Menuju konten utama

Mahasiswa Unnes Protes' Kartu Merah' ke Gelar Doktor Nurdin Halid

Mahasiswa Unnes menilai rekam jejak pejabat macam Nurdin Halid tidak bisa dikatakan layak untuk menerima gelar doktor kehormatan.

Mahasiswa Unnes Protes' Kartu Merah' ke Gelar Doktor Nurdin Halid
BEM KM UNNES menggelar aksi bertepatan dengan acara penganugerahan gelar Doktor Honoris Causa kepada Nurdin Halid, eks Ketua PSSI yang pernah tersangkut beberapa kasus korupsi, Kamis (11/2/2021). foto/BEM KM UNNES/Franscollyn Mandalika

tirto.id - Belasan mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) melakukan aksi protes dengan memberi 'kartu merah' di depan kampus, menolak gelar kehormatan Doctor Honoris Causa kepada Nurdin Halid, eks Ketua Umum PSSI yang beberapa kali terjerat kasus korupsi, Kamis (11/2/2021) pagi.

Aksi ini dilakukan saat Nurdin Halid diberikan gelar oleh Unnes, kendati upacara penganugerahan ini berlangsung secara daring.

Para demonstran mahasiswa dari berbagai Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) se-Unnes. Koordinator Lapangan Aksi, Arif Afruloh, mengatakan pemberian gelar Honoris Causa memang otonomi kampus, tapi kampus seharusnya tidak memberikan gelar tersebut secara asal-asalan.

“Pemberian gelar kehormatan Doctor Honoris Causa kepada mantan Ketua Umum PSSI Nurdin Halid amat disayangkan. Mengingat track record yang dimiliki Nurdin Halid tidaklah bisa dikatakan layak untuk menerima gelar kehormatan tersebut,” kata Arif lewat keterangan tertulisnya yang diterima wartawan Tirto, Kamis (11/2/2021).

Kata Arif, kepemimpinan PSSI di bawah Nurdin Halid tak banyak meraih prestasi, dan bahkan mengalami banyak kemunduran baik di ranah kultur sepakbola yang tidak mendukung para atletnya hingga mafia bola yang gencar dalam kasus pengaturan skor pertandingan. Apalagi Nurdin Halid memiliki rekam jejak sebagai koruptor, yang mana pernah mendekam di penjara selama dua kali.

“Kami sangat menyayangkan atas pemberian gelar kehormatan tersebut yang dinilai sangat politis dan penuh kepentingan politik. Seharusnya gelar kehormatan tersebut diberikan kepada sosok yang penuh prestasi dan kontribusi luar biasa bagi bangsa dan negara, bukan kepada sosok yang kontroversial dan penuh kepentingan politik,” kata Arif.

Aksi protes dilakukan para mahasiswa dengan aksi diam di depan Gedung Rektorat Unnes. Mereka juga memberikan kartu merah kepada kampus mereka yang saat ini dipimpin Fathur Rokhman.

“Oleh karena itu kami melakukan aksi diam di depan Rektorat dan pemberian kartu merah kepada pimpinan kampus yang menggambarkan akumulasi permasalahan UNNES yang begitu kompleks dan mengesampingkan integritas nilai-nilai akademik yang seharusnya dijunjung tinggi oleh perguruan tinggi,” tambahnya.

Aksi tersebut mendesak untuk membatalkan kebijakan Rektor dan Senat Unnes memberi gelar kepada Nurdin Halid. Tak hanya itu, mereka juga meminta Unnes untuk berhenti mengobral gelar Doctor Honoris Causa kepada pejabat atau politisi.

“Kami juga mendesak Rektor dan Senat UNNES menjunjung tinggi marwah akademik dan menjauhkan segala tindakan yang memiliki tendensi politik sehingga kampus patut menjadi center of excellent, terutama dalam hal penegakan etika, moral, dan kepribadian yang baik,” katanya.

Sementara itu, Rektor Unnes Fathur Rokhman saat dikonfirmasi persoalan ini pada Senin (8/2/2020) menjelaskan Nurdin diberikan gelar tersebut oleh program studi S3 Pendidikan Olahraga karena berjasa dalam bidang keolahragaan Indonesia.

“Pertimbangannya sesuai peraturan menteri, akreditasi A prodi pengusul, analisis persyaratan akademik oleh Tim Promotor, Senat Fakultas, dan Senat Unnes,” katanya saat dikonfirmasi wartawan Tirto.

Terkait latar belakang Nurdin yang coreng-moreng, Fathur mengatakan: “Persoalan yang terkait politis bukan ranah perguruan tinggi.”

“Aspek karakter dan ketokohan sudah dikaji sebagai bagian dari kajian akademik,” tambahnya.

Sebelum Nurdin, pemberian gelar honoris causa juga telah diberikan Unnes kepada Menko Perekonomian sekaligus Ketua Umum PB Wushu Indonesia Airlangga Hartarto. Ketua Umum Partai Golkar itu mendapat gelar di bidang yang sama dengan Nurdin yang juga kolega satu partainya: olahraga.

Nama yang disebutkan terakhir dianggap mampu menghasilkan prestasi di bidang olahraga. Dia juga diklaim memiliki dua karya ilmiah yang membahas olahraga dan jadi dasar pemberian gelar: Humanistic Leadership Suitable for Sport Organization: a Literature Review dan Peran Kepemimpinan Humanis dalam Peningkatan Good Governance dalam Organisasi Olahraga: Sebuah Kajian. Dua makalah itu diklaim telah terbit di jurnal internasional dan nasional terakreditasi.

Jika menelusuri Science and Technology Index (SINTA) Indonesia—pencatatan artikel ilmiah di bawah Kementerian Riset dan Teknologi—dan kanal profil di laman Google Cendekia, nama Airlangga, juga Nurdin, tak pernah tercatat menerbitkan makalah atau karya ilmiah apa pun. Airlangga hanya pernah ikut menulis—bukan penulis tunggal—makalah berjudul A New Method to Empower Organizational Readiness for Change in Indonesia SMEs, namun itu bukan rujukan pemberian penghargaan.

Baca juga artikel terkait UNNES atau tulisan lainnya dari Haris Prabowo

tirto.id - Politik
Reporter: Haris Prabowo
Penulis: Haris Prabowo
Editor: Bayu Septianto