Menuju konten utama

Lulusan SMK Dinilai Belum Siap Hadapi Revolusi Industri 4.0

Pemerhati ketenagakerjaan Ade Hanie menyatakan, rata-rata lulusan SMK belum mampu bersaing dalam revolusi industri 4.0.

Lulusan SMK Dinilai Belum Siap Hadapi Revolusi Industri 4.0
Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto bersama Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dan Dirjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemdikbud Hamid Muhammad menekan tombol tanda diluncurkannya Program Pendidikan Vokasi Tahap II antara industri dengan SMK untuk wilayah Jateng-DI Yogyakarta di Demak, Jawa Tengah, Kamis (28/2/2019). ANTARA FOTO/Aji Styawan/wsj.

tirto.id - Pemerhati ketenagakerjaan Ade Hanie mengatakan, para lulusan Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) belum mampu bersaing dalam revolusi industri 4.0. Sebab dalam praktik belajarnya, siswa diukur melalui nilai akademis ketimbang keahliannya.

Hal itulah yang membuat industri kesulitan untuk menyerap tenaga kerja dari SMK.

"Lulusan SMK usianya rata-rata 17-18 tahun sehingga menyulitkan perusahaan menghadapi mereka. Menghadapi yang lulusan perguruan tinggi saja susah apalagi yang usianya antara anak baru gede dan remaja," ujarnya di Jakarta, Kamis (14/3/2019).

Pada tahun 2017, Ade yang juga psikolog industri dan organisasi itu, bekerja sama dengan Jojoba mengadakan tes psikometrik untuk menakar kompetensi lulusan SMK. Hasilnya, ia menemukan rata-rata lulusan SMK lemah dalam 12 kompetensi soft skill.

Terutama menyoal perencanaan, evaluasi, kemampuan kepemimpinan, komunikasi bersama, dan kemampuan memengaruhi orang lain. Ia juga menilai, lulusan SMK di Indonesia kurang percaya diri.

"Mengapa? Karena sekolah jarang bereksplorasi. Sekolah masih berpikir industri akan menerima SDM dilihat dari nilai akademis, padahal kan enggak," tuturnya.

Dari hasil tes tersebut, Ade juga mendapati bahwa para lulusan SMK lebih tertarik pada pekerjaan administrasi, office, sales. Meskipun ada juga yang tertarik dengan teknologi informasi.

Ade menjelaskan, hasil tes psikometrik bisa jadikan semacam peta untuk pencari kerja. Dengan adanya peta, pencari kerja akan mengetahui posisi mereka saat ini. Peta itu bisa digunakan untuk pengembangan diri agar lebih mudah mendapat pekerjaan.

Selain itu, Kementerian Perindustrian mengklaim telah memfasilitasi sekitar 400 ribu peserta didik SMK untuk mengikuti program pendidikan vokasi dengan konsep link and match yang bertujuan meningkatkan kompetensi sumber daya manusia (SDM) lulusan SMK serta mengurangi angka pengangguran.

"Sebab, mereka mendapatkan pembelajaran yang porsinya 70 persen praktik dan 30 persen teori," kata Koordinator Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin, Mujiyono di Jakarta, Sabtu (9/3/2019) lalu.

Baca juga artikel terkait REVOLUSI INDUSTRI atau tulisan lainnya dari Alfian Putra Abdi

tirto.id - Pendidikan
Reporter: Alfian Putra Abdi
Penulis: Alfian Putra Abdi
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno