Menuju konten utama

Langkah Pemerintah Cegah Penyebaran COVID-19 di Pesantren

Satgas COVID-19 mengimbau seluruh penghuni pesantren agar menerapkan protokol kesehatan dan menjadi agen perubahan perilaku di masyarakat.

Langkah Pemerintah Cegah Penyebaran COVID-19 di Pesantren
Sejumlah santri beraktivitas usai shalat Zuhur di Pondok Pesantren An Nuqthah, Kota Tangerang, Banten, Rabu (17/6/2020). ANTARA FOTO/Fauzan/aww.

tirto.id - Pandemi COVID-19 yang sedang melanda membuat berbagai aktivitas terhenti, termasuk kegiatan belajar mengajar di beberapa pondok pesantren.

Klaster-klaster pesantren juga mulai bermunculan di beberapa kota seperti Cilacap, Banyuwangi, Bogor dan Tasikmalaya.

Dalam rangka mengantisipasi hal tersebut, Satgas Penanganan COVID-19 melakukan kampanye perubahan perilaku di lingkungan pesantren.

Sasarannya adalah bagaimana agar para santri dan pengajar di Pondok Pesantren bisa tetap beraktivitas serta melakukan perubahan perilaku untuk selalu menjalankan protokol kesehatan COVID-19 dan menerapkan Aman, Iman dan Imun.

Prof. Wiku Adisasmito Koordinator Tim Pakar dan Juru Bicara Satgas COVID-19 dalam pertemuan virtual yang digelar, Jumat (16/10/2020) mengatakan, “Seseorang bisa terpapar covid dari orang di sekitarnya, bahkan keluarga. Menurut data, sekitar 7 persen orang justru terpapar COVID-19 saat sedang berada di rumah.”

“Kita harus menyadari COVID-19 sangat berbahaya, terutama mereka dengan penyakit penyerta atau lansia, mereka kelompok rentan,” tambahnya.

Infografik Agar COVID-19 Tidak Menyebar Luas di Pesantren

Infografik Agar COVID-19 Tidak Menyebar Luas di Pesantren. tirto.id/Quita

Wiku mengimbau seluruh masyarakat, terutama yang berada di dalam pesantren agar selalu menerapkan protokol kesehatan, dengan 3M yaitu mengunakan masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan pakai sabun atau cairan pembersih tangan dalam setiap kegiatan pendidikan.

Sementara itu, Dr. KH. Sofwan Manaf, M.Si, pimpinan Pondok Pesantren Darunnajah, Jakarta mengatakan, pihaknya telah melakukan pengawasan ketat di seluruh lingkungan pesantren yang berjumlah sekitar 17, dengan menerapkan one get system.

“Ada one get system di pesantren. Semua orang yang sudah sehat, bagaimana caranya tidak bisa keluar masuk lagi,” katanya dalam pertemuan virtual.

Ia mengatakan, total ada sekitar 8.000 santri ada di pesantren Darunnajah, dan sebelumnya ditemukan 1 kasus santri yang terjangkit dari keluarganya. Namun, langsung dibawa oleh petugas kesehatan.

“Ada 1 kasus, kena dari keluarga dan langsung dibawa. Dan seluruh penghuni pesantren langsung dites oleh dinkes. Setelah itu tidak ada yang terjangkit, hanya 1 satu,” jelasnya.

Sofwan juga mengatakan, ia menerapkan kedisiplinan ketat di lingkungan pesantren dengan memberlakukan denda bagi yang tak menggunakan masker.

“Harus ada disiplin, sifatnya pemaksaan, seperti penggunaan masker. Yang tidak taat didenda Rp250 ribu. 50 persen untuk pelapor dan 50 persen untuk lembaga,” tegasnya.

Dr. Sonny B. Harmadi Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas COVID-19 mengatakan, masyarakat harus ditempatkan untuk menjadi duta agen perubahan perilaku dalam memutus rantai COVID-19 dengan 3M Sementara untuk para petugas kesehatan, dengan menerapkan 3T, yaitu Testing (pemeriksaan), Tracing (pelacakan), dan Treatment (pengobatan).

Ia mengatakan, komponen masyarakat yang penting dalam mendorong perubahan perilaku adalah institusi pendidikan, termasuk pesantren melalui edukasi.

"Harapannya bisa menjadi teladan dan pengetahuan bagi masyarakat sekitar," kata Sonny.

Prof. Wiku Adisasmito mengimbau seluruh pesantren di Indonesia agar menerapkan protokol kesehatan yang ketat, serta mengontrol keluar masuk pesantren.

“Lingkungan pesantren sangat penting karena jumlah peserta, guru pengelola banyak sekali. Pastikan keluar masuk pesantren itu jelas dan ketat, ada tes, isolasi mandiri agar tidak menular,” katanya,

Ia menambahkan, “jika keluar area pesantren, pastikan mereka ke tempat sehat dan bawa perilaku positif saat keluar dan masuk. Pencegahannya harus baik, ketahui kontak dengan siapa saja.”

Menurut Sonnym, model pendidikan boarding school relatif lebih aman, karena mudah dilokalisir. Ia mengimbau para pengelola pesantren agar menghindari aktivitas seperti makan minum bersama, alat makan, dan penggunaan fasilitas pribadi.

“Upayakan penggunaan fasilitas pribadi seperti perlengkapan ibadah, sendiri-sendiri, cuci rutin. Pastikan semuanya bersih. Makanan dijaga, gizi seimbang, sosialisasi soal protokol kesehatan lewat poster di pintu-pintu,” katanya.

Sonny berpesan pada seluruh pesantren agar bisa menerapkan aturan ketat seperti yang dilakukan oleh pengurus Darunnajah dengan one get system.

"Jangan terlalu sering orang masuk keluar lingkungan pesantren. Jika pulang harus screening dengan baik. Pengajar harus ada di dalam pesantren, jangan keluar, karena berpotensi membawa virus ke dalam pesantren,” tutupnya.

--------------------------------

Artikel ini terbit atas kerja sama Tirto.id dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB)

Baca juga artikel terkait KAMPANYE COVID-19 atau tulisan lainnya dari Yandri Daniel Damaledo

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Yandri Daniel Damaledo
Editor: Agung DH