Menuju konten utama

Mafindo Sebut Video Anji & Hadi Pranoto Berisi Klaim Sesat

Mafindo mengatakan bahwa video Anji bersama Hadi Pranoto tersebut adalah salah satu konten berisi klaim meragukan bahkan sesat.

Mafindo Sebut Video Anji & Hadi Pranoto Berisi Klaim Sesat
Anji manji. Instagram/duniamanji

tirto.id - Beberapa hari lalu sempat viral video Anji bersama Hadi Pranoto yang mengaku sebagai seorang profesor dan mengatakan bahwa ia menemukan obat penyembuh COVID-19.

Video tersebut langsung memicu kegaduhan dan keresahan di publik.

Kemenkes dan IDI menyebut video yang ditonton oleh ratusan ribu orang tersebut mengandung informasi sesat dan menambah deretan informasi bohong atau yang oleh WHO disebut sebagai infodemi selama pandemi COVID-19.

Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) melalui keterangan tertulis yang diterima redaksi Tirto juga mengatakan bahwa video Anji bersama Hadi Pranoto tersebut adalah salah satu konten berisi klaim meragukan bahkan sesat.

“Ini bisa membahayakan publik dan memberi rasa aman yang palsu, dan dapat berbalik menjadi kelengahan masyarakat akan bahaya penyebarannya,” ujar Ketua Presidium Mafindo Septiaji Eko Nugroho.

“Masyarakat yang termakan informasi tersebut bisa kemudian menolak protokol pencegahan dan pengobatan yang dibuat oleh pemerintah. Mereka memilih obat alternatif yang ditawarkan dalam video itu,” Septiaji menambahkan.

Mafindo mencatat ada 12 klaim sesat dan membahayakan publik dalam video wawancara Anji dengan Hadi Pranoto.

Di antaranya terkait klaim obat buatannya sudah menyembuhkan ribuan orang dengan dua atau tiga hari pemakaian. Ada juga klaim bahwa vaksin justru merusak organ tubuh.

“Klaim lainnya masker tidak bisa mencegah penularan COVID-19. Berbagai klaim tersebut sangat berbahaya bagi publik, sehingga kami mendukung PB IDI yang meminta kepolisian turun tangan,” kata Septiaji.

Baik Kemendikbud maupun IDI juga menyatakan keraguan atas titel profesor bagi Hadi Pranoto. Namun berbagai klaimnya telanjur viral karena dimuat di kanal Youtube Anji dengan subscriber 3.6 juta orang.

“Sangat disayangkan sebuah kanal digital dengan jangkauan yang besar namun ikut menyebarkan informasi yang berpotensi membahayakan masyarakat. Di tengah keprihatinan karena kasus positif COVID-19 yang terus naik di Indonesia, seharusnya seorang figur publik memberikan teladan dengan berbagi informasi benar. Mengajak masyarakat mengikuti protokol kesehatan, bukan malah ikut menyebarkan informasi yang menyesatkan,” sambung Septiaji.

Melihat dampak kerusakan yang ditimbulkan dari maraknya infodemi, dibutuhkan keseriusan bersama untuk mengatasinya.

Presidium Mafindo, Anita Wahid menambahkan, ”Pemerintah perlu lebih banyak mendengar opini masyarakat yang banyak muncul di media sosial, dan meresponsnya secara proaktif dengan cepat dan akurat. Publik juga membutuhkan kepastian informasi terkait kebijakan yang dikomunikasikan dengan konsisten. Kesimpangsiuran informasi akan membuat tingkat kepercayaan publik kepada pemerintah menurun. Biisa juga menjadi pintu masuk kabar bohong.”

Publik, lanjut Anita, juga perlu berhati-hati dalam menerima informasi, terutama yang terkait dengan berbagai tuduhan konspirasi di balik pandemi COVID-19.

“Teori-teori ini memanfaatkan keresahan masyarakat akan kondisi yang serba tidak pasti untuk keuntungan pribadi. Baik keuntungan finansial, ketenaran, ideologi, ataupun keuntungan lain. Teori seperti ini biasanya menggunakan komponen-komponen informasi yang sulit diverifikasi kebenarannya oleh masyarakat umum. Sehingga mudah memperdaya masyarakat. Oleh karenanya, masyarakat perlu bersikap kritis terhadap informasi. Perlu juga mengeceknya melalui kanal-kanal dan sumber berita yang terpercaya,” katanya.

Menurut Anita, sebagai negara dengan masyarakat hierarkis, tokoh masyakarat dan tokoh agama harus dirangkul untuk memberikan keteladanan bagaimana seharusnya masyarakat memilah informasi.

Publik juga bisa berpartisipasi untuk ikut mengawasi informasi di sekitar lingkungannya dalam bentuk siskamling digital.

Caranya ikut melaporkan konten yang dinilai meresahkan kepada pengelola platform maupun aparatur negara.

Keseriusan dan gotong royong antara pemerintah, elemen masyarakat dan media massa adalah hal yang sangat penting untuk meredam infodemi. Dengan demikian upaya penanganan pandemi COVID-19 bisa menjadi lebih baik.

Mafindo juga mencatat sejak akhir Januari hingga awal Agustus 2020 ini setidaknya ada 544 hoaks yang berhubungan dengan COVID-19.

“Infodemi berdampak buruk bagi masyarakat, mengganggu upaya penanganan pandemi. Butuh keseriusan bersama untuk menangkalnya,” kata Septiaji.

Menurut Septiaji, berbagai hoaks dan teori konspirasi, sangat merugikan banyak pihak. Seperti teori konspirasi rumah sakit dan dokter yang meng-COVID19-kan pasien sebagai lahan bisnis.

Sehingga terjadi beberapa insiden penarikan jenazah paksa, hingga intimidasi tenaga medis di beberapa daerah.

“Bahkan hingga teori konspirasi terkait agama. Seperti bahwa COVID-19 adalah sebuah cara untuk menghancurkan umat agama tertentu dengan membuat umatnya tidak kembali ke sekolah dan mendapatkan pendidikan agama," kata Septiaji.

Isu hoaks dan teori konspirasi di seputar vaksin juga berpotensi membuat masyarakat menolak program vaksinasi jika nanti vaksin sudah tersedia. Dikhawatirkan hoaks juga berperan menurunkan tingkat kepatuhan masyarakat terhadap protokol kesehatan.

Penyanyi ​​​​​Erdian Aji Prihartanto atau Anji mengomentari soal video dia berjudul "Bisa Kembali Normal? Obat Covid-19 Sudah Ditemukan!!" yang dihapus YouTube beberapa waktu lalu.

Menurut Anji, masyarakat Indonesia turut andil dalam memberi "panggung" bagi hal-hal yang mereka tak suka.

​​​​"Secara tidak sadar, orang-orang memberi panggung pada hal yang tidak mereka suka," kata Anji lewat unggahan di Instagram Story miliknya, @duniamanji, pada Senin (3/8/2020), seperti dikutip Antara News.

Anji mengatakan videonya dipermasalahkan sejumlah pihak karena dianggap memberi kesempatan kepada sosok Hadi Pranoto untuk berbicara pada publik, padahal pria yang mengaku bergelar profesor itu dianggap tidak kredibel.

"Saya dikatakan memberi panggung pada orang yang tidak kredibel. Video nya dibagikan [share] ke mana-mana oleh banyak orang. Ditonton banyak orang. Menjadi trending. Lalu dihapus [banned] oleh pihak Youtube," kata Anji.

Anji lantas membandingkan video viral dia soal Hadi Pranoto dengan video lain tentang masa depan bisnis pertunjukan di Indonesia yang hanya ditonton 20 ribuan orang.

"Selang sehari kemudian saya mengunggah video lain, berdiskusi dengan seorang profesional. CEO sebuah perusahaan keren yang bergerak di bidang pertunjukan. Materinya sangat bagus, tentang masa depan bisnis pertunjukan di Indonesia. Yang nonton hanya 20 ribuan saja dalam waktu 24 jam. Berbeda jauh dengan video sebelumnya," tulis Anji.

Baca juga artikel terkait ANJI

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: Siaran Pers
Penulis: Nur Hidayah Perwitasari
Editor: Agung DH