Menuju konten utama
Abdoel Gaffar Pringgdigdo

Abdoel Gaffar Pringgdigdo

Rektor Universitas Hasanuddin Makassar (1956 - 1957)

Tempat & Tanggal Lahir

Bojonegoro, 21 Agustus 1904

Karir

  • Menteri Sekretaris Negara Kabinet (1945 - 1945)
  • Menteri Kehakiman Kabinet (1950 - 1950)
  • Dekan Fakultas Hukum Universitas Airlangga Surabaya (1953 - 1954)
  • Rektor Universitas Airlangga Surabaya (1954 - 1961)
  • Rektor Universitas Hasanuddin Makassar (1956 - 1957)

Pendidikan

  • Universitas Leiden (1923 - 1927)
  • Europeeche Lagore School (1911 - 1918)

Detail Tokoh

Abdoel Gaffar Pringgodigdo tidak hanya mumpuni di bidang pemerintahan. Ia juga memiliki segudang prestasi akademik yang membanggakan. Semasa hidupnya, selain menjadi menteri kehakiman dan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) dari Partai Masyumi, pria yang akrab disapa Pringgodigdo ini dikenal juga sebagai seorang pendidik.

Ia mengajar ilmu hukum di sejumlah perguruan tinggi ternama, seperti Universitas Gajah Mada (UGM) Yogyakarta, Universitas Airlangga Surabaya, Universitas Hasanuddin Makassar, dan beberapa perguruan tinggi lainnya.

Pria yang dikenal sebagai seorang menteri Kehakiman Indonesia keempat ini lahir di Bojonegoro, Jawa Timur. Beliau merupakan kakak kandung dari duta besar Indonesia bernama Abdoel Kareem Pringgodigdo.

Sejak kecil, Pringgodigdo dibesarkan di lingkungan keluarga yang sadar akan pendidikan dan berpikiran maju, sehingga tak heran bila ia dan adiknya bisa menyenyam pendidikan di sekolah rakyat bernama Europeeche Lagore School. Adoel Gaffar Pringgodigdo sendiri belajar di sekolah tersebut dari tahun 1911 sampai 1918.

Lulus dari sekolah itu, ia melanjutkan pendidikan ke Hogere Burger School dan berhasil lulus pada 1923. Kemudian ia melanjutkan pendidikannya di Leiden, Belanda. Dalam pikiran Pringgodigdo muda hanya pendidikan yang lebih tinggi dan ilmu pengetahuan yang lebih baik. Karena itu, wajar saat ia memilih Universitas Leiden sebagai sarana untuk belajar.

Di Universitas Leiden, ia belajar di jurusan Ilmu Hukum dan berhasil meraih gelar sarjana pada 1927 dengan predikat cum laude. Bahkan ia juga berhasil membawa pulang sertificate cumlaude dari ilmu Indologi.

Saat pulang ke Indonesia, Pringgodigdo mengawali karir sebagai seorang juru tulis. Ilmu pengetahuan yang dimilikinya membuatnya dipercaya menjadi seorang wedana Karang Kobar di bagian timur Kabupaten Purbalingga.

Pada masa pendudukan Jepang, Pringgodigdo tercatat sebagai salah seorang anggota Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUKI). Pada masa akhir pendudukan Jepnag di tanah air, Pringgodigdo menjadi sekretaris Radjiman Widyoningrat, pemimpin BPUPKI pada masa itu. Setelah kemerdekaan diproklamirkan, Pringgodigdo juga muncul sebagai salah seorang tokoh di dalam Panitian Lima, sebuah kelompok penanggung jawab perumusan Pancasila.

Setelah kemerdekaan dan kedaulatan Indonesia berhasil diraih, Pringgodigdo ditunjuk oleh Presiden Soekarno sebagai sekretaris negara sampai Januari 1950. Selanjutnya, ia bertugas sebagai seorang komisaris di Sumatera dari bulan Juni sampai September tahun 1948.

Ketika Agresi Militer Belanda II terjadi pada Desember 1948, Pringgodigdo ditangkap dan diusir ke Bangka bersama pemimpin Indonesia lainnya. Pada waktu itu banyak arsip-arsip penting milik Indonesai dibakar oleh Belanda. Saat itu, Belanda memang belum mengakui kemerdekaan yang berhasil diproklamasikan oleh Presiden dan Wakil Presiden, Soekarno dan Moh. Hatta.

Dalam sejarah hidupnya, Pringgodidgo merupakan salah seorang anggota Partai Masyumi yang pada tahun 1971 resmi menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat. Ia merupaakan orang yang cukup berpengaruh di partai tersebut, sehingga ia mewakili Partai Masyumi menjadi menteri kehakiman pada 21 Januari sampai 6 September 1950.

Setelah tidak berurusan lagi dengan politik dan birokrasi secara langsung, Pringgodigdo memilih menjadi pengajar. Ia memulai karir sebagai pengajar atau dosen luar biasa di Universitas Gadjah Mada. Ia mengajar sesuai dengan keilmuan dan keahlian yang ia miliki selama ini, yaitu mengajar ilmu hukum. Dari Yogyakarta, kemudian ia pindah ke Universitas Airlangga Surabaya.

Karir akademiknya di kota pahlawan tersebut cukup cemerlang. Ia adalah dekan pertama di Fakultas Hukum Universitas Airlangga. Menjabat dari tahun 1953-1954. Setelah memperlihatkan kepemimpinannya sebagai seorang dekan berhasil, ia diangkat menjadi Rektor Universitas Airlangga pada November 1954 sampai September 1961. Ia bertugas sebagai Rektor Universitas Airlangga dalam waktu yang tak lama karena pindah ke Universitas Hasanuddin Makassar. Di kampus baru ini, ia pun menjabat sebagai Rektor Universitas Hasanuddin.

Selesai menjalankan tugas selama satu periode sebagai Presiden Universitas Hasanuddin, Abdoel Gaffar Pringgodigdo kembali ke Surabaya dan mengajar di IKIP Surabaya.

Pringgodigdo juga merupakan pendiri Sekolah Tinggi Ilmu Hukum bersama Kho Siok Hie dan Oey Pek Hong. Pringgodigdo meninggal pada tahun 1988 dalam usia antara 83-84 tahun.

Tokoh Lainnya

Bambang Soesatyo

Bambang Soesatyo

Anggota Anggota DPR RI Fraksi Partai Golkar
Sandiaga Salahuddin Uno

Sandiaga Salahuddin Uno

Menteri Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
Zulkifli Hasan

Zulkifli Hasan

Ketua MPR RI
Budi Karya Sumadi

Budi Karya Sumadi

Menteri Perhubungan
Prabowo Subianto Djojohadikusumo

Prabowo Subianto Djojohadikusumo

Menteri Kementerian Pertahanan
Joko Widodo

Joko Widodo

Presiden RI
Ganjar Pranowo

Ganjar Pranowo

Gubernur Provinsi Jawa Tengah
Hidayat Nur Wahid

Hidayat Nur Wahid

Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat
Agus Harimurti Yudhoyono

Agus Harimurti Yudhoyono

Staff TNI Angkatan Darat
Erick Thohir

Erick Thohir

Menteri Kementrian BUMN