Menuju konten utama

Lockdown Mandiri ala Jogja: Ditolak Pemerintah, Diinginkan Warga

Kampung-kampung di Jogja telah memasang bambu perintang di jalan protokol desa, namun dalam hari yang sama pemerintah kecamatan meminta agar tak ada lockdown.

Lockdown Mandiri ala Jogja: Ditolak Pemerintah, Diinginkan Warga
Petugas menggunakan Alat Pelindung Diri melakukan simulasi dekontaminasi alat di Posko Pencegahan dan Penanganan Pandemi COVID-19 Pemerintah DI Yogyakarta di Kantor Pusdalops BPBD DIY, Semaki, Umbulharjo, DI Yogyakarta, Senin (16/3/2020).ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/foc.

tirto.id - Kampung-kampung di Kecamatan Pakem Sleman Yogyakarta mulai menerapkan penutupan wilayah atau lockdown lokal. Mereka khawatir Corona, kampungnya yang belum ada kasus positif Corona dapat terjangkit.

Ketua RW 24 Dusun Cepet, Desa Purwobinangun, Pakem Suwarso, mengatakan jalan akses masuk menuju dusun telah ditutup sejak Jumat (27/3/2020) untuk mengantisipasi persebaran virus Corona.

"Tadi pagi jalan sudah mulai dipalang [tidak boleh melintas keluar masuk dusun] nanti habis Jumatan akan kita kasih tulisan lockdown," kata Suwarso kepada Tirto, Jumat.

"Ini untuk mengantisipasi warga pendatang dan yang sudah di dalam tidak [boleh] keluar-masuk," tambahnya.

Meskipun belum ada orang yang dinyatakan positif terinfeksi virus Corona di dusunnya dan belum ada banyak pergerakan warga yang pulang kampung, namun penutupan ini dilakukan sebagai langkah antisipasi.

Penutupan ini, kata dia, juga berkaca dari kampung tetangga, yakni Dusun Beneran dan Jamblangan yang memulai menutup akses jalan ke pemukiman.

Foto-foto lockdown lokal beredar viral di media sosial. Di Twitter, akun @merapi_news mengunggah foto warga yang memasang bambu secara melintang disertai spanduk dengan beragam tulisan. Di antaranya ada tulisan: ‘lockdown, stay at home, di rumah aja, sementara ditutup’.

Menurut Suwarso, dusunnya ditutup atas kesadaran warga untuk menjaga kesehatan publik, khusunya masyarakat Dusun Ceper yang terdiri atas 99 kepala keluarga.

"Semua warga sepakat karena semua itu demi kebaikan bersama," ujar Suwarso.

Meski akses jalan ditutup namun untuk sementara para warga yang hendak membeli kebutuhan pokok seperti ke warung tetap diperbolehkan. Tapi dengan pembatasan dan memenuhi protokol setiap kembali ke dusun diminta untuk cuci tangan karena telah disediakan tempat cuci tangan umum di dusun.

Camat Pakem, Sleman, Suyanto membenarkan, ada 5 dusun di daerahnya yang menutup akses dengan memberikan tulisan Lockdown.

Ia menampik, ada kebijakan dari tingkat pemerintah kecamatan atau kabupaten untuk menutup kampung. Camat tersebut justru meminta warga membongkar bambu yang menutupi jalan kampung.

"Itu hanya respons dari warga setempat, tapi tidak ada perintah untuk lockdown. Ini tadi sudah saya kumpulkan Pak Kepala Desa untuk mengkondisikan, tulisan-tulisan lockdown itu untuk dilepas. Tidak boleh ditutup [akses jalan dusun]," kata Suyanto kepada Tirto, Jumat (27/3/2020).

Terlebih, kata dia, telah ada surat edaran Bupati Sleman terkait protokol bagi orang-orang yang datang dari daerah lain. Dalam surat edaran itu, kata dia, tidak ada soal penutupan akses jalan.

Menurutnya, alasan warga kurang tepat bila penutupan untuk perlindungan kesehatan kampung.

"[Alasan penutupan akses] melindungi warga masyarakat di situ. Mungkin caranya benar tapi kurang pener," kata Suyanto.

Baca juga artikel terkait VIRUS CORONA atau tulisan lainnya dari Irwan Syambudi

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Irwan Syambudi
Penulis: Irwan Syambudi
Editor: Zakki Amali