Menuju konten utama

Link Twibbon HUT DKI Jakarta Ke-495 dan Cara Downloadnya

Link twibbon HUT DKI Jakarta Ke-495 pada 22 Juni 2022 dan cara downloadnya.

Link Twibbon HUT DKI Jakarta Ke-495 dan Cara Downloadnya
Monumen Nasional (Monas), Jakarta. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/nz

tirto.id - Mengunggah foto dengan twibbon dalam rangka HUT DKI Jakarta ke-495 di media sosial menjadi salah satu cara yang kini dilakukan oleh banyak orang untuk menyambut HUT DKI Jakarta pada 22 Juni 2022.

Twibbon adalah bingkai gambar digital yang di dalamnya memuat dukungan terhadap tema tertentu, termasuk HUT DKI Jakarta ke-495.

Penggunaannya dapat dilakukan dengan cara, memasukkan foto diri ke dalam bingkai tersebut yang kemudian dapat dibagikan melalui akun sosial media masing-masing.

Terdapat banyak link twibbon yang bisa digunakan secara gratis, salah satu pilihannya adalah twibbon dengan desain untuk merayakan HUT DKI Jakarta ke-495.

Link Twibbon HUT DKI Jakarta ke-495

Berikut ini daftar link twibbon HUT DKI Jakarta ke-495 yang bisa diungguh secara gratis di media sosial masing-masing dengan desain yang unik untuk merayakan HUT DKI Jakarta pada 22 Juni 2022.

Sejarah 22 Juni Jadi HUT Jakarta

Sebagai kota pelabuhan, Jakarta pada mulanya bernama Sunda Kelapa. Kemudian, pada 22 Juni 1527, Pangeran Fatahillah datang dan mendirikan kota Jayakarta untuk mengganti Sunda Kelapa. Tanggal inilah yang kemudian ditetapkan sebagai saat berdiri kota Jakarta.

Bermula pada 1527, ketika pasukan Demak-Cirebon yang dipimpin oleh Fatahillah berhasil mengusir Portugis dari Jakarta, kota Jakarta yang saat itu masih bernama Sunda Kelapa.

Usai kemenangan pasukan Fatahillah, nama Sunda Kelapa kemudian diganti menjadi Jayakarta. Pemilihan kata "Jayakarta" sendiri diilhami dari Surat Al Fath ayat 1, yang berbunyi "Sesungguhnya Kami telah memberi kemenangan padamu, kemenangan yang tegas."

Kalimat "kemenangan yang tegas" itu kemudian dialih bahasakan menjadi "Jayakarta." Sejak jatuh ke tangan Fatahillah, corak kehidupan masyarakat Jayakarta didominasi oleh kebudayaan Islam. Kendati begitu, peperangan antar kubu Islam dan penganut Hindu, Buddha, dan kepercayaan lokal terus berlangsung.

Terdapat pendapat lainnya yang dicetuskan oleh Ridwan Saidi, tokoh sekaligus budayawan Betawi menyebutkan bahwa kata "Jayakarta" bukan dicetuskan oleh Fatahillah.

"Nama Jayakarta sudah ada sejak lama. Ada desa di Karawang yang namanya Jayakerta yang merupakan wilayah budaya Betawi. Itu sudah ada sejak zaman Siliwangi," kata Ridwan dalam diskusi "Kontroversi HUT Jakarta" 2011 silam.

Pendapat yang sama turut tertuang dalam buku Profil Orang Betawi: Asal-Muasal, Kebudayaan, dan Adat-Istiadatnya yang meragukan klaim pencetusan nama Jayakarta untuk menggantikan Sunda Kelapa. Berdasarkan keterangan dari Ridwan, Jayakarta adalah tempat pengasingan salah satu istri Prabu Siliwangi atau Sri Baduga Maharaja yang memimpin Kerajaan Sunda Galuh pada 1482-1521.

Saat di pengasingan itu, istri sang prabu kehilangan bayi laki-lakinya tak lama setelah dilahirkan. Lantas demi memperingati kematian sang bayi, istri Prabu Siliwangi menamakan wilayah tersebut sebagai Jayakerta yang artinya "kemenangan yang jaya."

Kemudian, di tahun 1619, pasukan kolonial masuk Jayakarta di bawah pimpinan Jan Pieterszoon Coen. Di bawah kepemimpinan Belanda, pada 30 Mei 1619 nama Jayakarta diubah namanya menjadi Batavia. Pasca kekuasaan Belanda berakhir dan berganti dengan penjajahan Jepang pada 1942, nama Batavia diubah kembali menjadi Jakarta.

Hari ulang tahun Jakarta sendiri mulai ditetapkan oleh pemerintah pada 1953-1958 di bawah kepemimpinan Wali Kota Jakarta, Sudiro. Keputusan ini didapat dari naskah yang berjudul "Dari Jayakarta ke Jakarta" oleh Mohammad Yamin, Dr. Sukanto, dan Sudarjo Tjokrosiswoyo.

Baca juga artikel terkait HUT DKI JAKARTA atau tulisan lainnya dari Ega Krisnawati

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Ega Krisnawati
Penulis: Ega Krisnawati
Editor: Yantina Debora