Menuju konten utama
Abdulrahman Saleh

Abdulrahman Saleh

Komandan Pangkalan Udara Angkatan Udara (1946)

Tempat & Tanggal Lahir

Jakarta, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Indonesia, 1 Juli 1909

Karir

  • Komandan Pangkalan Udara Angkatan Udara (1946)

Pendidikan

  • Hollandsch Inlandsche School
  • Meer Uitgebreid Lager Onderwijs
  • School Tot Opleiding van Inlandsche Artsen
  • Geneeskundige Hoge School

Detail Tokoh

Abdulrahman Saleh adalah pahlawan Indonesia yang lahir di Jakarta, 1 Juli 1909. Ia dikenal memiliki banyak talenta, sebagai dokter, ahli ilmu faal, perintis teknologi radio, dan sekaligus perintis penerbangan Indonesia.

Dalam bidang medis, ia dikenal sebagai sosok yang ahli dalam ilmu fisiologi. Ilmu ini merupakan salah satu cabang ilmu dari biologi. Ilmu faal mempelajari berlangsungnya kehidupan. Dalam ilmu ini ada beberapa metode yang musti dikuasai peminatnya, yakni metode untuk mempelajari biomolekul, sel, jaringan, organ, sistem organ, dan organisme secara keseluruhan dalam menjalankan fungsi fisik dan kimiawinya dalam mendukung kehidupan.

Ilmu ini dikuasai oleh Abdulrahman Saleh dari Universitas Indonesia, pada 5 Desember 1958. Karena keahliannya ia diberi gelar sebagai Bapak Ilmu Faal Indonesia. Dengan demikian, Abdulrahman Saleh adalah seorang anggota dokter yang bergelar Prof. Dr. Sp. F.

Selain gelar terhormat ini, ia juga mendapat julukan “Karbol” dari teman-teman sekolahnya. Marsekal Muda Anumerta ini mendapat julukan “Karbol” pada awalnya karena seorang dosen Belanda sering mamanggilnya “Krullebol” artinya si keriting yang cerdas. Oleh teman-temannya “Krullebol” menjadi “Karbol.”

Ketekunan dalam belajar memang nampak sejak kecil. Ia adalah seorang anak yang gemar mempelajari sesuatu. Abdulrahman Saleh dilahirkan di Jakarta, pada 1 Juli 1909. Sejak kecil ia telah berada di lingkungan dokter, sebab ayahnya, dr. Mohammad Saleh dikenal sebagai dokter yang sosiawan oleh masyarakat sekitarnya. Ia aktif di daerah Probolinggo dan sekitarnya. Abdulrahman Sudah didisplinkan sejak kecil, ia dibentuk untuk terbiasa hidup tertib dan mandiri. Ilmu pengetahuan merupakan hal penting di keluarganya. Selain itu, masalah etika juga menjadi ajaran utama orang tuanya, sampai-sampai di meja makan pun mereka mendapat pendidikan secara khusus.

Sebelum menempuh ilmu kedokteran, Abdulrahman Saleh mendapat kesempatan sekolah di Hollandsch Inlandsche School (HIS) yakni sekolah rakyat berbahasa Belanda. Ia juga mendapat pendidikan di Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO) kini merupakan Sekolah Menengah Pertama. Lulus dari MULO ia melanjutkan sekolah ke Algemene Middelbare School (AMS) yang sekarang disebut Sekolah Menengah Atas. Kemudian ia melanjutkan sekolah di School Tot Opleiding van Inlandsche Artsen (STOVIA). Sebelum ia menyelesaikan pendidikan di STOVIA, sekolah itu sudah terlanjur dibubarkan karena kondisi politik.

Meski tak sempat menyelesaikan pendidikan di STOVIA, Abdulrahman Saleh tetap pnuya kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di Geneeskundige Hoge School (GHS). Lembaga pendidikan ini merupakan semacam sekolah tinggi yang berfokus pada bidang kesehatan atau kedokteran. Di sekolah inilah ia mempelajari ilmu faal, sampai akhinya ia mendapatkan gelar kehormatan sebagai Bapak Ilmu Faal Indonesia dari Universitas Indonesia.

disamping belajar di ilmu kedokteran, Abdulrahman Saleh yang akrab dipanggil “karbol” ini juga aktif di perkumpulan olahraga terbang di Jakarta. Perkumpulan itu dijajakinya sebelum Perang Dunia II meledak. Hobinya membawanya meraih surat ijin terbang. Sealin aktif di perkumpulan olahraga terbang, masa mudanya diisi dengan kegiatan positif lainnya seperti dapat memimpin perkumpula VORO (Vereniging voor Oosterse Radio Omroep). VORO merupakan perkumpulan yang bergerak dalam bidang radio. Di sini, pada masa proklamasi dibacakan, Abdurahman Saleh menyiapkan pemancar untuk menyiarkan kemerdekaan. Pemancar itu lalu terkenal dengan nama Siaran Radio Indonesia Merdeka.

Melalui pemancar yang dibuatnya, berita-berita mengenai kemerdekaan Indonesia dapat disiarkan hingga ke seluruh penjuru negeri dan juga ke luar negeri. Keaktifannya di dunia radio membuatnya ikut dalam pembentukan dan pendirian Radio Republik Indonesia (RRI). Pemancar RRI resmi berdiri dan mengudara pada 11 September 1945. Tak hanya RRI yang menjadi salah satu buah pikirnya, Sekolah Teknik Udara dan Sekolah Radio Udara di Malang juga merupakan dua hal yang didirikan olehnya.

Karir militernya dimulai dari memasuki dinas Angkatan Udara. Keahliannya menerbangkan pesawat berbekal dari perkumpulan olahraga terbang. Di Angkatan Udara ia pun diangkat sebagai Komandan Pangkalan Udara Madiun pada tahun 1946. Ia adalah penerbang yang andal sekaligus dosen yang cakap. Meskipun sudah bergabung sebagai salah satu anggota Angkatan Udara, Abdulrahman Saleh tak melupakan begitu saja gelar doktor yang didapatnya. Bapak Ilmu Faal Indonesia ini juga mengajar di Perguruan Tinggi Dokter di Klaten, Jawa Tengah.

Pria yang diketahui juga aktif di organisasi pemuda seperti Indonesia muda, Jong Java, dan Kepanduan Bangsa Indonesai (KBI) ini merupakan salah seorang yang dianggap teladan di Akademi Angkatan Udara. Julukannya “Karbol” dipergunakan dalam Akademi Angkatan Udara untuk memanggil para tarunanya. Tujuannya, agar para taruna AAU dapat mengetahui siapa pemilik “Karbol” sebenarnya dan dikemudian hari mampu mencontoh kiprahnya yang dapat berperan dalam membangun bangsa melalui penerbangan Indonesia.

Pak Karbol, begitu ia akrab disapa oleh rekan-rekannya, dengan tekun sempat mempelajari cara mengemudikan pesawat Cureg bersayap dua. Selain itu, ia akrabi pula pesawat bertipe glider, blomber, dan Hajabusya. Pesawat-pesawat tersebut merupakan pesawat warisan Jepang. Mesin-mesinnya yang sudah rusak diperbaiki sendiri oleh Pak Karbol.

Pak Karbol sempat singgah di Yogyakarta dan Malang. Di Yogyakarta ia berperan sebagai instruktur penerbang pembantu Adisutjipto. Di Malang, ia bertugas sebagai Komandan Pangkalan Udara Maospati (Madiun).

Pak Karbol pernah dikirim ke India bersama Adisucipto saat Agresi Militer I Belanda tercatat dalam perjalanan sejarah kemerdekaan Indonesia. Dia bersama Adisucipto, dalam perjalanan pulang mengambil obat-obatan terlebih dahulu di Singapura. Obat-obatan tersebut berasal dari sumbangan Palang Merah Malaya untuk kepentingan perjuangan kemerdekaan. Ia mengangkut obat-obatan tersebut menggunakan pesawat. Dia dan rekan-rekan menggunakan penerbangan Dakota VT-CLA. Dalam perjalanan, ternyata pesawat itu ditembak jatuh. Penembak ialah pesawat P-40 Kitty-Hawk Belanda. Penembakan terjadi sesaat sebelum pesawat mendarat di Lapangan Udara Maguwoharjo, Sleman.

Penumpang yang turut meninggal dalam peristiwa itu antara lain Adisutjipto, Adisumarmo Wiryokusumo, Zainal Afirin, dan pilot Alexander Noel Constantine seorang Wing Comander Australia. Ada pula Squadron Leader Inggris Roy Hazelhurst, juru teknik India Bidha Ram dan Ny. Constantine. Satu-satunya orang yang selamat ialah Gani Handonotjokro.

Peristiwa ini, sampai hari ini dikenang sebagai Hari Bakti TNI AU. Nama Abdulrahman Slaeh kemudian diabadikan sebagai pahlawan nasional. Gelar tersebut beradasarkan pada Surat Keputusan Presiden No 071/TK/1974, tanggal 9 November 1974. Jenazah Abdulrahman Saleh yang tadinya dikebumikan di Kuncen, Yogyakarta kemudian pada tanggal 14 Juli 2000 dipindahkan ke Kompleks Monumen Perjuangan TNI AU Bantul Yogyakarta. Pemindahan tersebut dilakukan atas prakarsa dari TNI-AU sendiri. Tak hanya jenazah Abdurrahman Saleh saja yang dipindahkan, tapi jenazah Adisucipto dan para istri mereka turut dipindahkan.

Selain ditetapkan sebagai pahlawan nasional, nama Abdulrahman Saleh juga diabadikan sebagai nama salah satu bandara internasional di Indonesia. Bandar Udara Abdurrahman Saleh berada di Malang, Jawa Timur ramai setiap hari. Disamping itu, setiap tahun piala bergilir atas nama Abdurrahman Saleh diperebutkan setiap tahun dalam kompetisi Kedokteran dan Biologi Umum (Medical and General Biology Competition).

Prof. Dr. Abdulrahman Saleh telah diakui sebagai pelopor dalam berbagai bidang, contohnya bidang pemancar radio dan penerbangan. Ia juga merupakan perintis ilmu faal di Indonesia, serta merupakan salah seorang pencetus peletakan dasar-dasar Angkatan Udara.

Tokoh Lainnya

Ganjar Pranowo

Ganjar Pranowo

Gubernur Provinsi Jawa Tengah
Budi Karya Sumadi

Budi Karya Sumadi

Menteri Perhubungan
Prabowo Subianto Djojohadikusumo

Prabowo Subianto Djojohadikusumo

Menteri Kementerian Pertahanan
Agus Harimurti Yudhoyono

Agus Harimurti Yudhoyono

Staff TNI Angkatan Darat
Erick Thohir

Erick Thohir

Menteri Kementrian BUMN
Joko Widodo

Joko Widodo

Presiden RI
Sandiaga Salahuddin Uno

Sandiaga Salahuddin Uno

Menteri Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Zulkifli Hasan

Zulkifli Hasan

Ketua MPR RI
Hidayat Nur Wahid

Hidayat Nur Wahid

Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat
Bambang Soesatyo

Bambang Soesatyo

Anggota Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar