Menuju konten utama

Mana yang Benar Menurut PUEBI, "daripada" atau "dari pada"?

Kata "daripada" merupakan gabungan kata yang sudah padu sehingga harus ditulis serangkai.

Mana yang Benar Menurut PUEBI,
Ilustrasi EYD. foto/IStocokphoto

tirto.id - Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata "daripada" dipakai sebagai sebagai penanda perbandingan dua objek.

Misalnya yaitu pada kalimat, "Ayah membeli ponsel baru yang lebih baik kualitasnya daripada ponsel lamanya." Hanya saja, kata "daripada" kerap mendapatkan salah penulisan dengan dilakukan pemisahan pada kata tersebut menjadi "dari pada".

Kata "daripada" merupakan gabungan dari kata "dari" dan "pada". Gabungan kata lazim disebut sebagai kata majemuk.

Kata majemuk di dalamnya memuat istilah khusus dan unsur-unsurnya ditulis terpisah, kecuali jika kata majemuk tersebut memiliki makna yang dinilai padu untuk ditulis serangkai.

Penggunaan kata majemuk masih kerap dipahami penggunaanya. Ada gabungan kata yang seharusnya ditulis bergandengan, namun justru dipisah. Begitu pula sering terjadi sebaliknya.

Beberapa contoh kata majemuk yang bersifat baku dan ditulis terpisah gabungan katanya adalah:

- rumah sakit

- tanda tangan

- kerja sama

- peran serta

- terima kasih

- kereta api

Sementara itu menurut Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia (PUEBI), kata "daripada" merupakan gabungan kata yang mesti ditulis serangkai.

Kata tersebut memiliki makna yang sudah padu sehingga penulisannya tidak boleh dipisah. Beberapa contoh kata majemuk yang ditulis serangkai lainnya antara lain:

- beasiswa

- kacamata

- barangkali

- kosakata

- kilogram

- belasungkawa

Melansir buku Bahasa Indonesia Ilmiah karya Dr. Warsiman, M.Pd.(Universitas Brawijaya Press, 2013), di samping karena memiliki makna yang sudah padu, gabungan kata yang ditulis serangkai berlaku pula pada kata yang salah satu unsurnya merupakan unsur (morfem) pengikat. Contoh gabungan kata ini adalah:

- antarkota

- antardaerah

- pascasarjana

- narapidana

- pramuwisma

- pancaindera

Dalam mengenali suatu kata apakah ditulis serangkai atau terpisah, dapat diamati dari bentuknya. Jika kata merupakan morfem terikat, maka ditulis serangkai dan bila tidak terikat harus ditulis terpisah.

Morfem terikat artinya, sebuah kata baru bisa berdiri sendiri atau memiliki makna jika dihubungkan dengan morfem lain.

Dalam PUEBI juga disebutkan, jika kata "dari" yang berfungsi sebagai kata depan, maka penulisannya dilakukan terpisah dari kata yang mengikutinya. Hal ini berlaku pula untuk kata depan lain seperti "di" dan "ke". Contoh kalimatnya yaitu:

- Ibu pulang dari pasar.

- Jam tangan ini dilapisi logam dari emas.

- Bus ini berjalan menuju ke Gedung Sarinah.

- Ayah menyimpan pompa angin di garasi

- Dari mana Andi mendapatkan uang ini?

Penulisan gabungan kata menurut PUEBI

Dalam PUEBI terdapat lima ketentuan untuk penulisan gabungan kata untuk menentukan apakah ditulis serangkai, atau dipisah. Berikut ini ketentuan tersebut:

1. Unsur gabungan kata yang umum disebut kata majemuk dan termasuk di dalamnya istilah khusus, ditulis terpisah. Misalnya duta besar, orang tua, kambing hitam, cendera mata, dan sebagainya.

2. Gabungan kata yang bisa menimbulkan salah pengertian, ditulis dengan menambahkan tanda hubung (-) di antara unsur-unsurnya. Misalnya anak-istri pejabat, anak istri-pejabat, ibu-bapak kami, ibu bapak-kami.

3. Gabungan kata yang penulisannya terpisah harus ditulis terpisah jika memperoleh awalan atau akhiran. Misalnya bertepuk tangan, menganak sungai, garis bawahi, dan sebagainya.

4. Gabungan kata yang mendapat awalan dan akhiran sekaligus, maka penulisannya serangkai. Misalnya penyebarluasan, menganaktirikan, menyebarluaskan, dan sebagainya.

5. Gabungan kata yang sudah padu ditulis serangkai. Misalnya daripada, acapkali, bilamana, padahal, matahari, dan sebagainya.

Baca juga artikel terkait PUEBI atau tulisan lainnya dari Ilham Choirul Anwar

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Ilham Choirul Anwar
Penulis: Ilham Choirul Anwar
Editor: Yandri Daniel Damaledo