Menuju konten utama

Larangan Ucapan Natal & Nasib Penjual Pernak-pernik di Asemka

Beberapa pedagang hiasan Natal di Pasar Asemka mengaku tak ada pengaruh ke omset harian terkait dengan larangan mengucapkan Natal bagi umat Kristiani.

Larangan Ucapan Natal & Nasib Penjual Pernak-pernik di Asemka
Calon pembeli memilih pernak-pernik Natal di Pasar Asemka, Jakarta, Jumat (14/12/2018). ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay.

tirto.id - Desember kali ini terik matahari terasa menyengat, tak seperti tahun sebelumnya. Namun, bagi mereka yang mempersiapkan perayaan Natal dan Tahun Baru, di tengah terik matahari, tetap menyerbu Pasar Asemka di Jakarta Barat.

Kios-kios di Pasar Asemka menjadi tempat tujuan bagi mereka yang akan memburu aksesori pohon Natal. Deretan kios-kios ini masih ramai pengunjung, meski di media sosial ada larangan ucapan Natal bagi kaum muslim beredar beberapa waktu lalu.

Salah satunya, Merry (50) sudah lebih dari setengah jam di dalam Toko Winwin Christmas. Matanya tak lepas dari aneka aksesori Natal yang ada di rak dan bergantungan di dinding. Ia sudah bersiap membayar lampu-lampu, hiasan bola-bola, boneka rusa dan pernak-pernik pohon Natal lain.

"Total habis Rp980 ribu," kata Merry selepas berbelanja.

Perempuan kelahiran Sumatera itu rela jauh-jauh dari Bekasi ke Pasar Asemka karena aksesori Natal yang dijual di sana lebih lengkap dan lebih murah. Dia mengaku sudah mencari-cari lilin Natal elektrik di lokasi lain, tapi tak ketemu dan akhirnya ia temukan di Asemka.

Hari itu memang tampaknya menjadi hari yang sibuk bagi para pramuniaga. Toko selebar empat meter itu padat dengan pengunjung, sejumlah pegawai bolak-balik mengambil barang yang dikehendaki pengunjung. Beres dengan satu pelanggan, karyawan toko langsung menjawab pertanyaan pengunjung lainnya. Ada pula yang bertugas di luar membungkus pohon Natal yang telah dipesan.

Di tengah kesibukan itu, speaker yang terletak di pojok atas toko tak henti-henti memutar lagu-lagu Natal.

Ditemui di luar toko ada Johan (38) yang bagasi mobilnya penuh dengan kardus-kardus berisi pernak-pernik Natal. Rencananya, aksesori-aksesori itu akan ia jual lagi di tokonya di kawasan Jakarta Selatan. Dia mengaku memilih berbelanja di sini sebab lebih murah.

"Dari tahun lalu juga di sini, soalnya lebih murah," kata Johan.

Sukma, pegawai Winwin Christmas menjelaskan toko tempatnya bekerja itu sudah lebih dari 20 tahun menjual atribut Natal. Pohon Natal menjadi buruan favorit para pengunjung, umumnya mereka membeli pohon ukuran 2 meter, meski tokonya juga menyediakan mulai dari ukuran mini hingga 6 meter. Harga pun bervariasi, mulai dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah.

"Kalau yang 6 meter itu bisa Rp30 juta, Rp40 juta, tergantung pemesanan sih, kan ada yang rimbun ada yang enggak," kata Sukma.

Selain menjual pohon Natal, toko ini juga menjual aneka pernak-pernik Natal mulai dari lampu hias, boneka, bola, rumbai, dan lainnya. Aneka promo juga diberikan untuk menarik pelanggan, mulai dari "buy 1 get 1" sampai diskon 40 persen.

Namun, tak sepanjang tahun mereka berjualan replika pohon cemara dan sebagainya, di luar musim Natal mereka berjualan hiasan pohon beserta potnya. Baru pada bulan September mereka mengalihkan jualan.

Sukma menjelaskan ada orang-orang yang membeli untuk keperluan sendiri, tapi tak sedikit yang membeli untuk dijual lagi. Dia mengaku pernah mendapat pelanggan dari Papua dan Sumatera Utara, biasanya mereka menggunakan jasa ekspedisi untuk mengirim barang.

Barang-barang yang dijual di toko itu sendiri, Sukma mengatakan, mereka mengimpor langsung dari Cina. Mereka pun memiliki gudang untuk menyimpan barang.

Tak Terpengaruh Intoleransi

Salim (32) salah seorang pemilik toko penjual atribut Natal membenarkan ada kontroversi di media sosial soal larangan ucapan perayaan Natal bagi kaum muslim.

Namun, menurutnya, hal itu tak terlalu berpengaruh pada penjualannya, sebab omsetnya relatif stabil jika dibanding dengan tahun-tahun sebelumnya.

"Banyak juga dari kantoran yang beli topi Natal untuk di kantornya," kata Johan.

Selain topi, yang paling dicari pelanggan adalah lampu-lampu hias. Dia mengaku menyediakan berbagai jenis lampu mulai dari harga Rp15 ribu hingga Rp100 ribu dan kini lampu yang paling mahal telah habis terjual.

Sukma pun merasa pemasukannya tahun ini relatif sama jika dibanding tahun sebelumnya kendati mereka belum menghitungnya. Namun, dia menyebut dalam sehari tokonya bisa meraup Rp10 juta bahkan lebih.

"Enggak berpengaruh, kita sih terserah pakai atau enggak pakai," kata Sukma.

Baca juga artikel terkait PERAYAAN NATAL 2019 atau tulisan lainnya dari Mohammad Bernie

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Mohammad Bernie
Penulis: Mohammad Bernie
Editor: Maya Saputri