Menuju konten utama

Libur Natal, Wisatawan Ramai Kunjungi Lokasi Tsunami dan Likuifaksi

Selama libur Natal dan Tahun Baru 2019, banyak wisatawan lokal dan mancanegara mengunjungi lokasi terdampak tsunami dan likuifaksi di Kota Palu, Sigi, dan Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah.

Libur Natal, Wisatawan Ramai Kunjungi Lokasi Tsunami dan Likuifaksi
Warga memasang tulisan doa untuk keluarganya di lokasi terdampak pergerakan atau pencairan tanah (likuifaksi) di Balaroa Palu, Sulawesi Tengah, Selasa (9/10/2018). ANTARA FOTO/Yusran Uccang/aww/18.

tirto.id - Beberapa lokasi yang terkena dampak tsunami dan likuifaksi di Kota Palu, Sigi, dan Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah menjadi tempat yang ramai dikunjungi wisatawan saat liburan Natal dan Tahun Baru 2019.

Dalam dua hari terakhir, baik wisatawan lokal maupun mancanegara banyak yang berkunjung ke beberapa wilayah yang terdampak tsunami langsung.

Seperti yang terlihat di lokasi masjid terapung di Teluk Palu yang rusak akibat gempa dan tsunami, Rabu (26/12/2018), dipadati wisatawan lokal dan mancanegara.

Begitu pula di lokasi bekas tsunami di Desa Wani, Kabupaten Donggala. Para wisatawan mengisi masa liburan Natal dengan mengunjungi lokasi tempat kapal terdampar di darat akibat diterjang gelombang tsunami pada 28 September 2018 lalu.

Salah satunya terlihat di tempat terdamparnya sebuah kapal di antara bangunan rumah penduduk di desa, yakni KM Sabuk Nusantara.

Selain itu, likuifaksi Balarora dan Petono di Kota Palu dan Jono Oge serta Sibalaya di Kabupaten Sigi juga dipadati pengunjung.

Seorang wisatawan asal Jepang, Hiyoto mengaku sengaja datang ke Kota Palu bersama beberapa rekannya hanya untuk melihat lokasi-lokasi terdampak bencana alam di Sulteng.

"Kami memang khusus datang hanya untuk melihat seperti apa Palu, Donggala dan Sigi yang diterjang gempabumi 7,4 SR dan tsunami serta likuifaksi," ujarnya.

Menurut dia, bencana yang menimpa Palu, Donggala, dan Sigi, cukup dahsyat dan sangat memprihatinkan, sebab menelan korban jiwa sampai ribuan orang.

Dia juga menyebut banyak bangunan rumah penduduk yang hancur. Begitu pula dengan pusat perbelanjaan seperti Mall Ramayana Tatura Palu yang dibangun pertama di Palu itu juga hancur diterjang gempa.

Selama beberapa hari di Palu, Hiyoto mengatakan cukup puas karena bisa melihat langsung Palu, Donggala, dan Sigi. Ia akan kembali lagi ke Jepang dalam satu-dua hari ke depan.

Namun dia juga merasa kagum dengan suasana di Kota Palu yang cukup ramai, padahal kota tersebut baru saja diporak-porandakan gempa, tsunami, dan likuifaksi.

Hampir tiga bulan pasca bencana alam gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi, menerjang tiga daerah di Sulteng itu, banyak wisatawan datang dan mengunjungi lokasi-lokasi yang diporak-porandakan bencana alam.

Meski begitu, pemulihan ekonomi di Kota Palu terbilang cukup cepat. Hal itu bisa dilihat dari pusat-pusat ekonomi yang kembali sudah ramai.

Baca juga artikel terkait TSUNAMI PALU DAN DONGGALA

tirto.id - Sosial budaya
Sumber: Antara
Penulis: Dewi Adhitya S. Koesno
Editor: Dewi Adhitya S. Koesno