Menuju konten utama
Abdul Latief

Abdul Latief

Menteri Menteri Tenaga Kerja Indonesia (1993 - 1998)

Tempat & Tanggal Lahir

Banda Aceh, Kota Banda Aceh, Aceh, Indonesia, 27 April 1940

Karir

  • Mentri Menteri Pariwisata, Seni, dan Budaya Indonesia 1998 (1998)
  • Menteri Menteri Tenaga Kerja Indonesia (1993 - 1998)

Pendidikan

  • Fakultas Ekonomi, Universitas Krisnadwipayanan (Unkris)

Detail Tokoh

Abdul Latief merupakan salah seorang pengusaha yang lahir di Banda Aceh, 27 April 1940. Ia dikenal sebagai pengusaha sukses yang memiliki ribuan tenaga kerja. Abdul Latief sudah memulai usaha sejak pemerintahan Soeharto masih berkuasa. Kesuksesannya di bidang bisnis kala Presiden Soeharto masih aktif membuatnya dipercaya untuk mengampu jabatan sebagai Menteri Tenaga Kerja pada tahun 1993-1998.

Kiprah sukses Abdul Latief berkaitan dengan kesuksesannya dalam membangun usaha toko. Salah satunya yang paling terkenal ialah Pasaraya Sarinah Jaya. Toko ini menjadi outlet terbesar di Blok M dan kawasan Manggarai, di Jakarta Selatan dan Jakarta Utara.

Pasaraya Sarinah Jaya telah menyerap puluhan tenaga kerja Indonesia. Toko ini menjual berbagai macam produk lokal dan kerajinan khas nusantara. Anda bisa menemukan berbagai produk nusantara di sudut-sudut Pasaraya Sarinah Jaya.

Pasaraya Sarinah Jaya menjadi kawasan perbelanjaan kelas elit di tengah masyarakat Indonesia. Toko-toko di kawasan ini juga menjadi lokasi standar pusat perbelanjaan untuk wisatawan di Indonesia. Wisatawan dari mancanegara bisa menemukan barang-barang kerajinan khas Indonesia.

Abdul Latif, merupakan pedagang asal Minang, dengan motto tak ingin menyia-nyiakan sisa kios sedikitpun di emperan toko, Abdul Latif mengelolanya menjadi departemen store berkelas dengan harga terjangkau. Abdul Latief memulai bisnis departemen store dimulai dari bawah, ia memulainya dengan membangun toko kecil di Grogol, Jawa Barat.

Abdul Latief merupakan mantan mahasiswa Fakultas Ekonomi, Universitas Krisnadwipayanan (Unkris), Jakarta. Saat masih sedang menempuh pendidikan S1, ia bekerja paruh waktu di departemen store Sarinah. Pada saat itu, dia mendapat kesempatan untuk belajar manajemen departemen store, oleh perusahaan terkait, Abdul Latief dikirim ke luar negeri dengan misi khusus tersebut. Ia mempelajari manajemen studi department store Seibu Group, ke department store di Tokyo, Jepang , pada tahun 1966.

Setelah lulus dari kuliah, antara tahun 1963-1971, Abdul Latief memperoleh promosi menjadi Koordinator Promosi dan Pengembangan Ekspor PT Sarinah Department Store. Pengalamannya mulai bertumpuk sejak dari dikirim ke luar negeri untuk pendidikan dan menjadi seorang koordinator promosi dan pengembangan ekspor. Abdul Latief terus mengembangkan kemampuannya dan belajar menjadi Corporate Leadership Academy lulusan (APP) Departemen Perindustrian tahun 1963. Setelah lulus ia kembali fokus ke bisnis dan diserahi untuk menggarap konsep baru bidang pemasaran Department Store Sarinah. Abdul Latief mengembangkan konsep yang sudah ada digabung dengankonsep pemasaran yang dipelajarinya dari negara Rising Sun, Jepang.

Sekembali dari Jepang, mobil Abdul Latief yang dibelinya dari Jepang ia lego. Ia tidak lagi ingin bekerja menjadi bawahan di sebauh departemen store. Ia berinisiatif untuk mendirikan sendiri tokonya. Mulailah dari modal hasil penjualan mobil, Abdul Latief segera membeli sebuah toko kecil di wilayah Grogol, Jakarta Barat.

Berbekal ilmu pengatahuan dan pengalaman yang telah di dapatnya, Abdul Latief memulai hidup menjadi pengusaha. Di awal-awal usaha, Abdul Latief selalu turun langsung ke lapangan, untuk mengecek harga dan ketersediaan barang ke tokonya. “Saya tertarik pada pengecer seperti Pasar Baru,” ungkat Abdul Latief.

Kenapa ia tertarik dengan pengecer di Pasar Baru? Ia beranggapan bahwa harga di sana cukup miring dan ia bisa menawarkan kerjasama dengan pedagang di area tersebut. Abdul Latief mulai meremikan perusahaan sendiri pada tahun 1972 dengan nama PT Latif Marda Corporation. Abdul Muthalib, adik kandung Abdul Latief, di awal-awal membangun bisnis mambantunya hingga perusahaan berkembang dan mendapatkan kepercayaan di pasar. Dua tahun kemudian, Abdul Latief dan berkat bantuan dari adiknya, berhasil mendiirikan sebuah perusahaan lagi diberinya nama PT Indonesia Product Centre Sarinah Jaya.

PT Indonesia Product Centre Sarinah Jaya inilah yang sekarang menjadi pengelola utama departement store Pasaraya Sarinah Jaya. Strategi Abdul Latief agar departement storenya diminati oleh banyak orang ialah dengan menerobos masuk ke bidang-bidang menjanjikan seperti agribisnis, iklan, asuransi, menjadi pengembang, kontruksi, ritel, buku, dan media perlindungan konglomerat di bawah bendera besar grub Abdul Latief dengan nama A’Latief Corporation.

Keberhasilan Abdul Latief dalam mengembangkan usahanya dimulai dari nol membuat Presiden Soeharto yang saat itu masih berkuasa tertarik untuk menjadikannya pion penguat pemerintahan. Dari situs Profil Pengusaha Indonesia disebutkan bahwa Soeharto sendirilah yang menelepon Abdul Latief dan memintanya memperkuat kinerja pemerintahan dalam bidang ketenagakerjaan. Mendengar adanya panggilan nasional ini, Abdul Latief pun bersedia meninggalkan bisnis. Saat ditelepon oleh Presiden, Abdul Latief mengaku sedang dalam rangka menyiapkan pengganti kepemimpinan di perusahaannya. Ia merencanakan untuk melakukan kegiatan lain dan hanya melakukan monitoring bisnis saja dalam kesempatan tertentu.

Pendiri Universitas dan Politeknik itu menjadi Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia pada 1993-1998. Pendiri dan sekaligus menatan ketua Asosiasi Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) tahun ini 1972-1973 ini berhasil memperlihatkan hasil kerja yang berpotensi baik untuk masa depan Indonesia. Abdul Latief berhasil menelurkan kebijakan terkait dengan upah minimum regional (UMR). Kebijakan ini dibuatnya dalam rangka untuk memastikan tenaga kerja memperoleh jumlah upah sesuai denagn tingkat kebutuhan dan standar hidup di daerah tempat ia bekerja. Ia juga berhasil meresmikan kebijakan mewajibdkan tip perusahaan harus memberikan makan siang pada setiap karyawan. Ia juga membuat kebijakan yang mewajibkan setiap perusahaan besar agar memberikan Tunjangan Hari Raya pada hari besar Hari Raya Idul Fitri untuk umat Muslim, dengan ketentuan, THR tersebut diberikan kepada karyawan sebelum hari raya tiba. Selain itu, tak hanya THR untuk umat muslim, untuk umat kristen yang merayakan natal pun juga dipastikan dapat menerima THR.
Kebijakan UMR dan THR diberlakukannya untuk menciptakan pengusaha yang mempekerjakan karyawan dengan lebih manusiawi. Sebab sebelumnya, ia melihat THR merupakan bentuk belas kasihan saja tanpa ada kerangka hukum yang jelas. Oleh karena itu, dalam pandangan Abdul Latief, THR merupakan sarana dalam rangka mengangkat harhat dan derajat tenaga kerja.

Sejak awal menjadi Menteri Tenaga Kerja, Abdul Latief sudah melakukan berbagai macam koreksi terhadap biaya produksi perusahaan-perusahaan besar di Indonesia, sehingga ia berani mengambil kebijakan tersebut di atas. “Dari awal saya menjadi menteri saya katakan, kita tidak bermimpi lagi memiliki tenaga kerja murah, hal ini harus kita singkirkan,” ungkap Abdul Latief. Kemaunnya tentu saja berkebalikan dengan keinginan pengusaha yang ingin bisa mempekerjakan tenaga kerja sebanyak mungkin namun dengan biaya semurah mungkin. Abdul Latief tidak senang jika kontribusi tenaga kerja diremehkan kelangsungan hidupnya.

Setelah terbilang sukses menjalankan peran sebagai Menteri Tenaga Kerja, keberadaan Abdul Latief di kementerian digeser menjadi Menteri Pariwisata, Seni, dan Budaya tahun 1998. Belum lama menjabat di bidang ini, Abdul Latief sudah mengudnurkan diri dari Kabinet Pembangunan VII disusul oleh krisis ekonomi dan kejatuhan rezim Orde Baru. Abdul Latief kembali ke perusahaannya untuk menyelamatkan bisnisnya dari gempuran krisis ekonomi.

Belum lama ini, Abdul Latief menikahi seorang perempuan bernama Ainahaq Dona Louisa Hindarto, wanita berumur 28 tahun. Liputan6.com memantau, pernikahan dilangsungkan pada 23 Agustus 2003 di rumah Abdul Latief, di Jalan Kalimalang Raya Nomor 77, Pondok Kelapa, Jakarta Timur. Acara berlangsung secara tertutup.

Tokoh Lainnya

Sandiaga Salahuddin Uno

Sandiaga Salahuddin Uno

Menteri Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Agus Harimurti Yudhoyono

Agus Harimurti Yudhoyono

Staff TNI Angkatan Darat
Hidayat Nur Wahid

Hidayat Nur Wahid

Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat
Prabowo Subianto Djojohadikusumo

Prabowo Subianto Djojohadikusumo

Menteri Kementerian Pertahanan
Joko Widodo

Joko Widodo

Presiden RI
Bambang Soesatyo

Bambang Soesatyo

Anggota Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar
Budi Karya Sumadi

Budi Karya Sumadi

Menteri Perhubungan
Erick Thohir

Erick Thohir

Menteri Kementrian BUMN
Zulkifli Hasan

Zulkifli Hasan

Ketua MPR RI
Ganjar Pranowo

Ganjar Pranowo

Gubernur Provinsi Jawa Tengah