Menuju konten utama

Larangan Impor Rockmelon Australia yang Tak Legakan Pedagang

Para pedagang mengaku tidak pernah menjual buah melon impor.

Larangan Impor Rockmelon Australia yang Tak Legakan Pedagang
Petani memanen buah melon di persawahan kawasan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, Jumat (29/9/2017). ANTARA FOTO/Umarul Faruq

tirto.id - Kabar bahaya bakteri literia di rockmelon asal Australia kadung membuat masyarakat takut dan pedagang mengalami penurunan omset. Upaya Kementerian Pertanian melarang buah rockmelon asal Australia masuk ke Tanah Air tak serta merta melegakan pedagang maupun konsumen buah melon.

Saban hari Achmad Fadil (52 tahun) berdagang aneka jenis melon di Pasar Induk, Kramat Jati, Jakarta Timur. Fadil mengatakan melon yang dijualnya berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Namun kabar bahaya bakteria di rockmelon asal Australia membuat imej dagangannya turut tercemar

“Setelah ada kabar seperti itu orang-orang yang punya toko, manajer, dan orang umum itu jadi waswas. Karena ada berita-berita itu mereka terpaksa ngerem [pembelian melon],” kata Fadil, Jumat (3/9).

Fadil sempat menunjukkan kepada Tirto gunungan rockmelon di belakangnya. Fadil mengatakan melon-melon itu sudah dibeli orang. Namun karena waswas akan pemberitaan yang beredar, si pembeli mengembalikan melon itu kepada Fadil. “Dia sudah belanja di sini, belum sampai di tempat tujuannya. Ini! 6 kuintal,” kata Fadil dengan nada tinggi.

Fadil mengungkapkan kini dirinya juga mengurangi jumlah melon yang ia ambil dari petani. Menurut Fadil, pada akhirnya petani melon lokal juga dirugikan atas masalah ini. Namun, Fadil tidak mengakui masih ada pembeli yang mengerti kalau melon dagangannya adalah melon lokal dan bukan melon impor.

Pedagang lain Gembes (30 tahun) juga mengalami nasib serupa dengan Fadil. Ia mengatakan para pembeli mengembalikan melon-melon yang telah ia jual. Gembes memperkirakan pendapatannya menurun 25% sejak kabar bakteri literia di rockmelon Australia merebak.

“Ada yang sudah belanja, dibalikin juga. Semalam katanya sih karena dengar berita ada yang keracunan dari melon itu. Jadi walaupun itu dari lokal tetap aja waswas,” kata memperlihatkan tumpukan melon yang dikembalikan pedagang.

Meskipun begitu, Yanti (49 tahun) yang kesehariannya berusaha catering salad tampak tak khawatir ketika membeli rockmelon di kios Victoria milik Fadil. “Karena saya punya keyakinan bahwa tempat belanja itu dari lokal dan saya juga lihat barangnya masih segar. Jadi saya masih yakin dan percaya melon ini aman, kecuali melon impor, kalau impor masih meragukan,” kata Yanti

Begitu pula dengan Purwanto (45 tahun), ia mengaku selama ini sudah memiliki langganan di Pasar Induk sehingga ia tidak ambil pusing atas pemberitaan yang beredar mengenai rockmelon dari Australia. Para pembeli sebetulnya tidak perlu khawatir membeli rockmelon di Pasar Induk. Hal ini karena menurut pengakuan para pedagang tidak ada melon import yang dijual di sana. “Gak ada melon impor di sini, kalau ada pasti kita semua udah tahu di sini,” kata salah satu pedagang Al-Faruq di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta Timur.

Dwi Rohani (35 tahun) pedagang buah di Pasar Minggu juga mengaku khawatir atas pemberitaan mengenai rockmelon dari Australia. “Ada ya, takutnya kalau isu melon itu kan melon yang dari luar, takutnya juga berdampak pada melon saya yang dari Indonesia,” katanya sambil melayani pelanggannya di Pasar Minggu (09/03/2018).

Meskipun begitu, Dwi belum berniat mengurangi pasokan melonnya. Pasalnya, saat ini Dwi memang hanya memasok sedikit melon, paling banyak 10 buah. Hal itu karena permintaan akan melon pun memang sedang rendah. Selain itu, Dwi mengaku sudah punya langganan dari pihak rumah sakit.

Selain di Pasar Induk dan Pasar Minggu, rockmelon juga dijual di sejumlah pasar Swalayan di kawasan Bintaro, Tangerang Selatan seperti Giant Bintaro dan Carrefour Bintaro. Namun penjelasan pramuniaga di kedua swalayan tersebut melon yang mereka jual adalah melon lokal. “Emang kita enggak pernah datengin yang impor sih, kita lokal,” kata Haris, seorang pramuniaga di Giant Bintaro.

Sebelumnya, tiga warga di Australia meninggal dunia setelah mengkonsumsi buah rock melon (cantaloupe), yang diduga tercemar bakteri listeria. Badan Karantina Pertanian langsung melakukan tindakan antisipatif, meski sebenarnya belum ada importasi secara langsung ke Indonesia.

"Buah ini diekspor ke Malaysia, Singapura dan beberapa negara lainnya. Kita perlu waspadai utamanya masyarakat yang berbatasan langsung dengan Malaysia dan Singapura", tegas Banun Harpini, Kepala Badan Karantina Pertanian, dalam siaran persnya.

Masyarakat Kepulauan Riau, Batam dan pesisir Sumatera sangat berisiko. "Bukan tidak mungkin masyarakat di pesisir timur Sumatera berpeluang mengkonsumsinya, karena lalu lintas orang ke negeri seberang cukup intens,” ujarnya.

Banun mengimbau masyarakat waspada terhadap buah melon tersebut, dan menghindari kontak langsung atau konsumsi melon tersebut hingga adanya investigasi dan langkah pencegahan pemerintah Australia.

Barantan akan memperketat pemeriksaan buah impor asal Australia, karena bukan tidak mungkin potensi penularan dari jenis buah lainnya.

"Kita punya pengalaman memusnahkan buah apel berbakteri listeria pada tahun 2016 asal amerika. Maka kami akan periksa lebih jauh buah impor asal Australia", tegasnya.

Selain itu Banun menghimbau agar para traveller dari Australia, Malaysia, Singapura, UEA, Qatar, Jepang, Hongkong, Oman dan Kuwait tidak membawa buah-buahan berisiko ini ke Indonesia. Pengawasan di bandara internasional juga akan ditingkatkan sehubungan dengan kasus ini.

Baca juga artikel terkait BAKTERI LISTERIA atau tulisan lainnya dari Mohammad Bernie

tirto.id - Bisnis
Reporter: Mohammad Bernie
Penulis: Mohammad Bernie
Editor: Muhammad Akbar Wijaya