Menuju konten utama
Masaoges Noer Moechammad Hasjim Ning

Masaoges Noer Moechammad Hasjim Ning

Presiden Komisaris Jakarta Motor Company (1960 - 1984)

Tempat & Tanggal Lahir

Padang, Jalan Nipah, Berok Nipah, Kota Padang, Sumatera Barat, Indonesia, 22 Agustus 1916

Karir

  • Agen Distributor Velodrome Motorcars di Tanjung Karang, Lampung (1939 - 1941)
  • Swasta Pedagang Batubara (1941 - 1942)
  • Administratur Perkebunan Teh dan Kina Cianjur (1942 - 1945)
  • Letnan Kolonel Tentara Nasional Indonesia (1945 - 1951)
  • Presiden Direktur Jakarta Motor Company (1951 - 1960)
  • Presiden Direktur Presiden Direktur PT Indonesian Service Company (1954 - 1972)
  • Presiden Komisaris Jakarta Motor Company (1960 - 1984)

Pendidikan

  • MULO (SMP) Palembang (1929 - 1933)

Detail Tokoh

Hasjim Niang adalah panggilan dari Masaoges Noer Moechammad Hasjim Ning. Seorang pengusaha terkenal di kalangan politikus. Dia dijuluki "Raja Mobil Indonesia" di masa keemasannya sebagai pengusaha mobil. Dia juga pendiri PT. Pembangunan Jaya.

Sebelum terjun ke politik praktis, Hasjim Ning adalah pengusaha perantauan dari Minangkabau. Ia merantau ke Jakarta pada tahun 1937. Tak hanya pernah merantau ke Jakarta. Hasjim Ning dipercaya menjabat sebagai perwakilan NV Velodrome Motorcars di Tanjung Karang, Lampung. Lalu Hasjim Ning membangun usahanya sendiri. Ia mulai sebagai pemborong batubara di Tanjung Enim tahun 1941.
Hasjim Ning tak lama jadi pemborong batubara. Dia lalu kembali ke pulau Jawa dan menjadi administratur di perkebunan teh dan kina di Cianjur selama masa perang.

Hasjim Ning betul-betul jadi tentara seperti yang pernah dia cita-citakan. Orangtuanya melarang dia masuk tentara waktu muda, namun Revolusi Indonesia (1945-1949), membuatnya jadi tentara di Jawa Barat. Dia keluar dari tentara pada tahun 1950, dengan pangkat terakhir Letnan Kolonel. Dia kembali berdagang.

Kepiawaiannya dalam menjalankan bisnis masih belum surut, ia pun membuka usaha kembali dengan dimulai dari berdagang mobil. Ia juga merintis Djakarta Motor Company. Dalam waktu dua tahun, usaha yang dimulainya dari usaha jual beli mobil berkembang menjadi membuka usaha perakitan mobil. Usaha perakitan mobilnya diakui sebagai usaha perakitan mobil yang pertama kali ada di Indonesia. Perusahaan itu dinamakan dengan Indonesian Service Station.

Lambat laun, ia juga mengembangkan usaha ke lini lain. Beberapa yang digarapnya antara lain usaha ekspor-impor, kosmetik, bank, dan biro perjalanan. Dalam bisnis ekspor impor ia melakukan ekspor dan impor mobil, bahan rakitan mobil, sampai suku cadangnya. Di bidang kosmetik, ia mendirikan pabrik kosmetik. Pendirian pabrik kosmetik dan bisnis lain yang dibangun Hasjim Ning sampai saat ini sudah mampu menyerap tak kurang dari 3.000 karyawan.

Selain menjalankan bisnisnya sendiri, Hasjim NIng juga dikenal sebagai salah seorang anggota dewan komisaris PT Jaya, Daha Motor, Jakarta Motor, Hotel Kemang, Asuransi Sriwijaya, PACTO, dan Central Commercial Bank. Pada tahun 1981, Hasjim Ning membuat keputusan yang cukup mencengangkan dikalangan kolega bisnisnya. Hasjim Ning memutuskan untuk menjual 49 % saham Bank Perniagaan Indonesia yang dimilikinya. Ia menjual saham tersebut kepada Mochtar Riady.

Delapan tahun kemudian Bank Perniagaan Indonesia tersebut terkenal dengan sebutan Lippo Bank. Dalam sistem manajemennya, Lippo Bank ternyata melakukan merger dengan Bank Umum Asia.
Kembali pada peristiwa pertemuan tokoh dari lima partai politik dan ormas Islam yang diadakan di rumah Hasjim Ning. Gelaran pertemuan tokoh-tokoh yang berkecimpung di dunia politik di rumah tersebut rupanya tak terlepas dari pengaruh istri Hasjim Ning, Ratna Maida Ning. Istri Hasjim Ning menjalin kedekatan dengan partai politik Islam. Ratna Maida Ning bukanlah ibu rumah tangga biasa, ia merupakan seorang aktivis dan juga pengusaha di Indonesia.

Karier Politik Hasjim Ning mulai mendapat perhatian dari publik pada tahun 1971. Waktu itu, Hasjim Ning menduduki jabatan sebagai Ketua Umum IPKI (Ikatan Pejuang/Penerus Kemerdekaan Indonesia). Ketika Soeharto berdiri sebagai pemimpin nomor satu di Indonesia, era Orde Baru menjadi penguasa di Negara Indonesia, Hasjim Ning ikut melahirkan beberapa partai berasas nasionalis seperti PNI, Partai Murba, dan partai berasas agama Kristen seperti Parkindo dan Partai Katolik. Partai-partai inilah yang pada akhirnya menjadi cikal bakal pendirian Partai PDI.

Meskipun Hasjim Ning merupakan seorang pendiri partai, namun ketika terjadi konflik berkepanjangan dalam internal partai di tahun 1978, Hasjim Ning memutuskan mengundurkan diri dari PDI. Lepas dari PDI, menjelang tahun 1982, Hasjim Ning telah bergabung dengan partai Golkar.

Rumah, Hasjim Ning, di Jl Cikini Raya No 24, Menteng, Jakarta Pusat, pernah menjadi lokasi pertemuan lima partai politik dan ormas Islam. Pertemuan dua lini penting penentu masa depan politik Indonesia ini menghasilkan kesepakatan penting.

Ia meninggal pada tanggal 26 Desember 1995 di RS Medistra, Jakarta.

Tokoh Lainnya

Ganjar Pranowo

Ganjar Pranowo

Gubernur Provinsi Jawa Tengah
Budi Karya Sumadi

Budi Karya Sumadi

Menteri Perhubungan
Hidayat Nur Wahid

Hidayat Nur Wahid

Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat
Zulkifli Hasan

Zulkifli Hasan

Ketua MPR RI
Erick Thohir

Erick Thohir

Menteri Kementrian BUMN
Bambang Soesatyo

Bambang Soesatyo

Anggota Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar
Agus Harimurti Yudhoyono

Agus Harimurti Yudhoyono

Staff TNI Angkatan Darat
Sandiaga Salahuddin Uno

Sandiaga Salahuddin Uno

Menteri Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Joko Widodo

Joko Widodo

Presiden RI
Prabowo Subianto Djojohadikusumo

Prabowo Subianto Djojohadikusumo

Menteri Kementerian Pertahanan