Menuju konten utama

Legenda Sepakbola dan Nyaris Satu-satunya

Coba sebut satu saja pesepakbola asal Armenia selain Henrikh Mkhitaryan. Besar kemungkinan, sebagian dari Anda sulit menjawabnya tanpa membuka Google atau mengulik informasi dari Wikipedia. Mkhitaryan adalah legenda sepakbola Armenia dan barangkali dialah satu-satunya.

Legenda Sepakbola dan Nyaris Satu-satunya
Jari Litmanen, legenda sepakbola Finlandia. [foto/shutterstock]

tirto.id - Henrikh Mkhitaryan hampir bisa dipastikan akan menjadi legenda sepakbola Armenia, bahkan bukan tidak mungkin yang pertama dan satu-satunya. Armenia memang bukan aktor besar dalam percaturan sepakbola Eropa. Pancaran sinar Mkhitaryan tidak disanggah turut mengangkat pamor negara bekas jajahan Uni Soviet itu agar lebih dikenal dunia.

Kendati Armenia nihil tampil di Piala Eropa, apalagi Piala Dunia, dan bahkan kerap menjadi bulan-bulanan, Mkhitaryan justru menjulang sendirian. Gelandang 27 tahun ini menuai karier cemerlang di klub Bundesliga Jerman, Borussia Dortmund, sebelum diboyong Manchester United ke Inggris pada awal musim 2016/2017.

Torehan 60 caps dengan 19 gol dan dipercaya sebagai kapten tim nasional menjadi bukti bahwa Armenia memang sangat bergantung kepada Mkhitaryan selayaknya Gareth Bale di Wales atau Cristiano Ronaldo untuk Portugal.

Ikon yang Sukar Tergantikan

Mkhitaryan adalah orang Armenia pertama yang tampil di level tertinggi persepakbolaan Eropa dengan memperkuat klub-klub mapan benua biru macam Dortmund atau MU. Selain dirinya, yang paling mendekati adalah Roman Berezovsky, kiper gaek Dynamo Moscow yang sempat membela Zenit Saint Petersburg.

Maka, menyebut Mkhitaryan sebagai legenda tunggal sepakbola Armenia–setidaknya sampai saat ini– mungkin saja tidak berlebihan. Buktinya, belum ada satu pun pesepakbola asal negara berperingkat 112 FIFA (per September 2016) itu yang mampu mencapai taraf yang telah digapai oleh Mkhitaryan saat ini.

Fenomena legenda pesepakbola satu-satunya bukan hanya terjadi pada Armenia dengan Mkhitaryan-nya saja. Masih cukup banyak negara dari berbagai belahan bumi yang hanya memiliki satu atau dua pesepakbola yang paling layak dinobatkan sebagai pemain terlegendaris.

Sebelumnya, ada Alexander Hleb dari Belarusia bisa digolongkan dalam kategori tersebut. Orang ini memang langka dan berharga bagi negara yang mendeklarasikan kemerdekaan dari Uni Soviet pada 27 Juli 1990 itu.

Berasal dari negara gurem di tengah himpitan gegap-gempita sepakbola Eropa, Hleb sukses merebut hati klub-klub elit macam VfB Stuttgart (Jerman), Arsenal (Inggris), bahkan Barcelona (Spanyol). Hingga kini, predikat Hleb sebagai ikon sepakbola di negaranya masih sulit tergantikan karena belum ada pesepakbola Belarusia yang mampu bersaing di level tertinggi sepakbola Eropa.

“Berebut” Gelar Paling Legendaris

Masih dari negara pecahan Uni Soviet, kali ini Georgia, Kakha Kaladze juga berhak diklaim sebagai legenda sepakbola paling terkenal di negaranya. Kaladze adalah bek andalan klub raksasa Italia, AC Milan, selama nyaris satu dekade, dari 2001 hingga 2010. Di level tim nasional, ia telah mengoleksi 83 caps untuk Georgia.

Hanya saja, tidak seperti Mkhitaryan dan Hleb yang seolah melenggang mulus sendirian, Kaladze harus "berbagi" gelar legenda dengan rekan seangkatannya, Levan Kobiashvili. Mantan bek sayap Schalke 04 (Jerman) ini telah mengemas 100 caps bersama tim nasional Georgia kendati pamornya tidak sepopuler Kaladze.

“Perebutan” gelar legenda sepakbola juga terjadi di Finlandia. Ada dua nama yang paling mencuat di persepakbolaan negara kawasan Skandinavia itu, yaitu Jari Litmanen dan Sami Hyypia. Dua nama ini sama-sama ikonik bagi publik sepakbola Finlandia.

Litmanen menuai masa emas saat memperkuat klub elit Eropa asal Belanda, Ajax Amsterdam, pada periode 1992-1999 dengan 159 penampilan dan 91 gol. Torehan mengagumkan inilah yang membuatnya digaet oleh Barcelona ke Spanyol dan selanjutnya hijrah ke Liverpool (Inggris).

Untuk Hyypia, bek yang dikenal sangat tangguh pada era-nya ini pernah menjadi idola fans Liverpool yang dibelanya selama 10 musim, dari 1999 hingga 2009. Setelah gantung sepatu di Bayer Leverkusen (Jerman), ia melanjutkan karier sebagai pelatih dan sempat menjadi asisten pelatih di tim nasional negaranya.

Masih ada beberapa nama ikonik yang boleh dibilang langka untuk negara-negara yang tidak memiliki tradisi kuat di kancah sepakbola internasional, sebut saja Eidur Gudjohnsen (Islandia), Goran Pandev (Makedonia), Lorik Cana (Albania), hingga Dwight Yorke (Trinidad & Tobago) Emmanuel Adebayor (Togo), bahkan Andriy Shevchenko (Ukraina), dan lainnya.

Faktor negara yang terbilang kecil, dalam konteks wilayah, populasi penduduk, maupun pengaruh politik, menjadi salah satu alasan mengapa para pesepakbola itu muncul sebagai ikon di negaranya masing-masing ketika berhasil menembus persaingan di level tertinggi sepakbola Eropa.

Boleh jadi, munculnya pesaing untuk Mkhitaryan di Armenia, Hleb di Belarusia, Kaladze di Georgia, atau duet Litmanen dan Hyypia di Finlandia, masih perlu ditunggu dalam waktu yang cukup lama.

Baca juga artikel terkait SEPAKBOLA atau tulisan lainnya dari Iswara N Raditya

tirto.id - Olahraga
Reporter: Iswara N Raditya
Penulis: Iswara N Raditya
Editor: Nurul Qomariyah Pramisti