Menuju konten utama

Kurang Tidur Bisa Jadi Epidemi yang Membunuh Manusia

Kondisi kurang tidur ini tidak dianggap serius oleh politisi dan para atasan. Mereka kerap mengaitkan keinginan untuk tidur nyenyak sebagai tanda kemalasan.

Kurang Tidur Bisa Jadi Epidemi yang Membunuh Manusia
Ilustrasi orang tidur. Getty Images/iStockphoto

tirto.id - Kehilangan waktu tidur dapat menjadi wabah yang menimbulkan bencana karena dapat menyebabkan sejumlah penyakit fatal, kata seorang ahli terkemuka.

Dalam sebuah wawancara dengan The Guardian, Profesor Matthew Walker, Direktur Pusat Ilmu Tidur Manusia di University of California, Berkeley, mengatakan bahwa kurang tidur mempengaruhi setiap aspek biologi manusia dan tersebar luas di masyarakat modern.

Namun, masalah ini tidak dianggap serius oleh politisi dan para atasan yang kerap mengaitkan keinginan untuk tidur nyenyak sebagai tanda kemalasan.

Lampu listrik, layar televisi dan komputer, perjalanan yang lebih lama, kaburnya garis antara waktu kerja dan waktu pribadi, serta sejumlah aspek kehidupan modern lainnya telah menyebabkan kurang waktu tidur yang seharusnya dilakukan selama tujuh jam semalam.

Kondisi kurang tidur ini telah dikaitkan dengan penyakit kanker, diabetes, penyakit jantung, stroke, penyakit Alzheimer, obesitas, dan kesehatan mental yang buruk di antara masalah kesehatan lainnya. Singkatnya, kurang tidur bisa membunuh membunuh.

Dikutip dari The Independent, Profesor Walker yang berasal dari Liverpool, mengatakan: "Tidak ada aspek biologi kita yang tidak rusak karena kurang tidur.”

"Kehilangan tidur menghabiskan biaya ekonomi Inggris lebih dari £30 miliar per tahun, atau 2 persen dari PDB. Saya bisa melipatgandakan anggaran NHS [Layanan Kesehatan Nasional] jika saja mereka akan melembagakan kebijakan yang berisi mandat atau dorongan untuk tidur."

Walker mengatakan bahwa dia berkeras untuk punya "kesempatan tidur delapan jam yang tidak dapat dinegosiasikan, setiap malam”.

"Saya berusaha tidur dengan nyenyak dan lama karena saya telah melihat bukti," kata Profesor Walker.

"Sekali Anda tahu bahwa setelah satu malam hanya dapat tidur empat atau lima jam, sel pembunuh alami yang menyerang sel kanker turun 70 persen, atau bahwa kurang tidur dikaitkan dengan kanker usus, prostat, dan payudara, atau bahkan hanya karena Organisasi Kesehatan Dunia telah menggolongkan segala bentuk kerja shift malam hari bersifat karsinogen, bagaimana Anda bisa melakukan hal lain? "

Sementara petugas layanan kesehatan, pengusaha, dan politisi perlu memberi perhatian lebih besar pada manfaat tidur, Profesor Walker mengatakan bahwa orang-orang perlu melakukannya pada tingkat individu.

"Tidak ada yang mau meluangkan waktu bersama keluarga atau hiburan mereka, jadi mereka menyerah tidur saja," katanya melanjutkan. "Dan kecemasan memainkan peran. Kami adalah masyarakat yang kesepian dan tertekan. Alkohol dan kafein lebih banyak tersedia. Semua ini adalah musuh untuk tidur."

Selain itu, ada pula kecenderungan untuk menyombongkan diri karena membutuhkan sedikit waktu tidur. Margaret Thatcher dan Ronald Reagan dikatakan bisa tidur hanya beberapa jam dalam semalam. Keduanya kemudian mengalami demensia di kemudian hari.

"Kita mengalami stigmatisasi tidur dengan label kemalasan," kata Profesor Walker.

"Kita ingin terlihat sibuk, dan salah satu cara kami mengungkapkannya adalah dengan menyatakan betapa sedikit tidur yang kita dapatkan. Ini justru menjadi lencana kehormatan,” ujarnya melanjutkan

"Mereka yakin bahwa mereka [yang punya banyak waktu tidur sebagai] abnormal, dan mengapa tidak? Kami menghukum orang karena tidur. Bagaimanapun juga, hanya jumlah yang cukup, kami menganggap mereka sebagai orang malas,” jelasnya.

Tanda-tanda kekurangan tidur ini diantaranya membutuhkan kafein agar tetap terjaga di siang hari atau ingin tidur nyenyak setelah alarm padam.

"Saya selalu melihatnya," Profesor Walker mengatakan pada The Guardian. "Saya naik pesawat pukul 10 pagi saat orang-orang harus waspada. Saya melihat-lihat dan separuh penumpang pesawat langsung tertidur."

Dia menyarankan agar orang memasang alarm 30 menit sebelum mereka tidur dan mulai rileks saat itu pula.

Otak sebenarnya sangat aktif saat kita sedang tidur. "Selama NREM [non-rapid eye movement atau tidur nyenyak], otak Anda masuk ke dalam pola penyatuan berirama yang luar biasa," kata Profesor Walker. "Ada persatuan yang luar biasa di permukaan otak, seperti mantra yang dalam dan lamban.

"Periset pernah dibodohi bahwa keadaan ini serupa dengan koma. Tapi tidak ada yang bisa lebih jauh dari kebenaran. Pengolahan memori dalam jumlah besar sedang berlangsung.

"Untuk menghasilkan gelombang otak ini, ratusan ribu sel semuanya bernyanyi bersama, lalu diam saja, dan seterusnya. Sementara itu, tubuh Anda mengendap dalam energi rendah yang indah. Ini obat tekanan darah terbaik yang pernah Anda harapkan,” ungkap Walker.

Ia menuturkan, tidur REM di sisi lain kadang-kadang dikenal sebagai tidur paradoks, karena pola otak identik saat Anda bangun. Kondisi ini menurut Walker adalah keadaan otak yang sangat aktif.

"Sistem jantung dan saraf Anda mengalami lonjakan aktivitas: kami masih belum yakin mengapa," paparnya.

Layanan Kesehatan Inggris (NHS) menyatakan bahwa kekurangan tidur dapat memiliki "konsekuensi mendalam pada kesehatan fisik Anda."

"Satu dari tiga orang menderita kurang tidur. Stres, komputer, dan pekerjaan rumah sering disalahkan," kata NHS dalam situsnya.

"Bagaimanapun, harga yang harus ditanggung akibat tidak tidur cukup semalam itu lebih dari sekadar suasana hati yang buruk dan kurang fokus,” lanjutnya.

"Tidur yang buruk secara teratur membuat Anda berisiko mengalami kondisi medis serius, termasuk obesitas, penyakit jantung, dan diabetes. Ini juga memperpendek usia harapan hidup Anda,” jelasnya.

"Sekarang jelas bahwa tidur malam yang nyenyak sangat penting untuk kehidupan yang panjang dan sehat," demikian ditegaskan NHS.

Baca juga artikel terkait KURANG TIDUR atau tulisan lainnya dari Yuliana Ratnasari

tirto.id - Kesehatan
Reporter: Yuliana Ratnasari
Penulis: Yuliana Ratnasari
Editor: Yuliana Ratnasari