Menuju konten utama

Larva Galleria alias Ngengat, Sang Pengurai Plastik  

Larva Galleria mellonella dapat mengurangi polusi plastik, lebih efektif dibanding bakteri dan ulat epung.

Larva Galleria alias Ngengat, Sang Pengurai Plastik   
Larva Galleria mellonella. FOTO/D.Martire

tirto.id - Praktis, instan, dan mudah didapat. Itulah tiga hal yang membuat plastik semakin populer dari masa ke masa. Bahkan, pasar plastik tumbuh 4-5 persen per tahun dengan produksi lebih dari 200 juta ton di seluruh dunia.

Indonesia Solid Waste Association (InSWA) menyatakan sampah plastik di Indonesia mencapai 5,4 juta ton per tahun. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jakarta melaporkan tumpukan sampah di wilayah DKI Jakarta saja sudah mencapai lebih dari 6.000 ton per hari dan 13 persen dari jumlah tersebut berupa sampah plastik.

Padahal, sebagian besar plastik dibuat dari minyak bumi dan gas alam yang membutuhkan sedikitnya 500 tahun untuk diurai kembali secara alami. Efek kerusakan lingkungan menjadi kekhawatiran bersama yang sudah harus mulai dicari solusinya.

Menjawab tantangan itu, Federica Bertocchini, peneliti dari di Institute of Biomedicine and Biotechnology of Cantabria, Spanyol melakukan riset mengenai pengurai plastik secara biologis dengan memanfaatkan larva ngengat Galleria mellonella.

Percobaan yang dilakukan Bertocchini menunjukkan bahwa ngengat tersebut dapat memecah ikatan plastik dengan cara seperti mereka mencerna lilin sarang lebah. Secara alami, larva Galleria mellonella hidup di lilin sarang lebah. Karena itulah kehadiran larva ini menjadi momok bagi peternak lebah di seluruh Eropa. Termasuk Bertocchini yang juga berprofesi sebagai peternak lebah.

Pertama ia memulai penelitian tentang ngengat pengurai plastik ini karena ketidaksengajaan atas satu kejadian unik di sarang lebah di rumahnya. Kejadian itu terjadi saat dia meletakkan larva Galleria mellonella tersebut di kantong plastik, mengikatnya sampai tertutup, dan meletakkan kantong tersebut itu di kamar rumahnya sementara dia menyelesaikan pembersihan sarang.

Saat kembali ke kamar ia menemukan larva-larva tersebut di mana-mana. Mereka berhasil lolos dengan cara mengunyah kantong hingga bolong secara cepat. Kantong plastik tersebut penuh dengan bolong setelah larva Galleria mellonella terkurung di dalamnya selama sekitar 40 menit.

Dalam tes laboratorium, peneliti menemukan bahwa 100 larva Galleria mellonella dapat melahap 92 mg polietilena dalam waktu 12 jam.

Hasil tersebut dinilai lebih efektif dibanding dengan mikroorganisme pengurai plastik yang diteliti sebelumnya. Di tahun 2012, Shosuke Yoshida, peneliti pada Departemen Biosciences dan Informatika, Institut Teknologi Kyoto dan Universitas Keio mempublikasikan penelitian perihal bakteri yang mampu mengurai plastik.

Bakteri bernama Ideonella sakaiensis 201-F6 ini memiliki kemampuan mengurai lapisan tipis dari 0,13 mg botol plastik non-biodegradable yang mengandung polietilena tereftalat atau PET dalam 24 jam pada temperatur 30 derajat celcius. Bakteri ini memecah PET menjadi asam tereftalat dan etilena glikol menggunakan dua enzim berbeda.

Selain itu, penelitian sebelumnya perihal organisme pengurai plastik juga pernah dilakukan oleh Wei-Min Wu, peneliti dari Stanford University. Ia yang bekerja sama dengan peneliti di Cina menunjukkan bahwa ulat mealworm (ulat tepung atau ulat hongkong) dapat dengan aman mengurai plastik dan styrofoam yang juga berbahan polistirena.

Dalam penelitian tersebut, 100 mealworm dapat memakan 34-39 miligram styrofoam. Dalam waktu 24 jam, mereka mengeluarkan sebagian besar plastik yang tersisa sebagai hasil biodegradasi, yang tampak mirip dengan kotoran kelinci kecil.

Mealworm merupakan larva kumbang berwarna gelap, serangga umum yang dapat ditemukan di banyak toko hewan peliharaan di Amerika Serikat. Ia bukan satu-satunya serangga yang dapat mengurai plastik. Ada juga waxworm dan mealmoths India, juga memiliki mikroorganisme di dalam usus yang dapat mengurai polistirena.

Namun, kemampuan beberapa organisme kini ditandingi oleh larva Galleria. Hal ini juga yang membuat larva Galleria mellonella lebih efektif. Mulanya larva ngengat ini umum dijual sebagai makanan ringan yang lezat untuk ikan mas dan ikan patin.

Untuk memastikan bahwa larva Galleria mellonella tidak hanya mengunyah plastik menjadi potongan-potongan kecil, Bertocchini menumbuk beberapa larva dan mengoleskannya pada kantong plastik. Hasilnya, terbentuk bolongan-bolongan pada plastik-plastik tersebut

"Kami telah menemukan bahwa larva serangga Galleria mellonella mampu mengurai salah satu material plastik paling sulit terurai, dan paling banyak digunakan: polietilena," kata Bertocchini seperti dikutip Wired.

Infografik Larva pengurai plastik

Polietilena adalah bahan utama yang digunakan untuk membuat berbagai macam benda berbahan plastik. Ia membutuhkan waktu amat panjang untuk bisa terurai di tanah secara alami. Sementara itu, kantong plastik berbahan polietilena membutuhkan waktu untuk menghancurkan diri selama ratusan tahun.

Bertocchini menunjukkan larva Galleria mellonella tersebut tidak hanya menelan plastik, tapi juga mengubah polietilen menjadi etilena glikol atau alkohol.

Penelitian tersebut dilengkapi juga dengan rincian proses molekuler. Hal ini berguna untuk pengembangan strategi di bidang bioteknologi guna mengelola limbah polietilena.

Para peneliti berharap dapat mengidentifikasi enzim yang dihasilkan larva Galleria mellonella saat mereka membolongi kantong plastik. Enzim ini diharapkan dapat digunakan dalam proses rekayasa genetika, yaitu dengan menyisipkan genetiknya ke dalam bakteri seperti E. Coli, agar bisa digunakan untuk mendegradasi plastik di lingkungan liar.

"Kami berencana untuk menerapkan temuan ini agar bisa menjadi cara untuk menyingkirkan sampah plastik, bisa menjadi solusi untuk menyelamatkan laut, sungai, dan lingkungan kita dari dampak akumulasi plastik yang tak terhindarkan," kata Bertocchini.

Baca juga artikel terkait SAMPAH atau tulisan lainnya dari Yulaika Ramadhani

tirto.id - Teknologi
Reporter: Yulaika Ramadhani
Penulis: Yulaika Ramadhani
Editor: Maulida Sri Handayani