Tempat & Tanggal Lahir
Parapa, Kabupaten Gowa, 1 Januari 1970
Karir
- Tokoh Pejuang Sulawesi Utara
Detail Tokoh
I Tolo Daeng Magassing adalah seorang tokoh pejuang yang dikenal sebagai si Pitungnya tanah Mangkasarak, Sulawesi Selatan. Pitung adalah pahlawan dari Betawi yang punya latar belakang rakyat biasa. I Tolo Daeng Magassing lahir dari kalangan biasa bukan bangsawan. Ia anak dari I Kade seorang petani asal kampung Parapa, kampung terpencil di perbatasan Desa Tinggimae, Kabupaten Gowa, dan Desa Pakkaba, Kabupaten Takala.
Awalnya, Tollo hanya perampok biasa. Ia lahir di Parapa, distrik Palangga, Kabupaten Gowa. Ayahnya, Kade, adalah petani biasa. Kedua orangtuanya berasal dari Kampung Parigi, dekat Malino. Ia sudah berkawan dengan sesama rampok Rajamang sejak 1905. Bersama Basareng, yang belakangan satu komplotan dengan Tollo, mereka ikut melawan Belanda sejak 1905. Tollo sendiri dikenal sebagai Tallo daeng Magassing. Namanya sering ditulis Tolok atau Tolo'.
Pada tahun 1908 silam, I Tolo’ Daeng Magassing adalah anak dari salah seorang petani dari Kampung Parapa (perbatasan Desa Tinggimae Gowa dan Desa Pakkaba Takalar).Dalam kehidupan sehari-harinya, sebagai seorang petani, I Tolo’ selalu membantu ayahnya bertani di sawah, juga mengembala kerbau. Dan pandai bergaul dengan sesama teman sebayanya. Ketika menjelang sore, I Tolo’ bersama rekan gembalanya mengambil kerbaunya untuk masuk kandang.
Sejak kecil, I Tolo memang terkenal sebagai seorang pemberani. Ayahnya I Kade sebagai seorang jago silat di kampungnya telah mewariskan ilmu bela diri itu kepada anak-anaknya. Sosok sebagai pemberani itulah, sehingga ayahnya memberi gelar sebagai I Tolo’. Tolo; dalam bahasa Makassar berarti orang yang diberi tugas sebagai peran utama dalam memberantas kejahatan.
Seperti halnya dalam film koboy, ada salah seorang tokoh pemberani yang bertugas sebagai pemeran utama, itulah yang disebut Tolo. Karena anaknya sebagai seorang pemberani, maka kedua orang tuanya sepakat memberi nama pada anaknya dengan nama i Tolo’ Daeng Magassing artinya tokoh yang memegang peran utama dalam memberantas kejahatan dan sangat kuat.
Keseharian I Tolo bekerja di sawah dan menggembala kerbau membantu ayahnya, I Kade. Selain taat beribadah, I Tolo juga mahir dalam silat. Keahliannya itu didapatkan dari ayahnya yang memang dikenal sebagai guru silat di kampung Parapa.
I Tolo tak tega melihat rakyat kecil diintimidasi bahkan di depan matanya pasukan Belanda kerap membunuh warga dengan sadis. I Tolo terketuk untuk melakukan perlawanan menghentikan segala prilaku penjajah Belanda yang sangat keterlaluan.
"Tindakan kejam Belanda saat itu membuat I Tolo bangkit melakukan perlawanan. Dia menggalang kekuatan bersama rekan seperguruan silatnya yang jumlahnya kala itu sekitar 40 orang. Dari kekuatan itulah, I Tolo kemudian bergerilya masuk hutan dan menghadang Belanda serta merampas persenjataannya sebagai tambahan kekuatan," tutur Daeng Ngai.
Waktu terus berjalan, Belanda terus meningkatkan jumlah pasukannya dan perlahan mematahkan pergerakan pasukan I Tolo yang sudah berkurang. I Tolo bersama dua orang rekannya, yakni I Basareng dan I Rajamang ikut ditangkap di persembunyiannya di sebuah kawasan hutan.
Usai menangkap I Tolo, Belanda tak puas dan kembali menyebar isu bahwa I Tolo merupakan penjahat kelas kakap yang sekian lama meresahkan masyarakat. Tujuan belanda melakukan itu untuk menanamkan kebencian masyarakat pada I Tolo.
Kecewa dengan sikap masyarakat yang tetap tak termakan provokasi membuat Belanda marah dan akhirnya menembak mati I Tolo beserta kedua rekannya I Basareng dan I Rajamang. Setelah ketiga pejuang itu tewas, Belanda kemudian tak langsung menguburnya malah mayat ketiganya diarak keliling perkampungan untuk dipertontonkan kepada masyarakat.
Setelah ditembak mati dan jasadnya diarak keliling kampung, Belanda kemudian menyerahkan jasad I Tolo kepada keluarganya di kampung Parapa sehingga jasad I Tolo dimakamkan di kampung kelahirannya sendiri.
Meski I Tolo’ sudah tiada, keberaniannya melakukan aksi melawan penjajahan Belanda hingga saat ini terus hidup dan bahkan melegenda. Selama pemberontakan dilakukannya, I Tolo tak pernah berpesan kepada turunannya agar kelak setelah tiada diangkat sebagai pahlawan.