Menuju konten utama
Muhammad Aksa Mahmud

Muhammad Aksa Mahmud

Sekretaris Umum Assosiasi Kontraktor Indonesia (AKI) Sulawesi Selatan (1982 - 1985)

Tempat & Tanggal Lahir

Barru, Kabupaten Barru, Sulawesi Selatan, Indonesia, 19 Juli 1945

Karir

  • Wakil Ketua MPR RI (2004 - 2009)
  • Anggota DPD Sulawesi Selatan (2004 - 2009)
  • Anggota MPR RI Fraksi Utusan Daerah (1999 - 2004)
  • Pendiri dan Pemimpin Group Bosowa (1968 - 2016)
  • Ketua Bidang Pembinaan Anggota Badan Pengurus Pusat (BPP) HIPMI (1980 - 1983)
  • Sekretaris Umum Assosiasi Kontraktor Indonesia (AKI) Sulawesi Selatan (1982 - 1985)

Detail Tokoh

Profil, Aksa Mahmud: Dari Menjual Es Sampai Menjadi Wakil Ketua MPR

Pada masa pemerintahan Megawati Soekarno Putri, Aksa Mahmud merupakan seorang anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI. Saat Susilo Bambang Yudhoyono terpilih sebagai presiden tahun 2004 melalui pemilihan umum langsung oleh rakyat, Aksa Mamud terpilih untuk menduduki jabatan sebagai Wakil Ketua Majelis Pemusyawaratan Rakyat. Pada saat itu, ketua Majelis Pemusyawarakatan Rakyat (MPR) yang sedang menjabat ialah Hidayat Nur Wahid.

Aksa Mahmud, lahir pada 16 Juli 1945. Saat ini ia berumur 70 tahun. Ia lahir di Barru, Sulawesi Selatan. Sebuah kota yang pernah mengalami penjajahan di masa pendudukan Kolonial Jepang.

Sebelum terjun ke dunia politik, Aksa Mahmud merupakan pengusaha Indonesia yang terbilang sukses. Ia berhasil mendirikan Bosowa Corp. Perusahan yang berkiprah di bidang Otomotif, Semen, Logistik, Transportasi, Pertambangan, Properti, Jasa Keuangan, Infrastruktur, Energi, Media, dan Multi Bisnis. Perusahaan yang bergerak dibawah pengelolaannya ini, membawanya menduduki peringkat 38 dalam daftar 40 orang terkaya di Indoneisa versi Forbes.

Berdasarkan catatan Forbes, Aksa Mahmud memiliki kekayaan sebesar US$780 juta. Kekayaan itu dimilikinya berkat Bosowa Corp. Usahanya tak hanya itu, Aksa Mahmud juga memiliki saham di PT Bank Bukopin Tbk, dan PT Bank QNB Kesawan Tbk.

Ketertarikannya di dunia politik diawalainya dengan bergabung bersama partai Golkar. Aksa Mahmud tergabung dalam partai Gokar. Ketika baru aktif sebagai anggota Partai Golkar itulah, ia menikati Ramlah Kalla, perempuan yang merupakan adik kandung Jusuf Kalla. Dari pernikahan tersebut, ia dikaruniai lima orang anak.

Karir politiknya berkembang dengan baik, ia pernah menjabat sebagai Anggota MPR RI Fraksi Utusan Daerah dari Sulawesi Selatan pada tahun 1999-2004. Karirnya dibidang politik kemudian berlanjut menjadi anggota Dewan Perwakilan Daerah periode 2004-2009 mewakili Sulawesi Selatan. Saat ini ia masih aktif sebagai politikus senior Partai Golkar.

Aksa Mahmud tak hanya cakap sebagai pebisnis, ia juga cakap dalam bidang birokrasi. Kemampuan ini tak terlepas dari lingkungan pendidikan yang diperolehnya. Sebelum mendedikasikan diri pada dunia usaha dan politik, Aksa Mahmud pernah menempuh pendidikan di Fakultas Teknik Elektro Universitas Hasanuddin, Makassar, Sekolah Teknik Menengah Makassar, Sekolah Teknik Negeri Parepare, dan Sekolah Rakyat di Barru.

Aksa Mahmud, tidak menyangka jika di umur 69 tahun ia masuk ke dalam majalah Forbes. Di sana ia menjadi salah satu dari 50 orang terkaya di Indonesia tahun 2014. Kenangan bocah penjual es dan kurma itu masih saja melekat diingatannya.

Belum lama sebelum masuk majalah Forbes, ia sudah berada di peringkat 36, diantara pengusaha muslim Indonesia terkaya. Dengan demikian, ia adalah satu-satunya putera Bugis yang masuk dalam daftar bergengsi tersebut. Kekayaannya ditaksir kurang lebih ada US$ 860 juta atau setara dengan Rp 10,58 triliun. Aksa Mahmud mengembangkan usaha lokomotif tergabung dalam kelompok usaha Bosowa Corporation yang didirikannya. Padahal, orang tuanya, H. Muhammad Mahmud dan Hj. Kambria merupakan petani biasa bukan seorang pedagang.

Aksa Mahmud pernah menempuh pendidikan di STM Makasar dan Sekolah Teknik Negeri Pare-Pare tahun 1962. Keahliannya berdagang terpupuk pada masa-masa itu, ia menuturkan pada musim panen kacang tanah, ia pulang ke rumah kemudian membawa hasil panen tersebut ke Makassar untuk dijual.

Aksa Mahmud juga mengenyam pendidikan di Universitas Hassanuddin Makassar tahun 1965. Di sana, ia belajar di Fakultas Teknik Elektro. Selama kuliah, ia aktif pula memantau kondisi politik Indonesia. Ia tergabung dalam Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Makassar. Selama tergabung dalam gerakan ini ia ikut aktif pula dama memupus gerakan komunis. Ia juga sempat terjun sebagai aktivis Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI) tahun 1966. Di kampus ini juga ia bertemu dan berkawan karib dengan Jusuf Kalla.

Selama menjadi aktifis, Aksa Mahmud bersama teman-temannya mendirikan radio amatir dan membentuk Koran Mahasiswa. Sebagai aktivis pers kampus, Aksa Mahmud tentu saja membuat laporan jurnalistik. Suatu ketika dengan penuh idealisme, Aksa Mahmud menutunkan hasil liputan sendiri yang mengurai tentnag persoalan Operasi Samsudari yang dikerjakan oleh Kodam Hasanuddin di bawah komando Panglima Saidiman.

Akan tetapi, tulisan berdasarkan fakta yang dibuatnya membuatnya diinterograsi dan ditahan di ruang tahanan Kodam selama sepuluh hari. Selama ditahan, ia mendengar Panglima Saidiman berkata, “Memang begitu, tetapi engkau jangan begitu”. Kata-kata bersayap ini membuat sense jurnalis Aksa Mahmud melemah. Ia menjadi tak tertarik meneruskan karir di bidang jurnalistik.

Setelah tidak bergelut di bidang Jurnalistik, ia menemui Jusuf Kalla, Oleh Jusuf Kalla, ia diajak untuk mengembangkan bisnis warisan ayah Jurus Kalla. Akhirnya, Aksa Mahmud pun bekerja di NV Haji Kalla. Ia kemudian dijodohkan dengan adik kandung Jusuf Kalla, Siti Ramlah.

Kemudian setelah menikah, Aksa Mahmud justru merasa tak ada gunanya berada di NV Haji Kalla terus menerus. Aksa Mahmud pun berpikir keras lantas memberanikan diri mengutarakan isi hatinya pada istirnya. Aksa Mahmud mengungkapkan prinsipnya, ia mengaku lebih baik menjadi nomor satu di perusahaan kecil diperusahaannya sendiri daripada nomor dua di perusahaan besar.

Keinginannya disetujui istri, tahun 1973, Aksa Mahmud mulai mendirikan CV Moneter. Proyek pertamanya ialah menjadi agen Datsun di Indonesia Timur. Dengan uang pinjaman dari BNI senilai Rp 5 juta, ia membuka show room mobil Datsun di Makassar. Proyek pertamanya berhasil dengan baik, tahun 1980, Mitsubishi melirik cara kerja Aksa Mahmud kemdian menawarinya menjadi salah satu agen penyalur Mitsubishi di Indonesia Timur.

Pada saat menerima proyek dari Mitsubishi inilah, Aksa Mahmud mengubah nama perusahaannya menjadi Bosowa yang dipakai hingga sekarang. Aksa pun resmi mendirikan PT Bosowa Berlian Motor. Bisnis agen Mitsubishi ini berkembang pesat. Secara resmi Jepang pun mempercayai Bosowa menjadi agen penyalur mobil Mitsubishi di 13 provinsi di bagian timur Indonesia.

Sebagai pengusaha, Aksa Mahmud tentu tak terhenti menjadi agen penyalur mobil saja. Menjadi agen penyalut Mitsubishi adalah langkah profesional Aksa Mahmud dalam menjalankan bisnisnya sendiri. Aksa Mahmud juga mengembangkan perusahaannya sampai ke sektor keuangan. PT Bosowa asuhan Aksa Mahmud pun mendirikan enam perusahaan di bidang jasa keuangan. Perusahaan jasa keuangan yang didirikan oleh Group Bosowa antara lain PT Asuransi Bosowa Periskop, PT Bosowa Multi Finance, PT Sadira Finance, PT Royal Trust Capital, PT BPRS Dana Moneter, dan PT Bank QNB Kesawan Tbk.

Bank QNB Kesawan merupakan bank swasta yang didirikan berdasarkan patungan modal antara Bosowa dengan Qatar National Bank. Saham bank QNB Kesawan yang berdiri sejak 1913 ini dimiliki oleh Bosowa melalui PT Bosowa Kapital (PT Adhi Tirta Mustika). Nilai saham yang dimiliki oleh Bosow di bank tersebut kurang lebih sudah sebesar 20,12%, sedangkan sebanyak 69,59% milik Qatar National Bank, dan publik sebesar memegang saham sebesar 10,29%.

Ketika Aksa Mahmud terpilih sebagai Wakil Ketua MPR tahun 2004-2009, ia memikirkan regenerasi kerajaan bisnisnya. Maka pada tahun 2006, Aksa Mahmud menyerahkan jabatan Presiden Direktur Bosowa Corporation, pada anak pertamanya, Erwin Aksa. Meskipun saat itu Erwin Aksa baru berumur 29 tahun, Aksa Mahmud tetap mempercayainya. “Saya memang mempersiapkan Erwin sebagai penerus mengingat posisinya sebagai anak sulung,” kata Aksa Mahmud. Olehnya, Erwin dikuliahkan di jurusan Ekonomi di University of Pittsburgh, Pennsylvania, Amerika Serikat sebagai salah satu langkah mempersiapkan Erwin menjadi ahli waris. Di bawah kepemimpinan Erwin, Bosowa Corporation kini fokus menjalankan tiga bisnis utama, antara lain otomotif, semen, dan jasa keuangan.

Periset/penulis

Tokoh Lainnya

Hidayat Nur Wahid

Hidayat Nur Wahid

Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat
Ganjar Pranowo

Ganjar Pranowo

Gubernur Provinsi Jawa Tengah
Sandiaga Salahuddin Uno

Sandiaga Salahuddin Uno

Menteri Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Zulkifli Hasan

Zulkifli Hasan

Ketua MPR RI
Prabowo Subianto Djojohadikusumo

Prabowo Subianto Djojohadikusumo

Menteri Kementerian Pertahanan
Joko Widodo

Joko Widodo

Presiden RI
Bambang Soesatyo

Bambang Soesatyo

Anggota Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar
Agus Harimurti Yudhoyono

Agus Harimurti Yudhoyono

Staff TNI Angkatan Darat
Erick Thohir

Erick Thohir

Menteri Kementrian BUMN
Budi Karya Sumadi

Budi Karya Sumadi

Menteri Perhubungan