibentuk badan internasional yang secara khusus meneliti perihal umur panjang seperti Gerontology Research Group ( GRG) atau Guinness World Records (GWR).

Namun, apabila memilih untuk tidak ditelusuri secara lebih lanjut untuk kemudian diakui secara internasional, maka Mbah Gotho akan bergabung dengan pengakuan orang tertua di belahan bumi lain yang tanpa catatan verifikasi dan bahkan konon lebih tua dari Mbah Gotho seperti James Olofintuyi berusia 171 tahun dari Nigeria dan Dhaqabo Ebba berusia 163 tahun dari Ethiopia.

Baca juga artikel terkait MANUSIA TERTUA DI DUNIA atau tulisan lainnya dari Tony Firman

tirto.id - Humaniora
Reporter: Tony Firman
Penulis: Tony Firman
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti

Artikel Terkait