Menuju konten utama

Manuver Pamungkas Dahlan Iskan

Kisah ringkas seorang wartawan yang merangkak dari bawah menjadi pengusaha media, menjabat menteri, meraih dukungan jadi presiden, tapi di sisa masa tuanya justru tersandung kasus dugaan korupsi.

Manuver Pamungkas Dahlan Iskan
Anggota Serikat Perusahaan Pers (SPS) Riau membubuhkan tanda tangan pada spanduk 'Save Dahlan Iskan' di Kantor SPS Riau, Pekanbaru, Riau, Selasa (1/11). Aksi tersebut merupakan bentuk dukungan moril dan suport terhadap Dahlan Iskan yang ditetapkan menjadi tersangka dalam kasus penjualan aset perusahaan pemerintah daerah. ANTARA FOTO/Rony Muharrman/pd/16

tirto.id - “Kesimpulannya adalah kami akan ikut memenangkan Pilpres ini untuk Pak Jokowi dan Pak Jusuf Kalla,” kata Dahlan Iskan di hadapan ribuan Relawan Demi Indonesia, di Sentul, Bogor, 31 Mei 2014.

Deklarasi dukungan itu langsung disambut tepuk tangan para relawan, yang dihadiri Jokowi dan Jusuf Kalla. Jokowi bahkan membalas dukungan itu dengan pujian kepada Dahlan.

“Bapak Dahlan Iskan selalu memberikan kita contoh. Pertama, beliau itu selalu optimis. Apa saja yang dilakukan selalu optimis bisa dikerjakan,” kata Jokowi.

Pada awalnya, Relawan demi Kemanusiaan adalah gerbong pendukung Dahlan Iskan untuk pencalonannya sebagai presiden pada Pemilu 2014. Kans Dahlan dinilai pengamat cukup kuat, mengingat ia memenangi konvensi calon presiden Partai Demokrat yang saat itu adalah partai penguasa.

Sayangnya, meski sudah menang, Dahlan batal diusung. Ketua umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono memutuskan tidak menggunakan hasil konvensi lantaran tingkat keterpilihan Dahlan dianggap tak cukup kuat untuk bersaing.

“Dengan sepuluh persen suara, maka sesuai undang-undang yang berlaku, ada keterbatasan Partai Demokrat untuk mencalonkan capresnya sendiri,” ujar Yudhoyono menyampaikan alasan. Keputusan itu yang agaknya membuat Dahlan dan para pendukungnya kecewa, beralih ke Jokowi-JK yang merupakan lawan politik Yudhoyono.

Dahlan Iskan: Dari Wartawan Menjadi Menteri

Sebelum kariernya berkibar hingga menjabat menteri BUMN di era pemerintahan Yudhoyono (2011-2014), Dahlan yang kini berusia 65 tahun memulai semuanya dari bawah. Lelaki kelahiran Magetan, Jawa Timur, ini mengawali perjalanan profesionalnya sebagai wartawan di salah satu surat kabar di Samarinda, Kalimantan Timur. Setelah itu, dia bergabung dengan Majalah Tempo di Jawa Timur dan memegang kepala biro sejak 1976 hingga 1982.

Selanjutnya, dia dipercaya mengelola koran Jawa Pos yang saat itu nyaris mati. Dahlan langsung dipercaya menjadi pemimpin redaksi. Lewat tangan midasnya, Jawa Pos berhasil lolos dari kebangkrutan, menjadi koran terbesar di Jawa Timur dan mempunyai jaringan koran lokal terluas dan menyebar di seluruh Indonesia dengan nama Jawa Pos National Network.

Moncernya bisnis Dahlan membuat Presiden Yudhoyono meliriknya. Dahlan ditunjuk menjadi orang nomor satu di Perusahaan Listrik Negara. Lagi-lagi Dahlan diberi misi penyelamatan.

Pada 2009, Dahlan diminta menyelamatkan PLN yang selalu merugi. Pada 2007, sebelum Dahlan menjabat, kerugian PLN hingga Rp1,5 triliun. Dua tahun menjadi Dirut PLN, dia membawa perubahan. Pada 2012, ketika dia meninggalkan jabatan, laba PLN mencapai Rp9 triliun.

Pada 2011, Dahlan langsung naik pangkat menjadi Menteri Badan Usaha Milik nNegara. Dari sinilah, dengan dorongan pujian memoles perusahaan negara sebelumnya, dia kerap mencuri perhatian media. Salah satu aksinya yang paling banyak diingat adalah saat membuka paksa pintu Tol Semanggi I Jakarta pada 20 Maret 2012.

Dahlan saat itu kesal karena terjadi antrean panjang yang disebabkan dua dari pintu tol masih tutup pada jam-jam sibuk saat orang berangkat kerja. Padahal sebelumnya Dahlan sudah menginstruksikan agar pelayanan antrean tol tak boleh lebih dari 5 mobil.

Infografik HL Dahlan Iskan

Saat Dahlan Iskan Terbitkan Tabloid 'Obor Rahmatan Lil Alamin'

Hasil kerja Dahlan dan sikapnya yang spontan memikat masyarakat, atau begitulah citra televisi menampilkan dirinya. Menjelang Yudhoyono lengser, nama Dahlan menguat dan digadang-gadang sebagai calon presiden. Lebih karena strategi Yudhoyono yang ingin memoles partainya akibat kena hantam rangkaian kasus korupsi, dengan menggandeng para konsultan politik, dia membuat apa yang disebut “konvensi” kandidat presiden—meniru praktik partai politik di Amerika Serikat. Dahlan menang dalam konvensi itu, tapi dicampakkan.

Menghadapi itu, Dahlan bermanuver. Selain mengerahkan relawan pendukungnya untuk menyokong Jokowi, dia menerbitkan tabloid Obor Rahmatan Lil Alamin yang berupaya menjernihkan kampanye hitam tabloid Obor Rakyat. Nama terakhir adalah media yang mengolok-olok Jokowi, bahkan dengan cara mengaburkan fakta dan fiksi, lazim kemudian dikenal sebagai berita hoax alias palsu. Perang kampanye ini memperdalam sentimen antara kedua kubu kandidat presiden dan meruncingkan polarisasi pendukungnya.

Tabloid Obor Rahmatan Lil Alamin dicetak dua kali, masing-masing mencapai 10 ribu eksemplar. Tabloid itu disebar gratis di Jawa Timur. Isinya, pelbagai penyataan para kiai berpengaruh dari kalangan Nahdlatul Ulama di Jawa Timur tentang kemslahatan jika memilih pasangan Jokowi-JK. Jajaran redaksi di antaranya para wartawan di Jawa Pos Group.

Manuver yang dibuat Dahlan sedikit banyak ikut membantu kemenangan pasangan Jokowi dan Jusuf Kalla di Jawa Timur. Mereka menangguk 11.669.313 suara, mengalahkan pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa yang meraih 10.277.088 suara.

Usai dinyatakan sebaga pemenang, Jokowi bahkan mendatangi Dahlan untuk mengucapkan terima kasih atas dukungannya.

Dahlan Iskan Digadang-gadang Jadi Menteri

Kabar yang beredar, nama Dahlan Iskan sempat masuk sebagai salah satu calon menteri di Kabinet Kerja. Kabarnya, dia kembali disodori posisi menteri BUMN.

Sumber Tirto mengaku pernah bertemu Imawan Mashuri, Pemred Tabloid Obor Rahmatan Lil Alamin di Bandara Juanda, saat menjelang penyusunan kabinet. Menurutnya, Imawan mengatakan Dahlan ditawari Jokowi menjadi Menko Perekonomian.

Namun, faktanya berbeda. Dahlan tak menjadi menteri. Selentingan di kalangan wartawan: salah satu elit partai pendukung yang dekat dengan Megawati Soekarnoputri tak sepakat Dahlan masuk kabinet.

Begitulah, setelah kegaduhan pemilihan presiden 2014, nama Dahlan nyaris tak terdengar. Dia lebih memilih setahun belajar ke Amerika Serikat dan pulang-balik tiga bulan sekali ke Surabaya.

Dia mengaku tak akan lagi terjun ke dunia politik. “Saya betul-betul ingin melupakan lingkungan politik yang pernah sebentar saya masuki. Dan saya sudah mengambil kesimpulan: saya ini ternyata tidak cocok di politik,” katanya kepada Tirto.

Lalu, apakah Jokowi peduli ketika Dahlan dijerat sejumlah kasus dugaan korupsi?

“Saya kira beliau punya banyak sekali pekerjaan,” kata Dahlan di teras garasi rumahnya. “Sehingga saya tidak ge-er bahwa ini diperhatikan presiden. Dan saya juga tidak minta tolong beliau karena saya tahu saya ini siapa.”

Baca juga artikel terkait KASUS DUGAAN KORUPSI DAHLAN ISKAN atau tulisan lainnya dari Mawa Kresna

tirto.id - Hukum
Reporter: Kukuh Bhimo Nugroho
Penulis: Mawa Kresna
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti