Menuju konten utama

Lebaran Dalam Pandangan Non-Muslim

Bagi sebagian besar masyarakat non-Muslim, makna Idul Fitri adalah hari raya keagamaan umat Islam.

Lebaran Dalam Pandangan Non-Muslim
Periksa Data Lebaran dalam Pandangan Non Muslim. tirto.id/Quita

tirto.id - Idul Fitri merupakan selebrasi yang dilakukan Muslim atas berakhirnya periode berpuasa selama 29 atau 30 hari. Di Indonesia, merayakan Idul Fitri dimulai dengan Shalat Ied yang diikuti oleh khotbah singkat. Setelah shalat, umat Islam biasanya akan berkumpul bersama keluarga dan bersilaturahmi.

Tak hanya kegiatan keagamaan, lebaran juga menyimpan tradisi dari berbagai daerah. Misalnya, Grebeg Syawal di Yogyakarta, pementasan Wayang Krucil di Malang, dan tradisi memasak dodol di Gorontalo. Lekatnya lebaran dengan berbagai tradisi ini bisa menjadi penanda bahwa perayaan ini juga bisa dikatakan sebagai periode berlibur dan silaturahmi nasional bagi seluruh masyarakat Indonesia.

Untuk mengetahui pandangan non-Muslim atas tradisi lebaran, tirto.id melakukan survei yang bekerjasama dengan jakpat sebagai penyedia platform. Tujuan survei ini selain mengetahui makna lebaran, juga untuk mendapatkan gambaran kegiatan apa yang dilakukan umat non islam pada periode Idul Fitri. Survei ini dilakukan pada 30 Mei - 2 Juni 2018 pada 968 responden di Indonesia.

Infografik riset mandiri Lebaran dalam Pandangan Non Muslim

Profil Responden

Pada survei ini, sebaran responden berdasarkan jenis kelamin cukup merata. Hal tersebut terlihat dari proporsi pria sebesar 49,90 persen dan wanita 50,10 persen. Dari sisi usia, mayoritas responden pada riset ini berusia antara 20-25 tahun, yakni 45,04 persen. Hanya 0,72 persen yang berusia antara 40-45 tahun. Dilihat dari pengeluaran bulanan, 29,86 persen responden memiliki pengeluaran bulanan antara Rp 1.010.000 - Rp 2.000.000. Hanya 3,82 persen responden memiliki pengeluaran bulanan lebih dari Rp 7.500.000.

Infografik riset mandiri Lebaran dalam Pandangan Non Muslim

Makna Lebaran Bagi Non-Muslim

Hampir seluruh masyarakat non-Muslim pada riset ini menganggap Idul Fitri sebagai hari raya keagamaan umat Islam (92,05%). Selanjutnya, mereka memaknai lebaran sebagai ajang berkumpul keluarga bagi umat muslim, terlihat dari 52,58 persen non-Muslim yang menyatakan demikian. Menariknya, meski persentasenya tidak besar, ada pula 10,64 persen non-Muslim yang menganggap Idul Fitri sebagai hari raya keagamaan seluruh masyarakat Indonesia. Hal tersebut dikarenakan tradisi lebaran dirayakan tidak hanya oleh umat Islam, tapi juga umat agama lainnya.

Infografik riset mandiri Lebaran dalam Pandangan Non Muslim

Secara umum, libur panjang dan Tunjangan Hari Raya (THR) menjadi dua hal yang paling banyak disukai dari lebaran, masing-masing sebesar 80,17 persen dan 54,96 persen. Menurut Surat Edaran Menteri Ketenagakerjaan Nomor 2 Tahun 2018, THR memang diberikan sesuai dengan hari raya keagamaan masing-masing pekerja. Namun, tidak sedikit perusahaan yang memberikan THR pada hari raya Idul Fitri. Sehingga wajar apabila THR menjadi sesuatu yang ditunggu-tunggu saat lebaran.

Infografik riset mandiri Lebaran dalam Pandangan Non Muslim

Dari segi usia, hal yang disukai oleh masyarakat berusia 20-25 tahun atas lebaran adalah ajang berkumpul bersama kerabat (54,36 persen). Sebab, mereka berada pada usia kuliah atau awal kerja, sehingga mereka banyak berteman dan mencari networking.

Berbeda dengan kelompok usia 26-29 tahun yang memilih sale/promo di berbagai toko (54,58%) sebagai hal yang disukai pada periode lebaran. Hal ini wajar, sebab mereka sudah bekerja dan tingkat konsumsinya pun mulai meningkat. Sementara kelompok usia di atasnya cenderung menyukai THR lebaran, usia 30-35 tahun (59,72%) dan 36-39 tahun (55,07%). Karena, pada usia tersebut, kebanyakan orang sudah berkeluarga dan memiliki banyak kebutuhan baru.

Sementara itu, kenaikan harga barang merupakan hal yang tidak disukai warga non-Muslim pada saat lebaran. Hal ini terlihat dari 71,59 persen non-Muslim yang memilih harga tiket transportasi yang lebih mahal dan kenaikan harga bahan pokok (49,59%) sebagai yang tidak diskusi dari periode lebaran.

Infografik riset mandiri Lebaran dalam Pandangan Non Muslim

65,08 Persen Pergi Berlibur dan Bersantai di Rumah Saat Lebaran

Hal ini terlihat dari 65,08 persen masyarakat non muslim yang memilih berlibur juga bersantai di rumah sebagai aktivitas yang mereka lalukan pada periode ini. Selain itu, meskipun mudik identik dengan umat islam dalam merayakan lebaran, hal ini juga dilakukan oleh masyarakat non muslim yang terlihat dari 35,23 persen memilih aktivitas ini.

Infografik riset mandiri Lebaran dalam Pandangan Non Muslim

Berbicara menganai aktivitas liburan, sebanyak 87,19 persen masyarakat non muslim menyatakan berlibur memang menjadi pilihan mereka pada periode lebaran. Dari masyarakat yang liburan tersebut, berlibur ke luar kota menjadi yang banyak dipilih. Hal ini terlihat dari 58,65 persen yang menyatakan hal ini. Hanya 7,11 persen yang menyatakan luar negeri sebagai destinasi liburan mereka.

Sebanyak 90,76 persen masyarakat menyatakan keluarga yang mereka pilih untuk berlibur bersama pada periode lebaran. Selain itu, teman (42,77%) juga menjadi pilihan mereka untuk berlibur bersama. Sebanyak 36,61 persen memilih saudara atau kerabat lainnya yang untuk liburan saat lebaran.

Infografik riset mandiri Lebaran dalam Pandangan Non Muslim

Dilihat dari durasinya, sebagian besar menghabiskan 3-7 hari untuk liburan saat lebaran (62,44%). Disusul oleh 26,07 persen yang berlibur kurang dari 3 hari. Hanya 3,91 persen masyarakat yang menyatakan menghabiskan lebih dari 10 hari untuk liburan pada periode lebaran.

Dari hasil survei ini, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar non-Muslim memandang Hari Raya Idul Fitri atau lebaran sebagai hari raya keagamaan umat Islam atau ajang berkumpul keluarga bagi umat Islam. Namun ada pula yang menganggap Idul Fitri sebagai hari raya keagamaan seluruh masyarakat Indonesia. Seperti laiknya umat islam, non-Muslim juga menyukai Libur panjang dan THR lebaran. Momen ini paling ditunggu, mereka adalah waktu bersantai di rumah serta liburan, dikarenakan panjangnya periode cuti bersama. Sehingga, tak heran jika hal yang paling tidak disukai saat lebaran oleh masyarakat non-muslim adalah kenaikan harga tiket transportasi.

Baca juga artikel terkait LEBARAN atau tulisan lainnya dari Dinda Purnamasari

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dinda Purnamasari
Editor: Nuran Wibisono