Menuju konten utama

Kronologis Penembakan Pekerja Proyek Versi Kodam XVII/Cenderawasih

Pasukan gabungan TNI dan Polri berhasil mengevakuasi 12 korban.

Kronologis Penembakan Pekerja Proyek Versi Kodam XVII/Cenderawasih
Lokasi terjadinya pembunuhan di Nduga Papua Barat. Google Map

tirto.id - Kodam Daerah Militer (Kodam) XVII/Cenderawasih merilis kronologis kejadian penembakan pekerja proyek PT Istaka Karya di Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua.

Berdasarkan keterangan tertulis dari Kepala Penerangan Komando Daerah Militer XVII/Cenderawasih, Kolonel Infanteri Muhammad Aidi, Rabu (5/12/2018).

Selasa, 4 Desember 2018, sekira pukul 17.45 WIT, pasukan gabungan TNI dan Polri berhasil mengevakuasi 12 masyarakat yang terdiri dari empat orang karyawan PT Istaka Karya, enam orang petugas Puskesmas Mbua dan dua orang guru SMP Mbua dengan menggunakan helikopter milik TNI AD.

Di antara mereka terdapat tiga orang karyawan PT Istaka Karya yang mengalami luka tembak karena diserang oleh Kelompok Kriminal Sipil Bersenjata (KKSB). Saat ini mereka di evakuasi ke RSUD Wamena.

Dari keterangan salah seorang karyawan PT. yang selamat berinisial JA, ia menceritakan peristiwa tersebut.

Sabtu, 1 Desember, seluruh karyawan PT Istaka Karya memutuskan untuk tidak bekerja karena pada hari itu ada upacara peringatan yang diklaim sebagai hari kemerdekaan KKSB dan dimeriahkan dengan upacara bakar batu bersama masyarakat.

Sekita pukul 15.00 WIT, KKSB mendatangai kamp PT Istaka Karya dan memaksa 25 karyawan keluar kamp. Selanjutnya mereka digiring menuju kali Karunggame dalam kondisi tangan terikat dan dikawal sekitar 50 orang KKSB serta bersenjatakan campuran standar militer.

Minggu, 2 Desember, pukul 07.00 WIT, masih dalam keadaan tangan terikat, para pekerja dibawa berjalan kaki dalam keadaan menuju bukit Puncak Kabo. Di tengah jalan mereka dipaksa berbaris dengan formasi lima saf sambil berjalan jongkok.

Lantas anggota KKSB dalam suasana kegirangan, menari-nari sambil meneriakkan suara hutan khas pedalaman Papua. Mereka juga menembaki para pekerja tersebut. Sebagian pekerja tertembak dan mati di tempat, ada juga yang pura-pura mati terkapar di tanah.

Kemudian, KKSB meninggalkan para korban dan melanjutkan perjalanan menuju bukit Puncak Kabo. 11 karyawan yang pura-pura mati berusaha bangkit dan melarikan diri. Namun, upaya mereka terlihat oleh KKSB sehingga dikejar kembali. Lima orang tertangkap dan digorok oleh KKSB (meninggal di tempat), enam orang berhasil melarikan diri ke arah Mbua, dua orang di antaranya belum ditemukan.

Sedangkan empat orang lainnya, termasuk JA, selamat setelah diamankan oleh anggota TNI di Pos Yonif 755/Yalet di Mbua. Senin, 3 Desember, sekitar pukul 05.00 WIT, KKSB menyerang pos tersebut dengan menggunakan senjata standar militer, panah dan tombak. Aksi tersebut merupakan pengejaran kepada karyawan.

Serangan diawali dengan pelemparan batu ke arah pos sehingga salah seorang anggota TNI yakni Serda Handoko membuka jendela, ia tertembak dan gugur. Anggota TNI membalas menembak, sehingga terjadi kontak senjata dari jam 05.00 pagi hingga 21.00 WIT.

Karena situasi tidak berimbang dan kondisi medan yang tidak menguntungkan, maka pada Selasa, 4 Desember, pukul 01.00 WIT, komandan pos memutuskan untuk mundur guna mencari medan perlindungan, tapi salah seorang TNI, Pratu Sugeng tertembak di lengan.

Pukul 07.00 WIT satgas gabungan TNI-Polri berhasil menduduki Mbua dan melaksanakan penyelamatan serta evakuasi korban. Menurut keterangan JA, jumlah karyawan yang dipastikan meninggal di lereng bukit Puncak Kabo ada 19 orang.

Kendati TNI telah memberikan keterangan resmi, namun fakta terkait kejadian itu masih simpang siur. Kepala Kantor Perwakilan Komnas HAM Provinsi Papua, Frits B Ramandey mengaku telah berhasil mengkonfirmasi sejumlah tokoh penting dalam kelompok Organisasi Papua Merdeka (OPM) terkait penembakan para pekerja di Nduga.

"Komnas HAM lakukan cek kepada beberapa pimpinan OPM, dan mereka sampaikan bahwa itu bukan aksi mereka karena mereka tidak pernah memberi perintah kepada anggotanya untuk melakukan pembunuhan secara sadis seperti itu," katanya.

Para petinggi OPM itu, kata dia, menolak jika hal itu diklaim sebagai bentuk perjuangan karena aksi di Nduga merupakan tindakan kriminal dan tidak mewakili OPM. "Dengan tegas mereka [OPM] mengaku itu bukan aksi mereka, itu kriminal," katanya.

Baca juga artikel terkait KASUS PENEMBAKAN DI PAPUA atau tulisan lainnya dari Adi Briantika

tirto.id - Hukum
Reporter: Adi Briantika
Penulis: Adi Briantika
Editor: Irwan Syambudi