Menuju konten utama

Contoh Ceramah Singkat Ramadhan 2023: Sabar & Hikmah Buka Puasa

Contoh ceramah singkat Ramadhan 2023 5 menit: hikmah sabar dan rahasia berbuka puasa untuk pengendalian diri.

Contoh Ceramah Singkat Ramadhan 2023: Sabar & Hikmah Buka Puasa
Ilustrasi Salat. foto/istockphoto

tirto.id - Dalam contoh ceramah singkat Ramadhan 2023 kali ini, disampaikan tema 'Hikmah Sabar dan Buka Puasa'. Seorang muslim yang menjalani puasa sejak terbitnya fajar shadiq hingga terbenamnya matahari sejatinya tengah melatih kesabaran. Oleh karenanya, ketika berbuka, ia mendapatkan dua kebahagiaan, yaitu kebahagiaan berbuka dan kebahagiaan bertemu Rabb-nya.

Dalam kitab Fathul Bari, Ibnu Hajar al-Asqalani menyebutkan lafaz 'shoum' dan 'shiyam' secara bahasa berarti menahan. Sementara itu, menurut terminologi, puasa berarti menahan dalam pengertian khusus, pada masa tertentu, terhadap hal-hal tertentu, disertai syarat-syarat yang telah ditentukan.

Contoh Ceramah Singkat Ramadhan 2023: Sabar & Hikmah Buka Puasa

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

Bismillaahirrahmaanirrahiim..

الْحَمْدُ للهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلىَ أَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالـمُرْسَلِينَ وَعَلىَ آلِهِ وَأَصَحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ اِلَى يَومِ الدِّينِ، أَمَّا بَعْدُ

Segala puji hanya kepada Allah Swt. Selawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad saw. beserta keluarga, sahabat, dan orang-orang yang mengikutinya hingga hari akhir. Amma ba'du...

Hadirin hadirat rahimakumullah,

izinkan saya menyampaikan sebuah kisah yang bisa menjadi inspirasi tentang hakikat puasa. Tersebutlah fulan yang merasa memiliki pengetahuan agama yang mumpuni. Dia ingin berguru kepada seorang syekh. Demi menemui syekh tersebut, fulan harus berjalan jauh ke negeri seberang.

Sesampainya di hadapan sang syekh, fulan mengungkapkan keinginannya untuk menjadi murid. Dia menerangkan sudah belajar kitab ini dan itu. Dia juga menegaskan, selalu mengerjakan ibadah wajib dan sunnah setiap hari nyaris tanpa terlewatkan.

Mendengar ucapan fulan, Syekh berkata, "Anakku, jika kau benar-benar ingin menjadi muridku, aku memintamu untuk berpuasa barang seminggu dengan makanan yang terbatas. Kemudian, kembalilah kemari dalam keadaan berpuasa pula menjelang maghrib."

Fulan heran dengan syarat yang sangat mudah tersebut. Dilaluinya puasa seminggu sebaik mungkin. Pesan syekh agar dia berbuka dengan makanan terbatas, dipatuhi dengan ketat. Tibalah pekan berikutnya. Fulan mendatangi sang syekh.

Tidak dinyana, fulan disambut dengan meriah. Syekh meminta agar semua makanan lezat disodorkan kepada sang calon murid. Melihat kebaikan hati itu, fulan langsung menyantap makanan demi makanan. Belum pernah ia merasakan makanan senikmat ini. Dendam atas rasa laparnya seminggu ini ditumpahkan saat itu juga.

Setiap kali Fulan selesai dengan satu makanan, syekh menyodorkan makanan lain. Demikian seterusnya. Fulan menyantap dan terus menyantap. Hingga akhirnya, Fulan benar-benar menyerah. Tidak ada satu pun makanan yang bisa masuk ke mulutnya lagi.

Dengan putus asa, Fulan berkata kepada syekh, "Sudah, syekh. Apa yang Anda lakukan? Menyantap makanan sebanyak ini ibarat membuat saya mati perlahan-lahan."

Syekh tersenyum, dan berkata, "Anakku, cara makanmu yang begitu lahap setelah berpuasa menggambarkan keadaan nafsu kita terhadap dunia. Engkau menganggap, setelah memperoleh ujian berat, menahan lapar selama seminggu, kau bebas untuk melampiaskan nafsu. Engkau mengira, hidangan yang kuberikan ini adalah hadiah atas prestasimu berpuasa selama seminggu. Padahal tidak demikian."

"Engkau tidak mau bersabar, menahan diri dari godaan. Engkau tidak mau berkata 'tidak' pada sesuatu yang kau anggap menyenangkan, hingga sesuatu tersebut menghancurkanmu. Engkau belum mampu mengendalikan keinginanmu. Kau bisa menahan diri ketika kekurangan, tetapi tidak mampu menahan diri saat segalanya berlebihan."

Hadirin hadirah rahimakumullah,

Kisah Fulan tadi dapat kita jadikan cerminan diri sendiri. Seringkali ketika sedang berpuasa, kita tidak masalah menahan lapar. Namun, ketika berbuka, rasa-rasanya seisi meja makan hendak kita habiskan.

Padahal, puasa berarti menahan. Secara teknis, setelah seseorang mampu menahan lapar dan haus selama sehari, ia diharapkan mampu membatasi segala keinginan duniawinya. Bukan hanya selama berpuasa, tetapi juga setelah berbuka.

Allah membanggakan orang-orang yang mau berjuang mengendalikan hawa nafsunya. Nabi Muhammad saw. bersabda, Allah 'Azza wa Jalla berfirman kepada para malaikat, "Lihatlah kepada hamba-Ku yang meninggalkan hawa nafsunya, kesenangannya, dan makan minumnya karena Aku".

Setelah menahan diri tidak makan dan minum selama 13-14 jam dalam sehari, diharapkan pula kita untuk tetap disiplin. Buka puasa tidak berarti lepas dari penjara. Jika buka puasa diartikan sebagai lepas dari kekangan, kita layak merenung kembali, apakah puasa kita sekadar menunaikan kewajiban, atau puasa adalah latihan pengendalian diri yang sejati.

Dalam Futuhat al-Makkiyyah (2019, 127-128), Ibnu Arabi menggambarkan sesungguhnya kesabaran yang ada dalam puasa adalah pengekangan bagi jiwa. Manusia rela melakukan pengekangan itu atas perintah Allah sehingga ia mendapatkan ganjaran istimewa pula. Ingatlah Hadis Qudsy, "sesungguhnya puasa itu milik-Ku dan Akulah yang akan membalasnya".

Hadirin dan hadirah yang berbahagia, demikian ceramah singkat ini. Semoga kita semua tidak hanya diberi kesabaran saat berpuasa, tetapi juga kesabaran setelahnya. Ibadah puasa selama sebulan penuh ini ibart latihan untuk bersabar terhadap takdir Allah, sedih atau bahagia, dalam 11 bulan ke depan. Semoga kita termasuk orang-orang yang masih bisa menyambut Ramadhan tahun berikutnya.

Aamiin allahumma aamiin.

Wassalamualaikum warahmatullah wabarakatuh.

Baca juga artikel terkait RAMADHAN 2023 atau tulisan lainnya dari Fitra Firdaus

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Fitra Firdaus
Editor: Iswara N Raditya