Menuju konten utama

Mark Zuckerberg Diminta Mundur Dari Facebook

"Kesaksian Mark Zuckerberg menyoroti fakta sederhana, dia tidak mengerti bagaimana menjalankan perusahaan besar, global dan dimiliki publik."

Mark Zuckerberg Diminta Mundur Dari Facebook
CEO Facebook dan Harvard Mark Zuckerberg, kiri, dipresentasikan dengan gelar Doktor Kehormatan oleh Wakil Presiden dan Sekretaris Universitas Harvard Marc Goodheart, tepat pada saat latihan di Harvard University, Kamis, 25 Mei 2017, di Cambridge, Mass. (AP Photo / Steven Senne)

tirto.id - Satu kelompok aktivis investor besar meminta Mark Zuckerberg untuk mundur. Hal ini seperti diungkapkan oleh CEO Open MIC Michael Connor dalam sebuah pernyataan yang disiarkan The Verge pada Senin (9/4/2018), terkait rencana Zuckerberg untuk bersaksi di sidang Dewan Komite Energi dan Perdagangan.

"Kesaksian Mark Zuckerberg menyoroti fakta sederhana, dia tidak mengerti bagaimana menjalankan perusahaan besar, global dan dimiliki publik," kata Michael Connor.

CEO dan co-founder Facebook Mark Zuckerberg mengakui perusahaan telah membuat kesalahan dalam menangani 50 juta data pengguna. Jaringan media sosial terbesar dunia itu disebut gagal melindungi puluhan juta data penggunanya yang digunakan untuk membantu Donald Trump memenangi pemilihan presiden 2016.

"Dia saat ini memiliki dua jabatan di Facebook - CEO dan Ketua Dewan. Sudah waktunya bagi dia untuk menyerahkan setidaknya salah satu, jika tidak keduanya. Sudah waktunya bagi Facebook memisahkan peran CEO dan Chairman dalam perusahaan. Sudah semestinya, Mark Zuckerberg untuk mengundurkan diri atau dipecat," lanjutnya.

Mark Zuckerberg sendiri telah menjanjikan langkah yang lebih keras untuk membatasi akses pengembang terhadap informasi yang "bocor" terkait skandal Cambridge Analytica.

"Saya benar-benar minta maaf hal ini terjadi. Kami punya tanggung jawab mendasar untuk melindungi data orang-orang," kata Zuckerberg seperti dikutip dari The Guardian, Kamis (22/3/2018).

Open MIC tidak memiliki saham Facebook, namun perusahaan tersebut memiliki sejarah mengkoordinasi investor Facebook untuk meminta perilaku yang lebih bertanggung jawab dari Facebook.

Awal tahun ini, kelompok tersebut mengkoordinasi permintaan untuk laporan pemegang saham mengenai gangguan pemilihan dan tantangan platform lainnya, serta permintaan terpisah untuk membentuk komite pengawasan risiko.

Open MIC bukan satu-satunya kelompok yang memberi tekanan pada Zuckerberg. Pekan lalu, pengawas keuangan Kota New York, Scott Stringer, menyerukan perubahan serupa dalam struktur dewan Facebook atas nama dana pensiun kota, investor signifikan di Facebook.

Stringer mengutip penurunan terbaru dalam saham Facebook sebagai akibat dari perilaku yang dinilai tidak bertanggung jawab. Saham Facebook telah menurun hampir 15 persen sejak rincian terbaru dari Cambridge Analytica terungkap.

"Kami pikir perlu ada lebih banyak pengawasan dewan. Kami pikir perlu ada ketua dewan independen," kata Scott Stringer.

Selama akhir pekan lalu, editorial koran The San Francisco Chronicle juga meminta Zuckerberg untuk mengundurkan diri.

Mark Zuckerberg sendiri dengan tegas menolak semua permintaan untuk menyerahkan kendali perusahaan.

Dalam wawancara kepada The Atlantic, Senin pagi (9/4/2018), dia tidak mempertimbangkan untuk mengundurkan diri karena dia "sangat yakin bahwa kami akan dapat mengatasi masalah ini."

Zuckerberg hanya memegang 16 persen saham Facebook, namun memiliki 60 persen hak suara perusahaan, sehingga tidak mungkin bagi investor untuk menggesernya.

Sementara itu, pada September 2017, dewan Facebook memblokir sebuah rencana yang akan memperkuat daya voting Zuckerberg lebih jauh dengan mengklasifikasikan lagi saham perusahaan.

Sebagaimana diberitakan BBC, Cambridge Analytica memakai data pribadi dari 50 juta pengguna Facebook untuk mempengaruhi pemilihan presiden Amerika Serikat pada 2016 lalu. Sementara Cambridge adalah firma yang mengurus kampanye Donald Trump.

Para netizen di media sosial pun mulai mendesak orang lain untuk #DeleteFacebook atau #BoycottFacebook sebagai sebuah respons terhadap kasus ini.

Baca juga artikel terkait FACEBOOK atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Yulaika Ramadhani
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani