Menuju konten utama

Manggarai Tak akan Mampu Gantikan Gambir Selama Masih Semrawut

Pemerintah berencana mengalihkan layanan kereta jarak jauh dari Stasiun Gambir ke Stasiun Manggarai. Namun, rencana itu dikritik.

Manggarai Tak akan Mampu Gantikan Gambir Selama Masih Semrawut
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menunjukkan tiket perjalanan kereta bandara disela peresmian layanannya di Stasiun KA Bandara Manggarai, Jakarta, Sabtu (5/10/2019). ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari/hp.

tirto.id - Tahun 2021 nanti, Stasiun Gambir berangsur-angsur tak lagi melayani angkutan kereta jarak jauh. Stasiun Manggarai akan menggantikannya.

Saat ini, selain melayani KRL Commuterline, Stasiun Manggarai juga melayani transportasi kereta kelas eksklusif dan campuran dari dan menuju kota-kota utama di Pulau Jawa.

Kementerian Perhubungan juga mengatakan, setelah revitalisasi selesai, Manggarai diniatkan jadi hub atau persinggahan utama kereta-kereta di DKI Jakarta.

Namun, rencana ini dianggap tidak tepat, termasuk oleh Menteri ESDM Ignasius Jonan.

"Sebagai mantan Menhub dan mantan Dirut KAI," kata Jonan dalam komentarnya di Instagram, "Gambir harus tetap melayani Kereta Api jarak jauh seperti Tokyo Central Station dan banyak central station lain di banyak kota besar di dunia."

Ia juga merasa keputusan ini tidak tepat karena "lalu lintas dari dan ke Manggarai masih menantang."

Jonan lantas menyarankan jika misalnya kereta jarak jauh benar-benar dipindah ke Manggarai sementara kereta bandara juga tetap diberangkatkan dari sana, maka sebaiknya Stasiun Manggarai "tidak melayani penumpang KRL [Commuterline] lagi".

Belakangan, Kemenhub mengatakan akan mengkaji ulang kebijakan ini. Mereka juga mengatakan akan mendengar pendapat dari para pemangku kepentingan dulu, termasuk Badan Pengelola Transportasi Jabodetabek (BPTJ).

"Nanti saya diskusikan. Biasanya pak menteri (Budi Karya Sumadi) kalau ada perubahan terhadap skema untuk satu terminal, satu simpul, pasti akan melibatkan yang lain," jelas Dirjen Hubdat Kemenhub Budi Setiadi di Jakarta, Selasa (8/10/2019).

Meski mengatakan akan mendiskusikannya lagi—artinya belum benar-benar akan terealisasi, Budi optimis jika kebijakan ini diterapkan, akan membikin angkutan antarmoda lebih sinergis.

Apalagi, tambahnya, di sekitar Stasiun Manggarai sedang dibangun permukiman dengan konsep Transit Oriented Development (TOD).

Semrawut

Pengamat transportasi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Darmaningtyas menilai Manggarai memang tak cocok menggantikan Gambir. Dengan catatan: jika revitalisasi belum rampung.

"Kondisi parkirnya serba kekurangan, baik dari akses maupun lahan parkir," kataya kepada reporter Tirto.

Dan memang demikian yang reporter Tirto lihat saat mendatangi langsung tempat yang saban jam kerja 'dibanjiri' para pekerja ini, Selasa (8/9/2019) sore. Lahan parkirnya kalah jauh dari Stasiun Gambir. Stasiun Manggarai hanya melayani parkir motor dengan kapasitas hanya 250 unit. Tidak ada tempat untuk parkir mobil.

Di luar stasiun kondisinya tak kalah runyam. Jalan menuju stasiun dari Jalan Tambak penuh dengan para pedagang kaki lima yang tidak teratur. Kios-kios yang terbuat dari seng karatan juga banyak.

Jalan raya dari arah timur atau Matraman maupun dari selatan yakni Pancoran selalu padat dengan kendaraan. Arus lalu lintas kian semrawut manakala ratusan bajaj, ojek pangkalan, hingga ojek online mangkal di kanan, kiri, sampai depan stasiun. Jalan menuju Manggarai jadi hanya bisa dilewati satu mobil.

Kepadatan juga tak hanya ada di jalan. Saat menuju pintu utama stasiun, penumpang sangat banyak. Antrean mengular meskipun ada 10 mesin pembaca kartu e-money difungsikan.

Setelah masuk, suasana stasiun semakin padat. Terdapat jalan bawah tanah yang menghubungkan peron 1-5 dengan tujuan Jakarta Kota, Bekasi, Tanah Abang Duri, Depok Bogor. Untuk menuju peron 6 perlu lewat atas. Peron 7 dan 8 masih dalam proses perbaikan, membikin wajah stasiun ini semakin berantakan.

"Peron 7-8 masih kosong kan [karena] baru dibangun juga," kata Asep, salah satu petugas keamanan.

Di Manggarai juga ada jalur KA Bandara di peron 9 dan 10. Tak seperti peron-peron lainnya yang padat, dua peron ini terlihat sepi. Selain itu, kedua peron itu juga punya akses keluar masuk khusus dari pintu barat stasiun.

Jika ada keruwetan lain, maka itu adalah tawuran yang kerap terjadi di wilayah ini. Terakhir, bentrok terjadi pada awal September 2019. Gara-gara tawuran tersebut, perjalanan KRL terganggu.

Meski demikian Darmaningtyas optimistis setelah revitalisasi, kondisi-kondisi ini bisa diperbaiki. Revitalisasi juga termasuk perluasan area stasiun. Awal Oktober lalu, Menhub Budi Karya sempat berjanji stasiun setelah revitalisasi "akan lebih nyaman".

Darmaningtyas mengatakan Manggarai baru layak menggantikan Gambir setelah revitalisasi selesai.

Ia juga menganggap Manggarai cocok untuk itu karena stasiun ini juga terhubung dengan pelbagai layanan kereta, seperti KRL dan KA Bandara, serta moda transportasi lainnya seperti Trans Jakarta.

Selain itu, kata Darmaningtyas, pemindahan layanan kereta jarak jauh ke Manggarai sebenarnya sudah direncanakan sejak 10 tahun silam. Ringkasnya, kata Darmaningtyas, menjadikan Manggarai sebagai sebagai hub adalah keputusan yang tepat.

Baca juga artikel terkait STASIUN KERETA atau tulisan lainnya dari Selfie Miftahul Jannah

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Selfie Miftahul Jannah
Penulis: Selfie Miftahul Jannah
Editor: Ringkang Gumiwang