Menuju konten utama

Lupakan Brazilian Wax, Bulu Kemaluan Gondrong Kembali Tren di 2019

Brazilian wax is out. #bringbackthebush 

Lupakan Brazilian Wax, Bulu Kemaluan Gondrong Kembali Tren di 2019
Ilustrasi vagina. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Laura Schubert peduli dengan kelembutan rambut kemaluan. Bertahun-tahun lamanya ia bekerja untuk perusahaan investasi Goldman Sachs sebelum akhirnya banting setir jadi pengusaha produk perawatan rambut kemaluan sejak 2014.

Kemudian ia menciptakan FUR, lini perawatan tubuh yang menjual produk minyak untuk merawat keremajaan rambut dan kulit vagina. Bahannya berasal dari campuran buah serta tumbuh-tumbuhan.

Produk itu resmi diluncurkan di Amerika Serikat pada 2016. Setahun setelahnya, penjualan produk meningkat setelah selebritas Emma Watson mengatakan ia rutin mengoleskan minyak FUR di area rambut vagina. Kata Watson, minyak tersebut bisa membuat rambut kemaluan lebih halus dan terawat.

Pernyataan Watson turut memberi perspektif baru terkait rambut vagina di era ketika Brazilian wax—metode menghilangkan seluruh rambut di sekitar vagina menggunakan lilin—sedang jaya-jayanya.

Metode tersebut berawal dari sebuah eksperimen layanan baru di sebuah salon milik perempuan asal Brasil bernama Janea Padhila pada awal 1990an. Suatu ketika Padhila teringat menyaksikan seorang gadis cantik berbikini sedang berjalan di pinggir pantai kota Bahia, Brasil. Bulu kemaluan yang menyembul dari pinggir bikini si gadis rupanya menganggu Padhila. Dari sanalah ia mencoba meramu teknik waxing yang akhirnya jadi penemuan sukses. Brazilian wax kini jadi dipraktikkan banyak perempuan secara rutin sebanyak satu bulan sekali.

Brazilian wax juga populer berkat Carrie Bradshaw dan Samantha Jones, dua tokoh utama serial Sex and The City. Dalam tayangan itu, perempuan yang tidak menghilangkan rambut kemaluan dianggap gagal merawat diri sendiri.

Wacana berbeda soal vagina gundul sebagai vagina ‘ideal’ muncul pada 2014 kala selebritas Cameron Diaz mengimbau agar para perempuan berpikir masak-masak sebelum memutuskan menghilangkan rambut vagina. “Rambut itu tidak mungkin tercipta tanpa tujuan,” katanya.

Kepada Huffington Post Diaz bahkan mengatakan bahwa menghilangkan rambut kemaluan adalah sebuah ide gila.

Pada tahun yang sama muncul ekshibisi seni lukis yang menampilkan gambar perempuan dengan rambut kemaluan. Pameran yang diorganisir komunitas Society for Women Artist tersebut dianggap porno dan menjijikkan. Lukisan tersebut akhirnya diturunkan dari dinding ruang pameran.

Studi Virginia Braun dkk berjudul ‘‘It Shouldn’t Stick Out from Your Bikini at the Beach’’: Meaning, Gender, and the Hairy/Hairless Body" (2013) yang berisi hasil survei terhadap 67 pria dan wanita kaukasia berusia 29 tahun tentang makna rambut kemaluan menyatakan bahwa rambut berhubungan dengan kebersihan dan seksualitas.

Infografik Bentuk Bulu Malu

Infografik Bentuk Bulu Malu. tirto.id/Nadya

Sejumlah responden menganggap rambut kemaluan yang dibiarkan tumbuh dapat mengganggu kebersihan dan kelembapan alat kelamin. Para peneliti juga mengutip sejumlah pandangan serupa yang menganggap rambut vagina wanita menjijikkan dan kotor.

Di samping itu, para responden penelitian juga menganggap rambut kemaluan bisa mengganggu performa seksual. Walhasil, mereka (khususnya responden pria) yakin bahwa mencukur rambut kemaluan mesti dilakukan agar hubungan seks jadi lebih nikmat.

Namun, pada 2017 selebritas Amber Rose menyuarakan #bringbackthebush untuk mendorong perempuan menumbuhkan rambut kemaluan alih-alih menghilangkannya karena bujukan pihak lain. Beberapa selebritas seperti Solange Knowles, Ashley Graham, dan Thandie Newton juga mengampanyekan gerakan tersebut.

Wacana #bringbackthebush terus bergulir hingga sekarang. Tak lagi membahas popularitas Brazilian wax, majalah mode sekelas Vogue kini memuat informasi seputar perawatan rambut vagina seperti teknik trim, penggunaan krim eksfoliasi, pembersih khusus, penggunaan sikat pembersih, hingga cara memilih material pakaian dalam yang tepat.

“Perempuan sudah menyadari bahwa tubuhnya bukan sekadar objek seksual. Kami ingin merepresentasikan keragaman dan merasa nyaman dengan kondisi tubuh sendiri tanpa dihakimi oleh orang lain,” kata Eden Fromberg, dokter kandungan asal New York, kepada Vogue.

Meski demikian, salah satu pemilik studio waxing di Los Angeles, Paz Stark, menyatakan bahwa pelanggannya tetap ingin rambut tetap tertata rapi. Para pelanggan menyukai bentuk rambut segitiga.“kesannya tetap natural,” imbuh Stark

Baca juga artikel terkait WAXING atau tulisan lainnya dari Joan Aurelia

tirto.id - Gaya hidup
Penulis: Joan Aurelia
Editor: Windu Jusuf