Menuju konten utama
Adam Malik Batubara

Adam Malik Batubara

Wakil Presiden Wakil Presiden Indonesia (1978 - 1983)

Tempat & Tanggal Lahir

Pematangsiantar, Kota Pematang Siantar, Sumatera Utara, Indonesia, 22 Juli 1917

Karir

  • Wakil Ketua III Komite Nasional Indonesia Pusat (1945 - 1950)
  • Menteri Menteri Perdagangan Indonesia ke-15 (1963 - 1964)
  • Menteri Menteri Luar Negeri Indonesia ke-11 (1966 - 1978)
  • Ketua Dewan Perwakilan Rakyat ke-7 (1977 - 1978)
  • Wakil Presiden Wakil Presiden Indonesia (1978 - 1983)

Pendidikan

  • Hollandsch-Inlandsche School Pematangsiantar
  • Sekolah Agama Parabek di Bukittinggi

Detail Tokoh

Adam Malik Batubara telah dianugerahi gelar sebagai Pahlawan Nasional berdasarkan Keppres Nomor 107/TK/1998, sejak tanggal 6 November 1998. Pria kelahiran Pematangsiantar, Sumatera Utara, pada 22 Juli 1917 meninggal dunia di Bandung, Jawa Barat, 5 September 1984.

Mantan pejabat negara ini telah meninggalkan banyak penghargaan dan kebanggaan untuk Indonesia, terutama di Indonesai di mata luar negeri. Selama hidup, sebagai mantan Menteri Indonesia dan sempat menjabat pula sebagai Menteri Luar Negeri, ia membuat banyak perubahan pada wajah bangsa selama masa-masa awal pembangunan.

Mantan Wakil Presiden Indonesai ketiga ini, merupakan putra pasangan dari Abdul Malik Batubara dan Salamah Lubis. Kedua orang tuanya termasuk saudagar kaya di Pematangsiantar, sehingga selama hidupnya, Adam Malik tak pernah kekurangan financial sedikitpun.

Putra ketiga dari sepuluh bersaudara ini berhasil menyelesaikan pendidikannya di Hollandsch-Inlandsche School Pematangsiantar. Sedangkan saat Sekolah Agama Madrasah Sumatera Thawalib Parabek di Bukittinggi, Adam Malik menjalaninya hanya selama satu setengah tahun. Ia memilih pulang ke kampung halaman untuk membantu kedua orang tuanya berdagang.

Adam Malik adalah anak cerdas yang memiliki pandangan luas dan keinginan untuk maju. Baktinya kepada orang tua menjadikannya memiliki tekad bulat untuk merantau ke Jakarta. Bersama Soemanang, Sipahutar, Armijn Pane, Abdul Hakim, dan Pandu Kartawiguna di Jakarta, ia berhasil menjadi pelopor pendirian Kantor Berita Antara.

Sebelum mendirikan Kantor Berita Antara bersama rekan-rekannya, Adam Malik pasti harus sudah mengenal terlebih dahulu dunia berita. Adam Malik mengawali karirnya di Jakarta dengan menjadi seorang wartawan. Untuk menjadi wartawan, ia tidak mempelajari tekniknya di sekolah, namun ia pelajari semuanya secara otodidak.

Sembari menjadi wartawan ia berkenalan dengan tokoh-tokoh pergerakan. Adam Malik tumbuh menjadi pemuda aktif. Ia terlihat sering mengikuti perjaungan kemerdekaan Indonesia, sebagai salah satu bukti peranannnya ialah ia membuka kantor Berita Antara tersebut. Berkantor di Buiten Tijgerstraat 38 Noord Batavia lalu setelah merdeka pindah ke JI. Pos Utara 53 Pasar Baru, Jakarta Pusat.

Di kantor Berita Antra, Adam Malik menjabat sebagai Redaktur dan Wakil Direktur sekaligus. Jabatan Direktur diisi oleh Mr. Soemanang. Bermodalkan sebuah meja tulis tua, satu mesin ketik tua, dan satu mesin roneo tua, mereka membuat berita. Setiap hari mereka menyuplai berita ke berbagai surat kabar nasional Sebelum mendirikan kantor berita sendiri, tulisan Adam Malik dan kawan-kawannya nampang di Kotan Pelita Andalas dan Majalah Partindo.

Adam Malik lalu mulai bersentuhan dengan dunia politik dan menjadi politikus di antara tahun 1934-1935. Adam Malik menjadi lebih intens berkecimpung di dunia politik selama memimpin Partai Indonesai (Partindo) Pematang Siantar dan Medan. Jalannya menjadi seorang politikus, diplomat, dan birokrat pun terbuka lebar, antara tahun 1940-1941 Adam Malik menjadi anggota Dewan Pimpinan Gerakan Rakyat Indonesia (Gerindo) di Jakarta. Keaktifannya di dunia gerakan masih berlanjut sampai tahun 1945, Adam Malik secara resmi menjadi Pimpinan Gerakan Pemuda dalam rangka melakukan persiapan Kemerdekaan Indonesia di Jakarta.

Tokoh inilah, salah seorang pemuda yang mendesak Soekarno dan Hatta untuk mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia. Pada masa penjajahan Jepang, sikap nasionalis Adam Malik sudah terlihat amat tinggi. Ia bergerilya bersama gerakan pemuda untuk memperjuangkan kemerdekaan. Dalam sejarah telah tercatat, menjelang tanggal 17 Agustus 1945, bersama Sukarni, Chaerul Saleh, dan Wikana, ia pernah membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklok. Ia mendesak agar kedua tokoh itu segera memproklamirkan kemerdekaan Indonesia selama Jepang dan Belanda sedang kocar kacir mengurusi negaranya masing-masing. Demi mendukung pelaksanaan pembacaan naskah proklamasi, Adam Malik turun tangan menggerakkan masyarakat untuk berkumpul di lapangan Ikada, Jakarta.

Kedudukan Adam Malik di pemerintahan resmi Indonesia pun tak main-main. Adam Malik berkali-kali dipercaya untuk menjalankan posisi-posisi penitng, salah satunya ialah dengan menjadi seorang Duta Besar luar biasa dan berkuasa penuh untuk negara Uni Soviet dan Polandia.

Selesai menjalankan tugas di dua wilayah tersebut, Adam Malik lalu diangkat menjadi Ketua Delegasi Republik Indonesia untuk perundingan Indonesia dengan Belanda tahun 1962. Pendelegasian ini penting untuk membahas nasib wilayah Irian Barat di Washington D.C, Amerika Serikat. Pertemuan tersebut menghasilkan: Persetujuan Pendahuluan mengenai Irian Barat.

Sepak terjangnya membuatnya dengan mudah bergabung dengan jajaran kabinet. Tahun 1963, secara resmi, Adam Malik menjadi bagian dari Kabinet Kerja IV. Di dalam kabinet ini ia menjabat sebagai Menteri Perdagangan sekaligus Wakil Panglima Operasi ke-I Komando Tertinggi Operasi Ekonomi (KOTOE). Ketika terjadi pergantian rezim. Adam Malik, tahun 1966 menyatakan keluar dari Partai Murba dengan alasan ia menentang masuknya modal asing yang disetuji oleh Partai Murba tempat ia pernah bernaung.

Partai Golkar nampaknya tak mau melewatkan kewibawaan Adam Malik, empat tahun kemudian setelah peristiwa pengunduran diri tersebut, Adam Malik sudah resmi menjadi bagian dari Partai Golkar. Partai ini mempercayai Adam Malik dengan menjadikannya Ketua Delegasi untuk Komisi Perdagangan dan Pembangunan di PBB tahun 1964. Karirnya di dunia politik kembali membaik dan berangsur-angrus meningkat. Adam Malik dipercaya menjadi Wakil PErdana Menteri tahun 1966 sekaligus menjadi Menteri Luar Negeri Republik Indonesia di kabinet Dwikora II.

Pejabat tinggi negara ini dengan mudah sering mengatakan, “semua bisa diatur.” Kata-kata itu seperti sudah menjadi jingle kesehariannya dalam menjalankan tugas. Kata-kata itu bisa berarti bahwa ia merupakan diplomat yang selalu memiliki seribu satu jawaban atas berbagai persoalan.

Di sisi lain, banyak orang menilai, kata-kata “semua bisa diatur” yang dilontarkan oleh Adam Malik kadang-kadang menjadi sebuah kritikan bukan pandangan positif. Apalagi ketiak menyangkut berbagai macam peraturan, seolah-olah, Adam Malik sedang mencibir bahwa setiap hal di Indonesia bisa dianggap mudah asalkan memenuhi syarat-syarat tertentu, bisa berupa lewat jalur gelap maupun administrasi yang sewajarnya.

Sepanjang hidup, Adam Malik sudah mengabdikan pemikiran dan tenaganya untuk bangsa dan negara. Pemilik julukan ‘Si Kancil’ ini menghembuskan nafas terakhir di Bandung setelah berjuang bertahun-tahun melawan penyakit liver. Adam Malik dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Isteri dan anak-anaknya amat menghormati sosok kepala keluarga itu. Mereka mendirikan Museum Adam Malik untuk mengenang jasa-jasanya. Selain keluarga yang mencintainya, pemerintah juga memberikan berbagai tanda kehormatan atas jasajasa Adam Malik pada engara. Anugerah tersebut antara lain Bintang Mahaputera kl. IV diterima langsung oleh Adam Malik pada tahun 1971, Bintang Adhi Perdana kl.II pada tahun 1973, dan diangkat sebagai Pahlawan Nasional pada tahun 1998.

Tokoh Lainnya

Sandiaga Salahuddin Uno

Sandiaga Salahuddin Uno

Menteri Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Agus Harimurti Yudhoyono

Agus Harimurti Yudhoyono

Staff TNI Angkatan Darat
Joko Widodo

Joko Widodo

Presiden RI
Zulkifli Hasan

Zulkifli Hasan

Ketua MPR RI
Hidayat Nur Wahid

Hidayat Nur Wahid

Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat
Ganjar Pranowo

Ganjar Pranowo

Gubernur Provinsi Jawa Tengah
Erick Thohir

Erick Thohir

Menteri Kementrian BUMN
Prabowo Subianto Djojohadikusumo

Prabowo Subianto Djojohadikusumo

Menteri Kementerian Pertahanan
Budi Karya Sumadi

Budi Karya Sumadi

Menteri Perhubungan
Bambang Soesatyo

Bambang Soesatyo

Anggota Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar