Menuju konten utama

Makna Motif Cinde yang Dipakai Kaesang Saat Siraman & Sejarahnya

Motif pada kain cinde punya filosofi tentang keseimbangan hidup antara manusia, alam, dan Tuhan.

Makna Motif Cinde yang Dipakai Kaesang Saat Siraman & Sejarahnya
Erina Gudono dan Kaesang Pangarep. Instagram/@erinagudono

tirto.id - Hari pernikahan Kaesang Pangarep dan Erina Gudono akan dilangsungkan pada 10 Desember 2022. Sebelum melaksanakan ijab kabul, pasangan ini akan melakukan prosesi siraman terlebih dahulu.

Dalam prosesi tersebut, Kaesang Pangarep rencananya akan mengenakan celana batik motif cinde. Putra Presiden Joko Widodo ini pun dikabarkan sudah memesan celana siraman di penjahit langganannya di gerai Busana Jawi Suratman.

Kain motif cinde sendiri memang sering digunakan dalam prosesi siraman yang merupakan tradisi dalam pernikahan adat Jawa. Kain batik cinde biasanya bermotif pola geometris seperti kotak atau balok kecil yang dipadukan dengan garis dan titik.

Tak hanya itu, salah satu ciri khas motif cinde adalah adanya unsur alam, khususnya tanaman seperti bunga dan daun. Lalu apa sebenarnya makna dari kain batik motif cinde tersebut?

Sejarah kain batik cinde di Indonesia

Kain batik cinde yang dikenal saat ini sebenarnya merupakan perkembangan dari kain Patola dari Gujarat, India. Mengutip tulisan Farah Alya di laman Academia, kain Patola termasuk kain sakral yang dipakai dalam upacara adat masyarakat Gujarat.

Kain Patola dibuat dengan motif makhluk hidup, tumbuhan, serta bentuk-bentuk geometris. Kain ini kemudian dibawa oleh bangsa Portugis ke Indonesia dan dikenal dengan nama kain cinde oleh masyarakat Jawa, khususnya Yogyakarta dan Solo.

Akan tetapi, kain cinde yang merupakan hasil impor ini tergolong mahal dan susah untuk didapatkan. Hal ini mendorong masyarakat Yogyakarta membuat kain batik sendiri yang terinspirasi dari kain cinde.

Kain buatan lokal ini kemudian dinamai batik nitik. Dinamakan demikian karena batik ini memiliki elemen motif berupa titik.

Lantaran mudah didapat dan harganya yang lebih murah dibandingkan kain cinde, kain batik nitik pun semakin populer dan dikenal sebagai kain batik tertua di Yogyakarta. Namun mengingat sejarah dan motifnya yang mirip kain cinde, batik nitik pun masih kerap disebut sebagai kain batik motif cinde.

Makna motif cinde

Mengutip dari laman Batik Indonesia, motif pada kain cinde punya filosofi tentang keseimbangan hidup antara manusia, alam, dan Tuhan.

Pemakaian elemen titik pada motif cinde rupanya menggambarkan hubungan antara manusia dan Tuhannya. Titik-titik tersebut juga mengandung arti bahwa manusia adalah makhluk sosial yang saling membutuhkan dan harus selalu hidup berdampingan.

Sementara itu, motif tumbuhan berupa bunga, daun, maupun sulur tanaman menggambarkan alam. Jadi, selain memelihara hubungan baik antar manusia dan dengan Tuhannya, manusia pun harus hidup berdampingan dengan alam.

Baca juga artikel terkait LIFESTYLE atau tulisan lainnya dari Erika Erilia

Kontributor: Erika Erilia
Penulis: Erika Erilia
Editor: Nur Hidayah Perwitasari