Menuju konten utama
Yoga Soegomo

Yoga Soegomo

Kepala Staf KasKopkamtib (1980 - 1989)

Tempat & Tanggal Lahir

Tegal, Kota Tegal, Jawa Tengah, Indonesia, 12 Mei 1925

Karir

  • Perwira Tentara Nasional Indonesia (1945 - 1985)
  • Kepala Bakin Departemen Pertahanan Keamanan (1968 - 1969)
  • Duta Besar untuk PBB Deplu (1971 - 1974)
  • Kepala Staf KasKopkamtib (1980 - 1989)

Pendidikan

  • Akademi MIliter Jepang di Tokyo (1942 - 1945)

Detail Tokoh

Yoga Soegomo adalah mantan Kepala Badan Koordinasi Intelejen Negara (BAKIN) di masa orde baru. Beberapa posisi penting Intelejen di militer maupun di Departemen Pertahanan juga pernah dia jabat. Yoga Soegomo adalah intel andalan Soeharto. Jabatan pernting lain yang disandang Yoga semasa Orde Baru adalah Kepala Staf Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban (KasKopkamtib). Hubungan Soeharto dan Yoga belakangan memburuk. Konon, karena Yoga mengingatkan Soeharto soal regenerasi kepemimpinan nasional dan juga bisnis keluarga Soeharto yang akan menjadi bahaya jika tidak dikontrol. Yoga pun dijauhi dan tak mendapat jabatan apapun hingga akhir kekuasaan Soeharto.

Padahal, Yoga sudah membantu mengembangkan karier militer Soeharto. Bahkan sejak Yoga diangkat menjadi Asisten I Komando Daerah Militer Diponegoro pada 1955. Suatu kali Bambang Soepeno akan diangkat jadi Panglima, namun Soeharto berpikiran bahwa kepemimpinan Soepeno berpotensi menimbulkan konflik internal di Divisi Diponegoro di Jawa Tengah. Yoga pun jadi orang yang ikut serta menggagalkan pengangkatan Bambang Soepeno sebagai Panglima Divisi Diponegoro pada 1956. Lalu Soeharto pun aman sebagai Panglima Divisi Diponegoro dengan pangkat Kolonel.

Ketika meletus Pemerintahan Revolusiner Republik Indonesia (PRRI) di Sumatera, Yoga Soegomo diterjunkan sebagai Komandan Resimen Tim Pertempuran II dalam pasukan Diponegoro. Di bawah komando Yoga terdapat: Letnan Satu Untung, saat itu Komandan Kompi Banteng Raiders; Mayor Abdul Latief, perwira intelijan di Kodam III, dan tentu saja Kapten Ali Murtopo. Untung dan Latief, belakangan terlibat peristiwa 30 September 1965. Sepeninggal Soeharto yang disekolahkan ke Seskoad, setelah kasus korupsi di Jawa Tengah, Yoga juga turut meninggalkan Diponegoro.

Yoga pernah menjabat Atase Militer di Yugoslavia (1962-1965). Namun ketika Soeharto menjadi Panglima Kostrad, Yoga dipanggil kembali ke Jakarta. Ia diangkat menjadi Asisten I Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat pada kurun waktu 1965-1966. Di Kostrad, Yoga menangani bidang intelijen dengan dibantu Ali Moertopo di tengah situasi politik dan pertentangan AD melawan Partai Komunis Indonesia (PKI) memanas.

Hingga akhirnya meletus peristiwa 30 September 1965. Yoga sebagai Kepala intel Kostrad pada pagi 1 Oktober 1965 itu sudah bisa menyimpulkan bahwa gerakan penculikan tersebut dilakukan oleh PKI.

Kesimpulan dini Yoga itu tidak sepenuhnya diamini Ali Murtopo. Ali baru yakin pada kesimpulan Yoga setelah setelah RRI mengumumkan terbentuknya Dewan Revolusi yang diketuai Kolonel Untung. Sebagaimana diketahui Untung adalah anak buah Yoga ketika bertugas melawan PRRI di Sumatera Barat.

Kepada Soeharto, Yoga menyampaikan kesimpulannya bahwa PKI yang bertanggungjawab pada gerakan di pagi 1 Oktober itu. Yoga juga meyakini Presiden Soekarno terlibat dalam gerakan tersebut. Laporan intelijen dari Yoga Soegomo membuat Soeharto berkesimpulan lain bahwa saat itulah momentum baginya untuk bertindak menguasai AD karena sejumlah Jendral pimpinan dikabarkan diculik. Yoga sekali lagi berjasa pada Soeharto untuk menaikkan jabatan dan pamornya.

Sebaliknya Soeharto memercayai Yoga Soegomo sebagai anak buah yang patuh dan memiliki akurasi informasi mumpuni. Maka untuk mendukung kekuasaannya, Soeharto menempatkan Yoga pada posisi-posisi strategis. Pada awal-awal Soeharto merebut kekuasan dari Soekarno pada 22 Agustus 1966, ia mendirikan Komando Intelijen Negara (KIN). Sebagai KIN Soeharto menunjuk Brigjen Yoga Soegomo yang langsung bertanggung jawab kepadanya. Selanjutnya Pada 1966-1967, Yoga dipercaya sebagai Wakil Ketua G-I Koti. Yoga juga ditunjuk menjadi Direktur Intelijen Strategi Pertahanan dan Keamanan 1967-1968. Masih seputar intelijen, Yoga ditunjuk menjadi Wakil Kepala Bakin pada 1968.

Jabatan Yoga naik lagi menjadi Kabakin (1968-1969), hingga Ketua G-I Hankam/Komandan Satuan Tugas Intelijen/Asisten Intelijen Komando Operasi Pemulihan Keamanan dan Ketertiban/Kepala Pusat Intelijen Strategi Hankam (1969-1971). Soeharto juga pernah mempercayakan Yoga Soegamo sebagai Duta Besar/Wakil Kepala Perwakilan Tetap RI di PBB, New York, Amerika Serikat (1971-1974). Di situ Yoga diberi tugas khusus melobi dunia internasional untuk mendukung program pembangunan yang dilakukan Orde Baru, termasuk juga menganeksasi Timor Timur masuk Indonesia.

Sepulang dari New York, Yoga masih dipercaya sebagai tangan kanan Soeharto di bidang intelijen. Namun intelijen yang dilakukan Yoga Soegamo bukan lagi untuk kepentingan perang, terlebih untuk pembangunan ekonomi. Yoga dilibatkan dalam Dewan Stabilisasi Ekonomi Nasional bersama-sama jenderal-jenderal lain yang menduduki jabatan-jataban penting pemerintahan Orde Baru. Operasi-opersi intelijen yang dilakukan Yoga diperlukan untuk mengamankan penyediaan pangan dan bahan bakar, sehingga mencapai masyarakat di kota maupun di pedesaan tepat pada waktunya. Intelijen diinstruksikan Presiden untuk ikut memperlancar jalur penyediaan bahan-bahan pokok kebutuhan rakyat.

Yoga masuk dunia militer sejak 1942, dimana Yoga mendaftar sebagai kadet Akademi Militer Jepang, bersama 19 pemuda Indonesia lainnya dari Jawa. Setelah tentara AS di bawah MacArthur mendarat di Jepang dan Jeoabf kalah, Yoga bekerja untuk tentara Sekutu sebagai penerjemah. Begitu tahu tentang proklamasi kemerdekaan Indonesia, ia berhenti dari pekerjaannya dan pulang ke tanah air. Dia bergabung dengan TNI (tentara Indonesia) di usianya yang baru 20 tahun. Tiga tahun di TNI, karir Yoga naik. Ia menjabat Asisten I Staf Teritorium Militer Banyumas selama satu tahun. Lalu Asisten I Brigade Gunungjati (1949-1950).

Pada masa-masa ini Yoga mulai kenal dengan Zulkifli Lubis, kepala intelijen Indonesia. Lubis bahkan dikabarkan mengirim Yoga ke Inggris untuk belajar intelijen di dinas intelijen Inggris MI-6, di Maresfield. Lulus dari MI-6 Lubis memanggil Yoga kembali ke Jakarta dan menjadi anak buahnya. Yoga kemudian sempat menjadi jejaring intelijen Lubis. Bersama Ali Murtopo, Yoga kemudian lebih lama dan setia pada Soeharto. Meski belakangan Yoga dijauhi Soeharto. Yoga wafat pada 23 April 2003 di usia 78 tahun.

Tokoh Lainnya

Zulkifli Hasan

Zulkifli Hasan

Ketua MPR RI
Budi Karya Sumadi

Budi Karya Sumadi

Menteri Perhubungan
Joko Widodo

Joko Widodo

Presiden RI
Bambang Soesatyo

Bambang Soesatyo

Anggota Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar
Ganjar Pranowo

Ganjar Pranowo

Gubernur Provinsi Jawa Tengah
Prabowo Subianto Djojohadikusumo

Prabowo Subianto Djojohadikusumo

Menteri Kementerian Pertahanan
Hidayat Nur Wahid

Hidayat Nur Wahid

Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat
Erick Thohir

Erick Thohir

Menteri Kementrian BUMN
Sandiaga Salahuddin Uno

Sandiaga Salahuddin Uno

Menteri Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Agus Harimurti Yudhoyono

Agus Harimurti Yudhoyono

Staff TNI Angkatan Darat