Menuju konten utama

Laki-Laki pun Berisiko Tidak Subur

Lakukan analisis sperma dan HSG untuk mengetahui masalah infertilitasmu.

Laki-Laki pun Berisiko Tidak Subur
Ilustrasi sperma. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Selama ini, konsepsi infertilitas di masyarakat umumnya menempatkan perempuan sebagai akar masalah. Tak jarang ketika pasangan belum memiliki keturunan, pemeriksaan hanya dilakukan pada pihak perempuan. Padahal, laki-laki memiliki risiko infertilitas setara dengan kaum perempuan.

Prevalensi infertilitas ditaksir WHO mencapai 60-80 juta pasangan, setara dengan 8-12 persen di seluruh dunia. Di Amerika Serikat, jumlah pasangan dengan masalah kesuburan diduga mencapai 10 persen. Dalam dunia medis, individu digolongkan infertil apabila telah melakukan aktivitas seksual selama setahun tapi belum terjadi pembuahan.

Aktivitas seksual harus dilakukan secara rutin, yakni 2-3 kali setiap minggu dan tanpa menggunakan alat kontrasepsi. Jika telah memenuhi batasan medis tersebut, pasangan heteroseksual disarankan untuk segera memeriksakan diri. Pihak perempuan akan diminta melakukan pemeriksaan HSG, atau ronsen saluran telur. Sementara itu, pihak laki-laki akan diminta melakukan analisis sperma.

“Karena melibatkan bertemunya sel sperma dengan sel telur, maka harus dicek kemungkinan masalah pada keduanya,” ujar dr. Robbi Asri Wicaksono, SpOG kepada Tirto.

Dokter spesialis kebidanan dan kandungan ini menjelaskan, pemeriksaan HSG bertujuan untuk mengetahui kelancaran saluran telur. Pada perempuan, sumbatan menjadi faktor infertilitas terbesar. Sementara pada laki-laki kualitas dan kuantitas sperma yang menjadi masalah utama, sehingga perlu dinilai dalam analisis sperma.

Faktor yang paling mempengaruhi infertilitas pria adalah konsentrasi sperma rendah (oligospermia), motilitas sperma buruk (asthenospermia), dan morfologi sperma abnormal (teratospermia). Sebanyak 90 persen masalah infertilitas pria terkait dengan sperma abnormal dan jumlah sperma.

“Sangat jarang infertilitas pria karena ereksi dini, hampir tidak ada, kecuali dikarenakan penyakit lain.”

Dari total kasus, risiko infertilitas pada perempuan dan laki-laki ternyata memiliki rasio sama besar. Sebanyak 40-50 persen infertilitas berasal dari pria, sementara penderitanya diduga mencapai 7 persen dari total pria. Mereka menunjukkan parameter sperma kurang optimal.

Nah, makanya blunder ketika yang diperiksa hanya perempuannya saja,” kata dr. Robbi.

infografik infertilitas

Bagaimana menanganinya?

Beberapa faktor risiko terkait infertilitas pria dapat meliputi infeksi, overheating testis, trauma buah zakar, pernah melakukan vasektomi, komplikasi, memiliki kondisi medis tertentu, dan faktor keturunan.

Selain karena faktor biologis dan psikologi, gaya hidup turut menyumbang risiko infertilitas. Pria perokok, meminum alkohol, mengonsumsi narkotika atau obat jangka panjang, dan kelebihan berat badan lebih mungkin terkena masalah kesuburan.

Penyakit ini dapat diidentifikasi dengan gejala berupa masalah dengan fungsi seksual. Misalnya, kesulitan ejakulasi atau volume cairan ejakulasi sedikit. Lalu disfungsi ereksi, nyeri, bengkak atau benjolan di area testis. Lainnya bisa berupa infeksi berulang, pertumbuhan payudara tidak normal (ginekomastia). Jumlah sperma lebih rendah dari normal, yakni kurang dari 15 juta sperma per mililiter air mani atau jumlah sperma total kurang dari 39 juta per ejakulasi.

Sama halnya dengan infertilitas pada perempuan, infertilitas pria juga punya banyak jenis dan penyebab. Varikokel merupakan penyebab infertilitas pria paling umum, yakni 38 persen kasus. Pria dengan kondisi ini mengalami pembengkakan vena dan mempengaruhi pengaturan suhu testis sehingga kualitas sperma jadi menurun.

Masalah selanjutnya adalah infeksi, masalah ejakulasi, cedera tulang belakang, antibodi yang menyerang sperma, tumor, ketidakseimbangan hormon, atau penyumbatan. Sebanyak 25 persen pria infertil mengalami infertilitas idiopatik. Artinya, mereka memiliki jumlah sperma rendah tanpa alasan yang dapat diidentifikasi.

Dokter Robbi lalu memberi contoh infertilitas pria yang disebabkan nihilnya sel sperma pada ejakulasi, biasa disebut azoospermia. Pada kondisi ini dokter akan melakukan operasi testis, mengambil sel inti, dan mengembangkannya di luar untuk menghasilkan satu buah sperma sehat. Mau tak mau pasangan dengan kondisi ini harus melakukan program untuk bayi tabung untuk melakukan pembuahan.

“Dengan analisis sperma, dokter akan memutuskan tindakan. Beda penyebab, tentu beda strategi penanganannya,” pungkas Robbi.

Baca juga artikel terkait SEKS atau tulisan lainnya dari Aditya Widya Putri

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Aditya Widya Putri
Penulis: Aditya Widya Putri
Editor: Maulida Sri Handayani