Menuju konten utama

Layanan Streaming Film Berkembang Pesat tapi Mustahil Geser Bioskop

Video on Demand juga menjadi berkah tersendiri bagi production house kecil yang sulit menembus bioskop.

Layanan Streaming Film Berkembang Pesat tapi Mustahil Geser Bioskop
Ilustrasi streaming video. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Sudah hampir setahun sejak terakhir kali kita bisa menyaksikan film di bioskop secara normal. Pandemi COVID-19 telah memaksa kita mengubah cara untuk mengakses hiburan. Jika dulu bioskop menjadi salah satu jenis hiburan yang paling banyak dipilih oleh semua kalangan, kini kita terpaksa menunda pergi ke bioskop. Pandemi COVID-19 mengakibatkan bioskop di seluruh Indonesia ditutup sejak akhir Maret 2020.

Meskipun sebagian bioskop di beberapa kota telah dibuka sejak Oktober 2020, masyarakat tampaknya masih enggan untuk pergi ke bioskop. Ketua Gabungan Pengusaha Bioskop Seluruh Indonesia (GPBSI), Djonny Syafrudin, dalam wawancaranya dengan Kontan (29/03/2021) menyatakan, dari 50 persen kapasitas bangku bioskop yang diperbolehkan untuk diisi dalam rangka penerapan protokol kesehatan, hanya 15-20 persen bangku bioskop yang terisi.

Hasil penelitian Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) bersama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) kepada sekitar 300 penonton film di seluruh Indonesia pun menunjukkan hanya 33 persen penonton yang berminat menonton film layar lebar ketika bioskop dibuka. Sisanya, 39 persen penonton tidak berminat menonton film di bioskop selama pandemi dan 28 persen lainnya masih ragu-ragu.

Akibat ditutupnya bioskop selama pandemi, banyak penonton film di tanah air beralih ke saluran Video on Demand (VoD) untuk mengakses berbagai tontoan. Netflix, Iflix, Disney+ Hotstar, Viu, Vidio, HBO Go, Genflix, dan GoPlay adalah beberapa saluran VoD yang bersaing di pasar Indonesia. Hasil penelitian yang sama dari LIPI dan Kemenparekraf menunjukkan 50,2 persen responden mulai berlangganan saluran VoD sejak pandemi COVID-19. Dari angka tersebut, setengahnya berlangganan lebih dari satu saluran VoD.

Traffic di beberapa saluran VoD pun semakin padat. Dari hasil wawancara kami dengan salah satu saluran VoD lokal, Genflix, terjadi kenaikan traffic cukup signifikan terutama pada awal penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada bulan Maret-April 2020. Begitu juga dengan traffic di saluran VoD GoPlay yang meningkat 10 kali lipat, dihitung dari jumlah waktu untuk menonton konten (minutes watch) di saluran tersebut.

Peluang bagi Produser Film

Dengan perkembangan ini, para produser film telah menangkap peluang untuk menayangkan filmnya di saluran VoD. Apalagi selama bioskop ditutup, mereka tidak bisa menayangkan film yang telah diproduksi ke layar lebar. Dari hasil survei kami dengan para produser, 6 dari 10 produser memilih untuk memutarkan film mereka di saluran VoD setelah turun dari layar bioskop pada kondisi normal. Artinya, saluran VoD telah menjadi pilihan tempat ekshibisi film setelah diputar di bioskop bahkan sebelum pandemi COVID-19 memukul dunia perfilman.

Infografik Video on Demand di Masa Pandemi

Infografik Video on Demand di Masa Pandemi. tirto.id/Rangga

Para produser juga mulai membuka diri untuk menayangkan filmnya secara perdana di saluran VOD. Menurut hasil survei kami, 60 persen produser memilih untuk mengalihkan penayangan perdana filmnya di saluran VoD. Kebanyakan dari mereka memilih jalur tersebut karena adanya kerja sama dengan saluran VoD tertentu untuk memproduksi film. Selain itu, tentu saja karena tidak adanya pilihan lain selama bioskop masih belum beroperasi secara normal.

Beberapa film nasional yang penayangannya di bioskop tertunda pun akhirnya memilih saluran VoD sebagai tempat penayangan perdana film mereka. Dikutip dari Kumparan, beberapa film yang akhirnya streamingperdana di saluran VoD pada tahun lalu di antaranya Guru-Guru Gokil dan Bucin yang diputar di Netflix serta Rentang Kisah, Malik & Elsa, dan Warkop DKI Reborn 4 yang diputar di Disney+ Hotstar. Tren ini masih terus berlangsung hingga kini. Sebagai contoh, film Tersanjung The Movie yang menurut Republika akhirnya ditayangkan di Netflix sejak tanggal 1 April 2021, setelah ditunda penayangannya di bioskop sejak Maret 2020.

Tak hanya berperan penting bagi para produser yang biasa menayangkan filmnya di bioskop, keberadaan VoD juga menjadi berkah tersendiri bagi para produser dari production house (PH) kecil yang selama ini kesulitan menembus bioskop. Salah satunya Sidharta Tata dari PH Kebon Studio di Yogyakarta yang kami temui ketika berkunjung ke Yogyakarta. Tata mendapatkan pendanaan dari Bioskop Online, sebuah wahana VoD lokal yang muncul di tengah pandemi COVID-19. Ia menyutradarai salah satu dari lima film pendek dalam omnibus berjudul Quarantine Tales. Film ini telah ditayangkan di Bioskop Online sejak 18 Desember 2020 yang lalu.

Peluang untuk para produser dari PH kecil ini juga didapatkan dari saluran VoD lainnya. Sebagai contoh, Genflix yang menambah koleksi film karya pembuat film independen dalam katalog Indonesia Indie Corner. Katalog film Indonesia ini menjadi salah satu fitur unggulan dari Genflix. Saluran VOD lokal lain, GoPlay, juga memiliki program bernama GoPlay Indie yang menampilkan lebih dari 200 film independen lokal. Hal ini ditempuh oleh GoPlay agar para pembuat film independen di tanah air dapat memiliki wadah untuk distribusi filmnya.

Dengan fitur-fitur ini, peluang bagi para produser nasional untuk menayangkan filmnya di saluran VoD sangat terbuka lebar. Saluran VoD lokal memang telah berkomitmen untuk menjadi wadah film nasional agar film-film ini dapat disaksikan oleh lebih banyak penonton di seluruh Indonesia. Bioskop Online, misalnya, menjadi panggung VoD yang hanya menampilkan film-film asal Indonesia. GoPlay mempunyai konten film nasional yag mencapai hingga 90 persen dari seluruh kontennya. Begitu juga dengan Genflix yang memiliki 80 persen film nasional dari seluruh kontennya.

Peran Saluran Video on-Demand Pasca-Pandemi COVID-19

Hingga kini, para ahli belum mengetahui secara pasti kapan pandemi COVID-19 akan berakhir. Bloomberg, misalnya, memprediksikan akhir dari pandemi ketika semua orang bisa hidup dengan new normal bisa terjadi tujuh tahun lagi dengan kecepatan vaksin saat ini. Selain itu, masih banyak prediksi lain yang mungkin lebih optimis atau malah lebih pesimis. Oleh sebab itu, belum dapat ditentukan kapan seluruh bioskop dapat kembali beroperasi seperti sediakala, tanpa perlu menggunakan protokol kesehatan yang ketat, dengan kapasitas bangku penonton yang bisa terisi penuh, serta kembali ditayangkannya film-film pilihan di bioskop.

Bioskop merupakan sebuah tempat hiburan yang spesial. Pengalaman menonton di bioskop tentu saja lebih istimewa dibandingkan pengalaman menonton dengan cara lain. Dari survei kami, 53 persen penonton mengamini bahwa saluran VoD tidak bisa menggantikan keberadaan bioskop. Bagi para produser, bioskop juga tetap menjadi sasaran ekshibisi nomor satu karena keuntungan dari bioskop jauh lebih besar dibandingkan tempat lainnya, termasuk dari saluran VoD yang unggul di masa pandemi ini.

Namun, ketika Indonesia masih kekurangan bioskop alternatif yang menampilkan film-film nasional di luar arus utama yang lebih banyak diputar di bioskop, VoD bisa mengisi kekosongan ini. Sebelum pandemi, tempat ekshibisi film-film alternatif ini sangat jarang untuk ditemukan dan sepopuler bioskop arus utama mengingat sebagian besar penontonnya berasal dari komunitas pecinta film. Dengan saluran VoD, film nasional kini lebih gampang diakses. Diperkirakan hingga pandemi ini usai, saluran VoD akan terus melengkapi ekosistem film Indonesia dan dapat turut serta memajukan perfilman nasional.

------------------------

Pernyataan

Tulisan ini merupakan hasil dari penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Ekonomi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dengan dana dari Direktorat Kajian Strategis, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Kami berterima kasih kepada seluruh tim peneliti, pemangku kewenangan, dan narasumber yang terlibat dalam penelitian ini.

Penulis: Kanetasya Sabilla, Achsanah Hidayatina (Peneliti Pusat Penelitian Ekonomi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia)

Baca juga artikel terkait STREAMING atau tulisan lainnya dari Kanetasya Sabilla & Achsanah Hidayatina

tirto.id - Film
Penulis: Kanetasya Sabilla & Achsanah Hidayatina
Editor: Windu Jusuf