Menuju konten utama

Ma'ruf Amin Sebut Ekonomi Syariah Indonesia Tertinggal

Capaian Indonesia di industri keuangan syariah yang masih kalah dibanding negara-negara muslim tetangga seperti Mesir, Malaysia, dan Pakistan.

Ma'ruf Amin Sebut Ekonomi Syariah Indonesia Tertinggal
Wakil Presiden Ma'ruf Amin (kiri) menjawab pertanyaan media di Kantor Wapres, Jakarta, Jumat (8/11/2019). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/foc.

tirto.id - Wakil Presiden RI, Ma'ruf Amin menyatakan ekonomi syariah Indonesia masih tertinggal. Hal itu Ma'ruf terlihat dari capaian Indonesia di industri keuangan syariah yang masih kalah dibanding negara-negara muslim tetangga seperti Mesir, Malaysia, dan Pakistan.

"Berkembangnya ekonomi keuangan syariah Indonesia akan memperkokoh ketahanan ekonomi nasional. Kegiatan ekonomi umat masih tertinggal. Dengan keterlibatan umat semakin besar dalam ekonomi bisa meningkatkan kesejahteraan," ucap Ma'ruf dalam sambutannya di Indonesia Shariah Economic Festival (ISEF) ke-6, Rabu (13/11/2019).

Ma'ruf mengatakan per Januari 2019, pangsa pasar keuangan syariah di Indonesia termasuk perbankan dan asuransi baru mencapai 8,6 persen. Khusus untuk perbankan syariah bahkan baru mencapai 5,6 persen.

Angka tersebut menurut Ma'ruf lebih rendah dari capaian negara tetangga lainnya. Sebut saja pangsa pasar keuangan syariah Mesir yang mencapai 9,5 persen, Pakistan 10,4 persen, dan Malaysia 28,2 persen.

"Kita ingin mengejar negara dengan penduduk mayoritas Muslim lainnya yang sudah lebih maju dari pada kita," ucap Ma'ruf.

Ketika ditanya mengenai seberapa besar dampak ekonomi syariah Indonesia pada kesejahteraan, Ma'ruf sendiri juga belum dapat menjawabnya. Ia menyatakan dampaknya memang belum banyak terasa karena volumenya masih kecil.

Selanjutnya ia mau agar Indonesia benar-benar mengembangkan ekonomi syariah lebih luas lagi ketimbang hanya menyentuh keuangan dan perbankannya saja. Hal itu mencangkup industri, UMKM, sampai pesantren agar dampaknya bagi masyarakat lebih terasa.

Ia juga mau menyasar potensi keuangan syariah. Antara lain dana sosial atau social fund, zakat dan wakaf. Zakat katanya baru mencapai 3,5 persen atau Rp 8 Triliun padahal potensinya lebih dari Rp 230 T.

"Volumenya belum begitu besar maka dampaknya belum besar. Kalau bisa kita dorong dampaknya akan sangat besar," ucap Ma'ruf.

Kendati demikian, Ma'ruf cukup puas dengan capaian Indonesia hari ini. Menurut Islamic Financial Industry Report Tahun 2018 Indonesia berada pada peringkat ke 9 dalam hal besarnya aset perbankan syariah. Laporan Islamic Finance Indicator IFDI Tahun 2018 Indonesia berada pada urutan ke 10 dari 131 negara dengan pasar keuangan terbesar.

"Kita patut berbangga karena perkembangan ekonomi dan keuangan syariah di Indonesia sangat pesat," ucap Ma'ruf.

Baca juga artikel terkait SYARIAH atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti