Menuju konten utama

LRT Jabodebek Tahap 2 Arah Bogor Dibangun di Darat, Biaya Turun 50%

Menko Luhut mengatakan, pembangunan LRT Jabodebek Tahap II nantinya bisa lebih irit 50 persen.

LRT Jabodebek Tahap 2 Arah Bogor Dibangun di Darat, Biaya Turun 50%
Karyawan mengawasi kepala gerbong kereta layang ringan atau LRT yang akan diangkat secara perdana ke atas rel di Stasiun Harjamukti, Depok, Jawa Barat, Minggu (13/10/2019). ANTARA FOTO/Asprilla Dwi Adha/wsj.

tirto.id - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Pandjaitan mengatakan pembangunan LRT Jabodebek Tahap II nantinya bisa lebih irit 50 persen. Penurunan biaya itu bisa diperoleh setelah jalur MRT diputuskan untuk dibuat di darat, bukan melayang seperti Cibubur atau Bekasi Timur-Cawang-Dukuh Atas.

“Tadi sudah dirancang, Pak Budi (Menteri Perhubungan) juga tadi menginformasikan bahwa dari sini sampai ke Bogor nanti cost (pembangunan) akan 50 persen lebih murah, karena akan banyak diupayakan di darat,” ucap Luhut kepada wartawan saat ditemui usai peresmian pengangkatan kereta LRT pertama di Stasiun LRT Harjamukti Cibubur, Jakarta Timur, Minggu (13/10/2019).

Menurut Luhut biaya pembangunan LRT Jabodebek saat ini sudah relatif lebih murah karena telah menggunakan teknologi moving block. Teknologi ini mengatur jarak rangkaian kereta berdasarkan jeda waktu. Total penghematannya mencapai Rp6 triliun.

Luhut menuturkan selain teknologi moving block, teknologi LRT ini menggunakan Grade of Automation (GoA) 3 yang artinya tidak memerlukan awak pengemudi. Ini berbeda dengan MRT yang masih GoA 2 , sehingga memerlukan operator. Dengan demikian, biaya pengoperasiannya nanti bisa lebih murah karena tidak memerlukan operator.

“PT Adhi bekerja dengan keras dan sesuai target. Sudah ada penghematan terkait moving block. Teknologi kita juga sudah level 3 padahal MRT level 2,” ucap Luhut.

Persoalan pembiayaan LRT Jabodebek ini sebelumnya sempat dikritik oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla. Menurut JK seharusnya kereta LRT tidak dibangun secara melayang atau elevated.

Karena perencanaan itu, JK bilang biaya pembangunnya menjadi mahal yaitu Rp500 miliar per km. Sementara itu, PT ADHI Karya bahkan menyebutkan biaya sebenarnya adalah Rp673 miliar per km.

Direktur Operasional Adhi Karya Punjung Setya Brata justru menilai biaya itu sudah cukup kompetitif. Keputusan elevated juga dilatarbelakangi masalah keterbatasan lahan dan akan jauh lebih mahal bila dibangun di bawah tanah.

“Kalau bicara per kilometer Rp500 miliar, dibandingkan dengan MRT dan sebagainya, apalagi dibandingkan di Singapura, harga kami cukup kompetitif,” kata Setya, di Pabrik Precast LRT Jabodebek, Pancoran, Jakarta Selatan, Senin (14/1/2019).

Baca juga artikel terkait LRT atau tulisan lainnya dari Vincent Fabian Thomas

tirto.id - Ekonomi
Reporter: Vincent Fabian Thomas
Penulis: Vincent Fabian Thomas
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti