Menuju konten utama
Pemilu Serentak 2024

Manuver Nasdem ke Sekber Gerindra-PKB & Nasib Koalisi Perubahan

Kedatangan Nasdem ke Sekber Gerindra-PKB dinilai sebagai upaya meningkatkan bargaining politik di internal koalisi perubahan.

Manuver Nasdem ke Sekber Gerindra-PKB & Nasib Koalisi Perubahan
Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh bersama Anies Baswedan memberikan pernyataan di hadapan awak media dalam konferensi pers HUT Partai Nasdem di JCC Senayan pada Jumat (11/11/2022). tirto.id/M. Irfan Al Amin

tirto.id - Tantangan Koalisi Perubahan yang digawangi Partai Nasdem, Partai Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) semakin berat. Hal ini tidak lepas dari penentuan nama bakal calon wakil presiden yang akan mendampingi Anies Baswedan pada Pemilu 2024.

Hal tersebut berawal dari pernyataan Wakil Ketua Umum DPP Partai Nasdem, Ahmad Ali yang mengatakan bahwa partainya mengalami tantangan dalam membentuk koalisi demi mengusung Anies sebagai bakal capres.

Ali mengaku, mereka akan mengambil opsi lain jika pembahasan di internal koalisi yang disebut sebagai koalisi perubahan itu mandek. Ia mengaku, koalisi perubahan mengalami kebuntuan pada pembahasan bakal cawapres.

“Pertemuan tiga partai saya pikir sudah dilakukan berulang kali. Namun, selalu mentok pada pembahasan soal cawapres. Kalau seperti ini, kita sudah tidak bisa berdiskusi lagi," kata Ali dalam keterangan, Rabu (25/1/2023).

Sikap Nasdem yang mulai mencari opsi di luar koalisi perubahan pun semakin terlihat setelah parpol besutan Surya Paloh itu secara organisasi mendatangi Sekretariat Bersama Partai Gerindra-PKB pada Kamis, 26 Januari 2023.

Sebagai catatan, Gerindra yang dipimpin Prabowo Subianto dan PKB yang dinakhodai Muhaimin Iskandar sepakat untuk membangun sekretariat bersama demi persiapan pemenangan pemilu di koalisi mereka yang disebut Koalisi Indonesia Raya.

Sebelum kunjungan tersebut terjadi, Ketua Umum DPP Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono menawarkan pembentukan Sekretariat Perubahan sebagai bukti keseriusan pembentukan koalisi mereka. AHY mengklaim, koalisi Demokrat, PKS, dan Nasdem bukan sebagai koalisi politik berbasis transaksional dan pragmatisme.

“Koalisi Demokrat, PKS, dan Nasdem dipersatukan oleh visi dan semangat yang sama, senasib dan seperjuangan, untuk mengemban amanah rakyat yang menginginkan perubahan dan perbaikan pada kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara,” kata AHY dalam keterangan, Kamis (26/1/2023).

AHY mengklaim kinerja tim kecil sudah mendekati tahap final. Ia menyebut waktu itu sudah cukup untuk mengambil keputusan. AHY mengatakan, ketiga partai sepakat untuk mengusung Anies Baswedan.

“Bagi Demokrat, Mas Anies adalah tokoh perubahan dan perbaikan,” ujarnya.

Sementara soal permasalahan bakal cawapres yang akan mendampingi Anies, AHY bilang, wajar jika partai di dalam koalisi perubahan mengajukan kader mereka sebagai bacawapres. Namun, AHY berharap penentuan bacawapres tidak menghalangi pembentukan koalisi.

“Kami rasional saja. Jangan sampai faktor penentuan bacawapres ini justru menjadi hal yang menghambat bagi terbentuknya Koalisi Perubahan. Untuk itu, Demokrat akan mengajak PKS agar menyerahkan keputusan bacawapres kepada bacapres yang kita usung. Dengan demikian, tiga partai memiliki kesetaraan yang sama dalam koalisi,” tutur AHY.

AHY menegaskan, Demokrat tidak mematok kriteria pendamping Anies. Akan tetapi, ia meminta agar Anies selaku bacapres bisa menentukan pendampingnya tanpa intervensi. “Sehingga pasangan ini akan harmonis dan saling melengkapi ketika kelak mendapatkan amanah untuk menjalankan roda pemerintahan. Bukan ‘kawin paksa’,” tegas AHY.

AHY BERTEMU ANIES BASWEDAN

Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (ketiga kanan) berjabat tangan dengan Gubernur DKI Jakarta yang juga calon presiden dari Partai Nasdem Anies Baswedan (kedua kiri) saat akan melakukan pertemuan di kantor DPP Partai Demokrat, Jakarta, Jumat (7/10/2022). ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/nym.

Sikap Demokrat disambut positif oleh PKS. Juru Bicara PKS, M. Kholid mengatakan, keberadaan sekretariat bersama dinilai akan membuktikan koalisi solid dan tidak ada perpecahan.

“Kami berharap, hal tersebut akan semakin memperkuat soliditas dan kebersamaan serta memperkuat komitmen kerja sama koalisi antara tiga partai,” kata Kholid.

Kholid mengatakan, partai pendukung Anies telah melakukan sejumlah kegiatan secara progresif dengan memulai pembahasan sejumlah program kerja. Hal itu dilakukan oleh ketiga perwakilan tim partai.

“Selama ini sudah ada tim kecil yang merupakan perwakilan resmi PKS, Nasdem dan Demokrat. Tim kecil tersebut sudah bekerja dengan sangat baik. Kami setuju jika Tim Kecil tersebut bisa ditransformasi menjadi Sekretariat Perubahan," ujarnya.

Soal cawapres pendamping Anies, Kholid menyebut PKS tidak mau ambil pusing. Yang terpenting adalah kemampuan untuk menambal segala kekurangan Anies dalam proses Pemilu 2024.

“Pembahasan di tim kecil sudah berjalan cukup intensif dan mendalam. Semua pertimbangan dan pandangan ketiga partai sudah dibahas bersama. Prinsipnya, PKS setuju untuk mendukung siapa pun yang terbaik yang paling besar peluangnya untuk memenangkan Pilpres," jelasnya.

PKB ROAD TO ELECTION 2024

Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar (kiri tengah) bersama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kanan tengah) menyapa para kader PKB dalam acara PKB Road To Election 2024 di Tennis Indoor Senayan, Jakarta, Minggu (30/10/2022). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/aww.

Kata Nasdem soal Pertemuan dengan Gerindra-PKB

Ahmad Ali pun mengklaim bahwa kedatangan Nasdem ke Sekber Koalisi Gerindra-PKB bukan sebagai manuver politik untuk mencari opsi di luar Koalisi Perubahan.

“Ini, kan, koalisi Gerindra dan PKB ini kan sahabat daripada Partai Nasdem di pemerintahan, tentunya menjadi hal yang wajar kalau kemudian hari ini kita berkunjung. Hari ini kami belum berpikir untuk mencari alternatif,” kata Ali di Sekber Gerindra-PKB, Jakarta Pusat, Kamis (26/1/2023) sebagaimana dikutip Antara.

Meski demikian, Ali menekankan partainya tak menutup kemungkinan dengan dinamika politik yang bisa saja terjadi ke depannya.

“Bahwa politik itu sangat dinamis, iya. Semua kemungkinan-kemungkinan juga bisa terjadi, iya. Tapi paling tidak sampai hari ini dua koalisi, yang satu sudah terbentuk dan yang satu hampir juga sudah terbentuk (Koalisi Perubahan). Nah, kita saling mendoakan. Oke? Pasti, kan, siapapun pemenangnya pasti untuk Indonesia," tuturnya.

Ali menegaskan hubungan Nasdem dengan Demokrat dan PKS masih berjalan baik sampai dengan hari ini. Ia pun berharap koalisinya tersebut dapat segera membentuk pula Sekber, sebagaimana Gerindra dan PKB.

“Kita berkunjung ke sini pasti banyak pertanyaan. Terus bagaimana dengan Nasdem, PKS, Demokrat? Tetap berjalan baik-baik saja, sedang dalam berkomunikasi, doakan juga seperti Gerindra dan PKB segera untuk membuat Sekber," imbuhnya.

Ia juga menepis kunjungan DPP Partai Nasdem ke Sekber Gerindra-PKB hari ini tak mengindahkan pernyataan AHY yang mengajak Nasdem dan PKS untuk segera membentuk sekretariat perubahan sebagai bukti keseriusan dan komitmen bersama.

Ia menjelaskan, kunjungan hari ini telah direncanakan sejak pekan lalu, sebelum AHY menyampaikan ajakan pembentukan sekber. “Jadi saya pikir tidak mengurangi juga substansi pernyataan, kunjungan hari ini tidak mengurangi apa-apa gitu, kami tetap bersama Demokrat dan PKS," kata Ali.

Bagian dari Bargaining Politik

Analis dari Indostrategi, Arif Nurul Imam melihat kedatangan Nasdem ke Sekber Gerindra-PKB sebagai upaya untuk meningkatkan bargaining politik di internal koalisi perubahan.

“Pertama menekankan atau menaikkan bargaining Nasdem terhadap PKS dan Demokrat di mana selama ini terjadi titik buntu Anies Baswedan untuk mendapatkan cawapres antara PKS dan Demokrat masih saling kukuh untuk mengusung kadernya sendiri," kata Imam kepada Tirto.

Kemudian, Imam mengatakan, manuver Nasdem akan membawa keuntungan bagi partai besutan Surya Paloh itu. Ia beralasan, Nasdem akan mampu mendorong Demokrat dan PKS untuk menerima posisi mereka agar tidak menekan dalam penentuan cawapres.

“Pesan Nasdem diuntungkan karena kalau memang mau mengusung Anies, tentu saja PKS dan Demokrat sekarang sudah menerima dan legowo dan cawapres tidak saling ngotot," kata Imam.

“Kedua, jika memang Nasdem menarik dukungan ke PKB dan Gerindra, tentu ini keuntungan bagi PKB dan Gerindra karena akan memperkuat dalam pilpres," tutur Imam.

SURYA PALOH BERTEMU PRABOWO

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh (kiri) bersama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kanan) memberikan keterangan pers usai menggelar pertemuan di DPP Partai Nasdem, Jakarta, Rabu (1/6/2022). ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/nz

Sementara analis politik, Ikhwan Arif menilai, aksi Nasdem dan sikap Demokrat-PKS soal sekretariat perubahan tidak lepas dari kompleksitas internal Koalisi Perubahan. Ia menilai, Nasdem memegang kendali karena mengunci Anies sebagai bakal capres. Sementara itu, PKS dan Demokrat butuh koalisi perubahan karena kedua partai itu sulit berkomunikasi dengan koalisi lain akibat tergantung pada Anies.

“Jadi Nasdem punya kartu utama Anies Baswedan, sedangkan PKS dan Demokrat tidak mungkin melepaskan Anies begitu saja karena selama ini ruang koalisi Demokrat dan PKS ada poros perubahan sangat kecil kemungkinan bergabung dengan poros koalisi lain, apalagi PKS dan Demokrat terkesan bergantung pada figur Anies,” kata Ikhwan kepada Tirto.

Ikhwan menilai, aksi Nasdem pun bisa dikategorikan seperti soal deadlock koalisi perubahan hingga menjajakan diri ke partai lain sebagai ancaman, karena partai di koalisi perubahan enggan mendeklarasikan Anies sebagai bacapres.

“Jadi ancaman secara halus yang dilontarkan Partai Nasdem sangat wajar ketika kalkulasi politik antara Partai Demokrat dan PKS terhadap Nasdem belum juga menentukan garis terang, padahal komunikasi politik yang dibangun sudah cukup lama," kata Ikhwan.

Ia menambahkan, “Apalagi poros perubahan secara resmi tidak mendeklarasikan mendukung Anies, jadi wajar saja Nasdem membutuhkan kepastian mau lanjut atau tidak di poros perubahan, sebab koalisi lain sudah membentuk deklarasi secara resmi seperti KIB, KIR yang sudah membentuk sekber koalisi.”

Ikhwan juga menilai, ketiga partai akan mengalami kerugian jika koalisi perubahan tidak terbentuk. Akan tetapi, Nasdem tidak akan terlalu rugi karena mengunci Anies lewat sosialisasi partai. Di sisi lain, Demokrat dan PKS akan dirugikan karena mereka sulit mempromosikan kandidat lain.

PKS dan Demokrat juga dinilai sulit pindah karena partai lain sudah mulai menentukan kandidat bakal capres-cawapres untuk Pemilu 2024.

“PKS dan Demokrat akan sulit membangun chemistry politik di luar poros perubahan. Wajar saja Nasdem menjajaki koalisi lain karena tidak ada kepastian secara resmi dari PKS dan Demokrat, kecuali ada pernyataan dari PKS dan Demokrat ‘kami mendukung Anies sebagai capres.’ Hingga hari ini deklarasi koalisi secara resmi saja belum,” kata Ikhwan.

“Pondasi awal poros perubahan sangat rapuh dibandingkan koalisi lain. Bagaimana mau dikawinkan, tunangan saja belum. Jadi hal ini yang membuat Nasdem secara halus melontarkan ancaman mau serius dukung Anies atau tidak. Bukan sekadar gimmick politik saja,” kata Ikhwan.

Ikhwan menambahkan, aksi Demokrat menggagas sekber perubahan adalah tanda bahwa manuver Nasdem dalam pengusungan Anies berhasil. Dengan demikian, partai-partai di koalisi perubahan sepakat untuk membentuk koalisi secara penuh.

Ikhwan pun menilai kedatangan Nasdem ke Sekber Gerindra-PKB demi meningkatkan daya tawar Anies. Hal itu dilakukan agar partai lain mau merapat.

Di sisi lain, Ikhwan tidak memungkiri kalau aksi Nasdem datang ke Sekber Gerindra-PKB sebagai sinyal untuk menghentikan aksi Demokrat yang ngotot ingin menyandingkan AHY dengan Anies. Namun, aksi Nasdem bukan berarti sebagai upaya menekan elektabilitas Demokrat yang kini berada di atas Nasdem dalam sejumlah survei karena semua partai di koalisi perubahan pasti dapat efek elektoral dari pengusungan Anies.

Baca juga artikel terkait PEMILU 2024 atau tulisan lainnya dari Andrian Pratama Taher

tirto.id - Politik
Reporter: Andrian Pratama Taher
Penulis: Andrian Pratama Taher
Editor: Abdul Aziz