Menuju konten utama

Liukan Korea di Negeri Samba

Korea Selatan menjadi satu-satunya wakil Asia yang lolos ke perempatfinal cabang sepakbola Olimpiade Rio 2016. Peluang anak-anak Negeri Ginseng untuk mengulang prestasi empat tahun lalu pun cukup terbuka. Liukan Korsel di negeri samba ternyata cukup menjanjikan.

Liukan Korea di Negeri Samba
Timnas Sepak Bola Korea Selatan [Foto/wikipedia.org]

tirto.id - Gol semata wayang Kwon Chang Hoon ke gawang Meksiko sudah cukup untuk mengantarkan Korea Selatan ke perempatfinal sepakbola Olimpiade Rio 2016. Tak sekadar lolos, Korsel tampil meyakinkan sebagai juara Grup C dan mengakhiri klasemen di atas salah satu raksasa Eropa, Jerman.

Lawan yang dikalahkan sekaligus disingkirkan Korsel di duel pamungkas Grup C pun bukan tim sembarangan. Ya, itu adalah Meksiko, sang juara bertahan yang pada Olimpiade London 2012 lalu meraih medali emas setelah menumbangkan tim kuat Brazil di laga puncak.

Berkat kemenangan atas timnas negeri sombrero, Korea Selatan dipastikan ke 8 besar mewakili Grup C bersama Jerman yang menempati posisi runner-up. Sementara Meksiko harus angkat koper dan pulang lebih cepat bersama Fiji yang terpuruk sebagai juru kunci.

Peluang Mengulang Prestasi

Empat tahun lalu di London, tim nasional Korea Selatan menorehkan pencapaian terbaiknya sepanjang tampil di Olimpiade. Pasukan Taeguk yang waktu itu ditangani oleh Hong Myung Bo berhasil membawa pulang medali perunggu.

Hebatnya, rival yang digasak Korsel di perebutan tempat ketiga adalah sang tuan rumah, Britania Raya, melalui pertarungan seru yang harus dituntaskan lewat adu penalti setelah kedua tim berimbang 1-1 di tempo normal dan perpanjangan waktu.

Berduel di Cardiff, Wales, Park Chu Young dan kawan-kawan menang dengan total skor 4-5. The Great Britain yang diperkuat oleh jajaran pemain top Liga Inggris pun tertunduk lesu karena melewatkan keuntungan tampil di kandang sendiri tanpa mampu meraih medali.

Medali perunggu untuk cabang sepakbola putra memang menjadi pencapaian terbaik tim negeri ginseng selama berpartisipasi di Olimpiade sejak edisi 1948 yang juga digelar di Britania Raya. Kala itu, langkah Korsel terhenti di perempatfinal setelah dilibas Swedia dengan skor super telak 0-12.

Korea Selatan nyaris tidak mampu berbicara banyak pada Olimpiade edisi-edisi berikutnya. Salah satu negara berpengaruh di kawasan Asia Timur ini selalu mentok di ronde pertama alias babak awal, bahkan beberapa kali gagal lolos kualifikasi atau tidak mengirimkan tim sepakbolanya ke pesta olahraga terbesar sejagat raya itu.

Korea Selatan baru menjejakkan kaki di perempatfinal lagi ketika tampil di Olimpiade Athena di Yunani tahun 2004. Di negeri para dewa itu, Korsel kandas di 8 besar lantaran didepak oleh Paraguay dengan skor ketat 2-3.

Di Olimpiade Beijing, Cina, tahun 2008, Korsel kembali tumpul. Diperkuat oleh sejumlah pemain berbakat saat itu macam Park Chu Young dan Lee Chung Yong, mereka langsung tersingkir di awal karena cuma menempati posisi tiga klasemen akhir, di atas Honduras, tapi kalah bersaing dengan Italia dan Kamerun.

Usai melambung di London dengan medali perunggu empat tahun lalu, Korsel kini berpeluang untuk mengulang prestasi. Kendati tidak mudah, tetapi tim asuhan Shin Tae Yong tentunya bertekad tampil maksimal dan berupaya mengibarkan panji-panji Asia lebih tinggi di panggung sepakbola dunia.

Demi Asa Asia

Asa sepakbola Asia kini disematkan kepada Korea Selatan setelah Irak dan Jepang terhenti di babak awal. Sepanjang sejarah digelarnya Olimpiade, belum pernah ada negara Asia yang mampu membawa pulang medali emas di cabang sepakbola putra. Tradisi prestasi masih dikuasai oleh negara-negara dari Benua Eropa dan Amerika.

Afrika bahkan pernah dua kali juara secara beruntun melalui Nigeria dan Kamerun pada Olimpiade 1996 dan 2000. Sementara raihan terbaik Asia paling banter adalah medali perunggu seperti yang sempat ditorehkan Korsel pada 2012 dan Jepang di edisi 1968 silam.

Penampilan Korea Selatan di sepanjang babak penyisihan Grup C Olimpiade Rio 2016 sendiri cukup memukau. Berada satu grup dengan Jerman dan Meksiko tidak lantas membuat Son Heung Min dan kawan-kawan putus nyali.

Sebelum memastikan lolos ke perempatfinal dengan mengandaskan Meksiko, Korea Selatan mengawali turnamen dengan berpesta 8 gol tanpa balas ke gawang Fiji. Di laga kedua, Korsel sukses menahan tim panser Jerman lewat duel seru berbalas gol yang purna dengan skor 3-3.

Peluang Korsel ke semifinal cukup terbuka karena terhindar dari lawan yang di atas kertas lebih kuat, sebutlah Brazil, Jerman, Kolombia, Portugal, Denmark, atau Nigeria. Di perempatfinal, Korsel akan menghadapi Honduras yang jika ditilik dari kualitas skuad tentunya masih di bawah tim-tim lain penghuni 8 besar.

Kendati begitu, Honduras juga tidak bisa diremehkan. Performa negara yang bernaung di bawah konfederasi sepakbola Amerika Utara, Tengah, dan Karibia ini tampil cukup meyakinkan di babak grup dengan mengalahkan Portugal dan Aljazair, serta menahan imbang Argentina.

Apabila skenario berjalan mulus dan Korea Selatan lolos ke semifinal, barulah mereka akan menghadapi lawan berat, antara Brazil atau Kolombia. Secara hitung-hitungan, Korsel sudah habis sampai di sini dan gagal melampaui prestasi empat tahun lalu. Namun, dalam sepakbola, apapun bisa terjadi.

Taruhlah nantinya kalah dari Brazil atau Kolombia, Korsel masih berpeluang meraih medali perunggu di perebutan tempat ketiga seperti edisi yang lalu. Tentunya bukan capaian yang buruk dan tetap memberi kebanggaan bagi sepakbola Asia yang selama ini bukan menjadi aktor utama di persepakbolaan internasional.

Tapi, itu berandai-andai jika Korea Selatan bisa melewati Honduras. Apabila gagal pun, publik negeri ginseng boleh jadi sudah cukup puas dengan lolosnya Korsel ke semifinal, seperti kesan yang dituliskan jurnalis Guardian, John Duerden, “Kinerja yang lebih baik akan dibutuhkan nanti. Namun untuk saat ini, setidaknya ada sesuatu yang bisa dirayakan oleh sepakbola Korea.”

Baca juga artikel terkait SEPAKBOLA atau tulisan lainnya

tirto.id - Olahraga
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti