Menuju konten utama

Lengah Vaksinasi, Cacar Monyet Menghantui

Cacar monyet mula-mula muncul di Kongo, lalu menyebar ke sejumlah negara di Afrika Barat. Kiwari, telah masuk ke AS dan beberapa negara Eropa dan Asia.

Lengah Vaksinasi, Cacar Monyet Menghantui
Ilustrasi Monkeypox. FOTO/iStockphoto

tirto.id - "Mereka belum memberi tahu saya tingkat penyebarannya, tetapi kejadian ini harus benar-benar diperhatikan semua orang," tegas Joe Biden, Presiden Amerika Serikat, mengomentari kemunculan cacar monyet, di Pangkalan Udara Osan, Korea Selatan.

Biden beserta warga AS dan dunia yang lelah dihantam pandemi Covid-19 gara-gara virus SARS-CoV-2, khawatir cacar monyet menjadi pandemi berikutnya. Setelah ditemukan pada 1958 di laboratorium di Denmark, kasus penularan virus cacar monyet tiba-tiba menyeruak di dunia, khususnya di AS. Menurut data Centers for Disease Control and Prevention (CDC), per 31 Mei 2022 terdapat 18 kasus penularan cacar monyet. Dan secara global, menurut data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), ditemukan sekitar 100 kasus penularan di 12 negara.

Meningkatnya kasus penularan cacar monyet di pelbagai wilayah memang mengkhawatirkan. Merujuk paparan Eveline M. Bunge dalam "The Changing Epidemiology of Human Monkeypox: A Potential Threat?" (PLOS Neglected Tropical Deseases, Februari 2022), sejak ditemukan keberadaannya, cacar monyet sebenarnya berstatus sebagai wabah endemik--menyebar hanya di wilayah Afrika Barat, khususnya Kongo.

Virus yang memiliki hubungan darah dengan smallpox ini pertama kali menyerang manusia pada 1970, hinggap di dalam tubuh bayi berusia sembilan bulan asal Zaire (Kongo). Lalu sepanjang 1970-an, terdeteksi 38 kasus cacar monyet lain di Kongo. Cacar monyet kemudian menyebar ke negara-negara yang berbatasan dengan Kongo, yakni Kamerun, Pantai Gading, Liberia, Nigeria, dan Sierra Leone. Pada dekade itu, total ada 48 kasus cacar monyet di seantero Afrika Barat.

Memasuki tahun 1980-an, kasus cacar monyet meningkat hampir sembilan kali lipat, menular pada 357 jiwa di Afrika Barat. Dan sepanjang 1990-an, 511 penduduk Afrika Barat terkena cacar monyet. Beruntung dekade 2000-an, penyebaran cacar monyet melandai. Sayang hal itu hanya sementara. Globalisasi yang mendorong semakin murah dan kian banyaknya penerbangan, membuat kasus cacar monyet kembali meningkat pada pada 2010-an.

Dari awal hingga akhir dekade tersebut, terdapat 4.594 kasus cacar monyet. Selain itu, cacar monyet juga tidak hanya menyebar di Afrika Barat, tetapi telah merangsek ke negara-negara lain di luar kawasan tersebut. Pada 2018, di Israel terdetaksi satu kasus cacar monyet. Disusul penemuan kasus serupa di Inggris (tiga kasus di 2018), dan Singapura (satu kasus di 2019).

Memasuki dekade 2020-an, setelah memperoleh kasus pertamanya pada 2003 melalui warga Ghana yang pergi ke AS dalam rangka kunjungan bisnis, AS kembali dilanda sejumlah kasus cacar monyet pada awal tahun ini. Kasus-kasus yang juga menimpa pelbagai negara Eropa dan Australia, menembus angka 250.

Eveline M. Bunge dalam studinya memperkirakan jumlah kasus penyebaran cacar monyet mengalami peningkatan tak kurang dari 10 kali lipat di awal dekade ini.

Kesuksesan yang Membutakan

Disebabkan oleh virus Variola major dan Variola minor, cacar atau smallpox, sebagaimana diutarakan Carl Zimmer dalam A Planet of Viruses (2011), "menjadi mesin pembunuh paling mematikan di dunia."

Ketika dua varian Variola mendarat di Islandia untuk pertama kalinya pada tahun 1241, 20.000 dari 70.000 total penduduk Islandia tewas akibat keganasan cacar. Ia juga menjadi penyebab "300 juta jiwa di seluruh dunia kehilangan nyawa sepanjang abad ke-20 serta membuat Dinasti Qing di Cina kehilangan kekuasaan karena sang kaisar, Kangxi, terkapar tak berdaya akibat keganasan virus ini."

Cacar juga diyakini sebagai penyebab kematian Firaun Ramses V (meninggal pada 1145 SM) dan ciri-cirinya tercatat rapi dalam Zhouhou Beiji Fan (Buku Resep untuk Keadaan Darurat) karya Ge Hong, cendekiawan asal Cina yang hidup pada 283 hingga 343 M.

Tidak diketahui secara pasti asal-usul kemunculan virus dari keluarga Poxviridae genus orthopoxvirus ini. Meski demikian, sekitar tahun 900, secara tak sengaja, umat manusia mengetahui cara melawannya. Memanfaatkan pustula (gelembung kulit yang berisi nanah) pengidap cacar, dokter-dokter di Cina berhasil menciptakan obat gosok anti-cacar yang dapat menginisiasi timbulnya kekebalan tubuh.

Infografik Monkeypox

Infografik Monkeypox. tirto.id/Quita

Selain itu, karena merasa heran atas ketiadaan korban cacar di kalangan pemerah sapi di Inggris, seorang dokter bernama Edward Jenner berhasil menciptakan obat anti-cacar pada akhir tahun 1700-an. Tidak adanya korban cacar di kalangan pemerah sapi terjadi karena mereka lebih dulu tertular versi ringan dari virus ini (cowpox atau cacar sapi). Obat ini ia namai "vaccination" atau "Variolae vaccinae" alias vaksin.

Semenjak Jenner berhasil menciptakan vaksin, diinisiasi oleh titah Raja Carlos dari Spanyol pada 1803, kampanye global untuk memusnahkan cacar melalui vaksinasi dimulai. Dan 177 tahun kemudian yang dibantu dengan kemajuan dunia farmasi, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa umat manusia terbebas dari cacar pada tahun 1980. Tidak ada lagi cacar (smallpox bukan chickenpox atau cacar air) di dunia sejak saat itu. Ini menjadi kisah sukses pertama dan satu-satunya kemenangan manusia atas virus.

Menurut Zhilong Yang dalam "Why do Poxviruses Still Matter?" (Journal of Cell & Bioscience 2021), kesuksesan tersebut membutakan. Perlahan-lahan vaksinasi cacar dilupakan hingga membuat lebih dari 70 persen populasi dunia tak memiliki proteksi apapun terhadap cacar. Padahal, selain dua varian virus Variola, ada banyak varian orthopoxvirus (poxviruses) lain yang mengancam kelahiran kembali tragedi cacar, semisal molluscum contagiosum virus, ectromelia virus (atau erythromelalgia-asociated virus), cowpox, hingga ORF virus. Pelbagai varian yang sebetulnya dapat dilawan dengan vaksin cacar.

Dipaparkan Karl Simpson dalam "Human Monkeypox After 40 Years, an Unintended Consequence of Smallpox Eradication" (Journal of Vaccine 2020), terlenanya manusia atas kemenangan melawan cacar akhirnya menggiring kemunculan penyakit baru, salah satunya cacar monyet.

Baca juga artikel terkait VIRUS CACAR MONYET atau tulisan lainnya dari Ahmad Zaenudin

tirto.id - Kesehatan
Penulis: Ahmad Zaenudin
Editor: Irfan Teguh Pribadi