Menuju konten utama
Prijanto

Prijanto

Wakil Gubernur Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (2007 - 2012)

Tempat & Tanggal Lahir

Ngawi, Jawa Timur, Indonesia, 26 Mei 1951

Karir

  • Wakil Gubernur Pemerintah Provinsi DKI Jakarta (2007 - 2012)

Pendidikan

  • AKABRI (1975)

Detail Tokoh

Bagaikan rumah tangga yang dibangun di atas sebuah janji suci, begitu pula saat Fauzi Bowo dan Prijanto mengarungi bahtera kepemimpinannya di ibukota untuk periode 2007-2012. Lalu, bagaikan mendapat kabar perceraian artis ibukota, publik dikejutkan oleh keputusan Prijanto yang memilih untuk mengunduran diri di tahun 2011, saat masa jabatannya tinggal tersisa satu tahun lagi.

Spekulasi pun ramai berkembang. Prediksi juga bermunculan. Hampir semua orang mempertanyakan keputusan ganjil mantan Mayor Jenderal asal Ngawi itu. Namun dari sekian banyak perkiraan, publik masih terkenang dengan kemesraan Foke, panggilan akrab Fauzi Bowo, dan Prijanto di tahun 2007 lalu saat aktif mengkampanyekan diri dan berjuang mendapat kursi Jakarta 1.

Sosok yang bertanggung jawab atas awal kemesraan mereka berdua adalah Megawati Soekarno Putri. Untuk lebih lengkapnya, Prijantomenceritakan kisah tersebut pada khalayak lewat bukunya yang berjudul  “Andaikan..Aku atau Anda Gubernur Kepala Daerah”.

Semua bermula saat seorang staf Foke menelpon Prijanto di suatu hari tertanggal 29 Mei 2007. Staf tersebut menyampaikan keinginan Foke untuk bertemu Prijanto di rumah Foke pukul 5 sore. Prijanto pun menyanggupi.

Rumah Foke ada di Jl. Teuku Umar 24, Menteng, Jakarta Pusat. Prijanto tiba di rumah Foke pukul 16.45. Pukul 17.00 tepat Foke keluar. Mereka langsung bersalaman dan bertegur sapa. Tanpa basa-basi lagi, Foke segera mengajak Prijanto untuk menghadap Megawati. Prijanto yang masih terkejut dengan “menu” sore  itu hanya bisa menurut. Tak sempat tanya ada maksud apa dibalik undangannya.

Hanya butuh waktu 15 menit saja bagi Foke dan Prijanto untuk mencapai kediaman Megawati  yang sama-sama berada di Jl. Teuku Umar. Setelah duduk bersama, Megawati kemudian menyampaikan maksud undangannya.

Megawati meminta Prijanto menemani Foke untuk maju menjadi pasangan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI Jakarta. Harapan dan amanah Mega titipkan pada mereka berdua. Dan yang tak bisa dilupakan Prijanto adalah wejangan Mega bahwa ia mesti selalu ingat posisinya sebagai wakil. Prijanto menghubungkan pesan itu sesuai dengan apa yang ia alami di militer: segalanya harus didasarkan pada jenjang jabatan.

Pertemuan partai-partai koalisi pun digelar di Jl. DIponegoro no. 43. Yang hadir para pimpinan partai dan orang-orang penting lainnya. Pertemuan itu dilaksanakan malam hari, sekitar pukul 21.00. Prijanto diperkenalkan pada forum. Lalu pertemuan bubar setelah berjalan tak lebih dari 10 menit. Forum yang dipandang efektif namun jelas apa tujuan yang dikandungnya.

Keesokan harinya Prijanto menelpon Kasad untuk meminta izin. Saat itu Kasad sedang ada dinas di luar kota. Kasad, yang saat itu adalah Jenderal TNI Djoko Santoso memberi izin. Maka setelahnya Prijanto segera mengurus administrasi pengunduran dirinya dari kedinasan TNI. Prijanto juga menyempatkan diri menuju Cilangkap untuk menemui Panglima TNI saat itu yaitu Marsekal TNI Djoko Suyanto atas keputusannya untuk mulai berpolitik di ibukota.

Pada 31 Mei Prijanto resmi pensiun dari dinas TNI. Pada 1 juni 2007 massa yang bekumpul di Tugu Proklamasi Menteng menjadi saksi deklarasi pasangan Foke-Prijanto.

Hari-hari melelahkan Prijanto dilaluinya dengan bersemangat. Usahanya berbuah hasil yang manis. Ia berhasil menemani Foke menjadi Wakil Gubernur Jakarta untuk periode 2007 hingga 2012.

Prijanto mengikuti jejak para petinggi militer lain yang sudah lanjut usia dan menjajal karier baru di bidang politik. Prijanto adalah orang yang netral untuk urusan afiliasi politik. Oleh karena itu, ia mudah diterima oleh koalisi partai-partai yang mengusung Foke.

Rekam jejak politisi yang berlatar belakang militer memang menjanjikan. Mereka dianggap memiliki sikap-sikap dasar yang baik untuk menjadi pemimpin. Antara lain kedisiplinan, loyalitas, dan keberanian mengambil keputusan.

Prijanto membentuk sikap-sikap tersebut selama 32 tahun ia mengabdi di militer. Prijanto yang lahir pada tanggal 26 Mei 1951 mengalami masa sekolah dasar hingga sekolah menengah atas di era 1960-an. Di tahun 1975 ia masuk AKABRI. Lalu beberapa sekolah militer ia tekuni, antara lain Sussargab (1976), Sus Pa Turbak Arhanud (1980), Susjurpal (1981), Sussarpur (1985), Seskoad (1990), Sesko ABRI (1997), dan terakhir di Lemhanas (2006).

Selama bersekolah, Prijanto juga menyambi membangun karier kemiliterannya. Misal, ia diangkat menjadi Komandan Peleton I/B pada 1 Desember 1975. Lalu tahun 1992 ia menjadi Komandan Batalyon Armada Pertahanan Udara Sektor 6 Kodam Jaya. Lalu pada 1 Juli 1995 ia diangkat menjadi Kepala Staf Pribadi (Kaspri) Pangdam Jaya Mayjen Hendropriyono. 15 September 2000 ia dipercaya menjadi Perwira menengah ahli Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Bidang Sosial Budaya Yonarhanudri-15. Ia diangkat menjadi Dandenma Mabes AD pada tanggal 15 Oktober 2002.

Kariernya di Jakarta dimulai sejak 24 Oktober 2003 saat diangkat menjadi Kasgartap 1 Jakarta. Lalu pada 10 November 2003 ia naik pangkat menjadi Brigadir Jenderal (Brigjen). Dan terakhir, jabatan Prijanto sebelum ia pensiun karena mencalonkan diri di Pilkada Jakarta, adalah Asisten teritorial (Aster) KSAD. Posisi yang diampunya sejak 6 Mei 2006.

Beragam penghargaan juga sempat ia raih. Yang terbanyak adalah pernghargaan Satya Lencana. Prijanto mendapatkannya hingga 4 kali. 3 kali Satya Lencana Kesetiaan (VIII, XVI, dan XXII) dan sekali Setya Lencana Dwijasista. Penghargaan lain ialah BY. Kepnarya dan BY. Yudha Dharma Nararya. Semuanya adalah hadiah yang setimpal atas dedikasi Prajitno.

“Perceraian”nya dengan Foke di tahun 2011 sedikit banyak dipengaruhi oleh sikap ksatriya ala tentara Prijanto atas kasus-kasus korupsi yang baginya tak bisa ditolerir lagi. Jika ia tak bisa membenahinya, maka ia merasa lebih baik untuk melepas diri saja dari jabatan wakil gubernur.

Selain isu korupsi, yang tak bisa disangkal serta menjadi analisa para pengamat politik adalah kerenggangan hubungannya dengan Foke. Mereka berdua sudah terlihat tidak fokus sejak lama untuk soal kebijakan-kebijakan publik yang menyangkut ibukota.

Prijanto sendiri mengungkapkan keputusannya itu sudah ia pendam sejak 2009, namun baru ia matangkan dan realisasikan pada 2011. Dari pernyataan bahwa Prijanto menganggap dirinya diperlakukan bak ibu rumah tangga, sudah bisa ditebak bahwa sejak awal pemasangan dirinya dengan Foke hanyalah sekedar untuk “boneka” pelengkap. Yang jadi aktor utama tetap Foke. Barangkali Prijanto bukanlah tipe yang nyaman berada di posisi nomor dua. Pada media ia menegaskan bahwa dirinya ingin dianggap sejajar, bukan sebagai bawahan saja.

Untuk urusan penilaian yang objektif, bukan personal, ada banyak keputusan Foke yang memang dirasa Prijanto tak sejalan dengan visinya untuk membangun Jakarta yang bersih, transparan, tanpa dirasuki unsur-unsur berbau KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme). Semua ia beberkan pada bukunya setebal 88 halaman yang pada tahun 2011 beredar dengan judul “Kenapa Saya Mundur dari Wagub DKI Jakarta”.

Ada beberapa unsur partai seperti dari PAN yang menganggap keputusan Prijanto sudah tepat, dan bahkan memintanya untuk maju lagi pada Pilkada 2012. Sayang, Prijanto mungkin sudah lelah. Petualangan politiknya berahir sudah. Sang Purnawirawan Jenderal Bintang Dua lebih banyak menyampaikan masukan dan kritik untuk pemerintah DKI Jakarta selanjutnya dari belakang layar.

 

Tokoh Lainnya

Hidayat Nur Wahid

Hidayat Nur Wahid

Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat
Zulkifli Hasan

Zulkifli Hasan

Ketua MPR RI
Bambang Soesatyo

Bambang Soesatyo

Anggota Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar
Sandiaga Salahuddin Uno

Sandiaga Salahuddin Uno

Menteri Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Budi Karya Sumadi

Budi Karya Sumadi

Menteri Perhubungan
Ganjar Pranowo

Ganjar Pranowo

Gubernur Provinsi Jawa Tengah
Prabowo Subianto Djojohadikusumo

Prabowo Subianto Djojohadikusumo

Menteri Kementerian Pertahanan
Agus Harimurti Yudhoyono

Agus Harimurti Yudhoyono

Staff TNI Angkatan Darat
Joko Widodo

Joko Widodo

Presiden RI
Erick Thohir

Erick Thohir

Menteri Kementrian BUMN