Menuju konten utama

Masyarakat Jangan Takut Konsumsi Daging Babi

Komang menjelaskan, akibat maraknya isu babi yang terinfeksi penyakit meningitis streptococcus suis (MSS) di media sosial juga berdampak terhadap ekonomi masyakat di Bali khususnya para peternak babi dan penyedia kuliner dengan olahan daging tersebut.

Masyarakat Jangan Takut Konsumsi Daging Babi
Pedagang memotong daging babi di Pasar Badung, Denpasar, Bali, Rabu (15/3). Penjualan daging babi menurun akibat penyebaran penyakit Meningitis Babi atau meningitis streptococcus suis (MSS) di Bali beberapa waktu terakhir. ANTARA FOTO/Fikri Yusuf.

tirto.id - Masyarakat tidak perlu khawatir dan takut untuk mengkonsumsi daging babi yang diisukan terinfeksi penyakit meningitis streptococcus suis (MSS) atau meningitis babi. Hal itu disampaikan Ketua Asosiasi Ilmuan Peternakan (AIP) Universitas Udayana (Unud) Prof Komang Budarsa dalam acara diskusi kajian ilmiah streptococcus suis yang digelar Dewan Pimpinan Kabupaten (DPK) Peradah Badung dan BEM Peternakan Unud.

"Masyarakat tidak perlu khawatir akan kesehatan daging babi saat ini, karena dari hasil pemeriksaan laboratorium dari Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali sudah menyatakan sampel darah babi di sejumlah daerah negatif," kata Prof Komang Budarsa di Denpasar, Kamis (16/3/2017).

Lebih lanjut Komang menjelaskan, akibat maraknya isu tersebut di media sosial juga berdampak terhadap ekonomi masyakat di Bali khususnya para peternak babi dan penyedia kuliner dengan olahan daging tersebut.

Komang Budarsa juga menegaskan bahwa masyarakat harus beri pengetahuan terkait dengan penyakit MSS itu. "Tidak semua babi yang ada di Bali terjangkit atau terinfeksi MSS, sehingga masyarakat di Pulau Dewata jangan takut mengkonsumsi daging babi, karena apabila daging itu diolah dengan higenis dan benar maka kuman yang ada di dalamnya akan mati," kata Komang.

Komang menjelaskan bahwa ciri-ciri dari babi yang terinfeksi MMS itu biasanya mengalami pembengkakan pada sendi kaki, kurangnya nafsu makan pada babi, kulitnya terlihat kemerahan, terdapat ingus dan ngorok dan batuk darah pada hewan itu.

"Penularan penyakit ini dapat melalui kontak kulit babi yang terinfeksi, khusunya kulit babi yang terluka, mengkonsumsi daging babi yang masih mentah atau diolah tidak matang," kata dia.

Selain itu, ia juga menyarankan kepada peternak agar rajin membersihkan kandang dengan desinfektan setiap seminggu sekali, menjaga kebersihan tempat pakan babi, tidak memberikan pakan sisa dari hewan yang sakit, jangan memotong babi yang sakit dan tidak membuang limbah secara sembarangan.

Jika hendak memasak daging babi, kata dia, harus dimasak dengan suhu di atas 56 derajat celcius agar terhindar dari bakteri penyakit itu. "Untuk masyarakat yang doyan mengkonsumsi daging babi guling tidak perlu khawatir, karena babi guling dimasak selama dua jam dengan suhu panas arang 110 derajat celcius," ujarnya.

Senada dengan Komang, Ketua DPK Paradah Badung I.B Angga Purana Pidada juga mengimbau kepada masyarakat untuk tidak ikut cemas dengan daging babi yang saat ini dijual dipasaran, karena sudah dinyatakan negatif tidak terinfeksi MSS.

"Hal ini kita sudah sempat tanyakan kepada dinas terkait melalui tim peneliti kita yang menyatakan bahwa, daging babi di sejumlah daerah yang telah diambil sampel tidak terinfeksi MSS," ujar Angga dikutip dari Antara.

Baca juga artikel terkait DAGING BABI atau tulisan lainnya dari Alexander Haryanto

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Alexander Haryanto
Penulis: Alexander Haryanto
Editor: Alexander Haryanto