Menuju konten utama

Lupus, Penyakit Autoimun, Apa Penyebab dan Gejalanya?

"Itulah sebabnya penyakit Lupus disebut sebagai "penyakit seribu wajah" karena gejalanya sama dengan gejala penyakit manapun pada umumnya."

Lupus, Penyakit Autoimun, Apa Penyebab dan Gejalanya?
Ilustrasi 'Lupus'. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Tubuh manusia dilahirkan dengan seperangkat alat perang bernama sistem kekebalan tubuh atau sistem imun. Fungsinya untuk melawan segala penyakit atau bakteri dan virus yang coba masuk ke tubuh. Namun, bagi mereka yang mengalami gangguan autoimun atau penyakit lupus, sistem kekebalan tubuh ini justru tidak menyerang penyakit yang datang, malah ikut membunuh jaringan tubuh empunya.

"Penyakit Seribu Wajah" dan "Si Peniru Ulung" adalah julukan yang sering digunakan para ahli medis untuk menggambarkan penyakit Lupus.

Prof. Dr. Zubairi Djoerban, ahli penyakit dalam dari Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) mendefinisikan Lupus adalah penyakit kronis atau menahun yang membuat zat imunitas tubuh bereaksi secara berlebihan terhadap rangsangan dan benda asing dari luar yang masuk ke dalam tubuh.

Dia menjelaskan, dalam ilmu imunologi atau ilmu kekebalan tubuh, penyakit Lupus adalah kebalikan dari kanker atau HIV/AIDS.

"Pada pasien Lupus, produksi antibodi yang seharusnya normal menjadi berlebihan sehingga antibodi itu tidak lagi berfungsi menyerang virus, kuman, dan bakteri yang masuk ke dalam tubuh, tetapi justru menyerang sel dan jaringan tubuh pasien sendiri," katanya.

Penyakit itu dalam ilmu kedokteran disebut Systemic Lupus Erythematosus (SLE), yaitu ketika penyakit ini sudah menyerang seluruh organ tubuh atau sistem internal manusia.

Dengan demikian, Lupus disebut sebagai autoimmune disease, yaitu penyakit dengan kekebalan tubuh berlebihan. Namun, Lupus bukanlah penyakit menular, dan belum ada hasil penelitian yang membuktikan penyakit itu dapat diturunkan secara genetis.

"Lupus bukan penyakit yang disebabkan oleh virus, kuman, atau bakteri. Keterlibatan faktor genetik, hormon, dan lingkungan diduga sebagai penyebab Lupus," kata Dr. Zubairi dilansir Antara.

Walaupun demikian, dia juga mengatakan Lupus seringkali sulit untuk didiagnosa karena gejalanya yang mirip dengan penyakit umum lainnya, dan penyebab serta pengobatan dari penyakit itu belum diketahui dengan pasti.

"Itulah sebabnya penyakit Lupus disebut sebagai "penyakit seribu wajah" karena gejalanya sama dengan gejala penyakit manapun pada umumnya. Bila penyakit ini menyerang organ jantung maka gejala penyakit akan seperti penyakit jantung," ungkapnya.

Sejumlah gejala lupus adalah demam lebih dari 38 derajat celcius tanpa sebab yang jelas, rasa lelah dan lemah berlebihan, sensitif terhadap sinar matahari, rambut sering rontok, ruam kemerahan berbentuk kupu-kupu yang melintang dari hidung ke pipi, ruam kemerahan di kulit.

Selain itu juga sariawan yang tak kunjung sembuh, nyeri dan bengkak pada persendian di lengan dan tungkai dalam jangka waktu lama, ujung-ujung jari tangan dan kaki pucat hingga kebiruan saat udara dingin, nyeri dada saat berbaring dan menarik napas panjang, kejang atau kelainan saraf lainnya, serta kelainan pada hasil pemeriksaan laboratorium.

"Apabila empat dari gejala tersebut terdapat pada seseorang maka segera periksa ke dokter. Jika tidak diketahui sejak dini, Lupus sama berbahayanya dengan kanker, penyakit jantung, maupun AIDS dan bisa menyebabkan kematian," ujarnya.

Hal itu karena Lupus dapat menyerang organ tubuh vital seseorang dengan sangat mudah, seperti jantung, ginjal, hati, paru-paru.

Selain itu, akibat sifat dan gejala dari Lupus yang menyerupai penyakit umum lain, diagnosa penyakit ini biasanya diperoleh setelah dokter secara bertahap mempelajari riwayat kesehatan pasien dan menggabungkan berbagai keluhan pasien.

Dokter juga harus menganalisa hasil pemeriksaan laboratorium dan melakukan beberapa pemeriksaan yang berhubungan dengan kekebalan tubuh.

"Sayangnya sampai saat ini belum ada pemeriksaan tunggal yang bisa digunakan untuk menentukan seseorang menderita Lupus atau tidak," tutur Dr. Zubairi.

Namun, dia mengatakan sebagian besar masyarakat Indonesia belum menyadari keberadaan dan bahaya dari penyakit Lupus karena banyak orang tidak mengetahui pasti tentang penyakit ini.

"Banyak juga yang beranggapan Lupus merupakan penyakit langka dan jumlah pasiennya sedikit. Faktanya, pasien penyakit ini cukup banyak dan semakin meningkat," katanya.

Oleh karena itu, menurut dia, sosialisasi tentang penyakit Lupus kepada masyarakat sangat diperlukan untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap penyakit ini sehingga si penderita segera mendapat pengobatan atau perawatan yang diperlukan.

Senada dengan Zubairi, Yayasan Lupus Indonesia (YLI) mengajak masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap Lupus agar setiap orang yang terkena penyakit "autoimmune" itu bisa segera terdeteksi sehingga mendapatkan penanganan sejak dini.

Data YLI menunjukkan bahwa jumlah penderita penyakit Lupus di Indonesia meningkat dari 12.700 jiwa pada 2012 menjadi 13.300 jiwa per April 2013. Di samping itu, paling tidak lebih dari lima juta orang di seluruh dunia terkena penyakit Lupus, dimana penyakit itu menyerang sebagian besar wanita pada usia produktif.

Selain karena jumlah penderita Lupus yang semakin meningkat, menurut dia, masyarakat memang perlu mewaspadai Lupus karena penyakit ini sulit untuk didiagnosa.

Lupus terdiri dari beberapa macam jenis, dan yang paling sering dirujuk masyarakat umum adalah Lupus Eritematosus Sistemik (LES). LES dapat menyerang jaringan serta organ tubuh mana saja dengan tingkat gejala yang ringan hingga parah.

"Pengenalan dini pada penyakit ini sangat sulit sebab tidak ada gejala khusus pada orang-orang yang terkena Lupus," ujarnya.

Menurut buku saku YLI, pengelompokan diagnosa Lupus berdasarkan cepat atau tidaknya penyakit itu terdeteksi adalah Early Detection, Mild Lupus, Severe Lupus, dan Life Threatening Lupus.

Early Detection adalah kondisi ketika ditemukan gejala penyakit dini Lupus, tetapi hasil laboratorium masih dinyatakan negatif terkena Lupus, sedangkan pada "Mild Lupus", gejala dini ditemukan dan hasil laboratorium pun sudah dinyatakan positif Lupus.

Selanjutnya, Severe Lupus merupakan tahap lebih lanjut ketika penyakit sudah mulai menyerang organ tubuh, dan saat organ tubuh sudah terjejas (sudah terserang) dan menjadi diagnosa yang berdiri sendiri berarti penyakit Lupus telah sampai tahap Life Threatening Lupus.

Terkait hal tersebut, kata dokter spesialis penyakit dalam sekaligus Ketua Pengurus Besar Perhimpunan Reumatologi Indonesia Sumariyono menjelaskan, orang dengan lupus akan mudah mengalami gangguan pada organ-organ tubuhnya karena sistem imun tidak berfungsi dengan baik.

Salah satu penyintas lupus yang juga Ketua Yayasan Lupus Indonesia, Tiara Savitri, menceritakan, dia saat pertama kali terkena lupus harus bolak-balik ke rumah sakit karena berbagai penyakit yang datang silih berganti selama sembilan bulan.

"Saya sembilan bulan di rumah sakit, gejalanya panas tinggi, diduga tifus. Datang lagi panas tinggi diduga DBD karena trombosit selalu drop. Lalu ada lagi HB drop," kisah Tiara.

Sehingga akhirnya ia didiagnosis mengidap lupus dan ditangani melalui tata laksana penyakit lupus secara benar.

Infografik SC Mengenal Penyakit Lupus

Infografik SC Mengenal Penyakit Lupus. tirto.id/Sabit

Baca juga artikel terkait LUPUS

tirto.id - Kesehatan
Sumber: antara
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Yulaika Ramadhani