Menuju konten utama
Sejarah Indonesia

Kronologi Sejarah Erupsi Gunung Semeru: Letusan Sejak 1818-2022

Erupsi Gunung Semeru di Jawa Timur punya sejarah panjang, tercatat pertama kali pada 1818 hingga 2022. 

Kronologi Sejarah Erupsi Gunung Semeru: Letusan Sejak 1818-2022
Gunung Semeru mengeluarkan material vulkanis yang terpantau dari Desa Sumberwuluh, Lumajang, Jawa Timur, Senin (5/12/2022). ANTARA FOTO/Umarul Faruq/nym.

tirto.id - Erupsi Gunung Semeru yang terletak di Jawa Timur punya sejarah panjang. Letusan gunung tertinggi di Jawa ini pertama kali tercatat pada 1818 dan terus berulang dari zaman ke zaman hingga yang terbaru tahun 2022.

Secara administratif, Gunung Semeru termasuk ke dalam wilayah dua kabupaten di Jawa Timur, yakni Kabupaten Malang dan Kabupaten Lumajang. Selain sebagai gunung tertinggi di Jawa, Semeru juga merupakan gunung berapi tertinggi ketiga di Indonesia setelah Gunung Kerinci di Sumatera dan Gunung Rinjani di NTB.

Puncak Gunung Semeru dikenal dengan nama Mahameru yang memiliki tinggi 3.676 meter dari permukaan laut (mdpl). Meskipun masih aktif, Semeru menjadi salah satu gunung favorit untuk kegiatan pendakian.

Erupsi terbaru Gunung Semeru terjadi pada 5 Desember 2022 dini hari. Belum diketahui kapan pertama kali gunung ini erupsi, namun yang terekam dalam catatan adalah pada 1818 dan terus berlanjut dari masa ke masa.

Kronologi Sejarah Erupsi Gunung Semeru

Dekade 1800-an

Dikutip dari laman Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), letusan Gunung Semeru yang pertama kali terekam adalah abad ke-19, tepatnya pada 8 November 1818. Pada kurun 1829 hingga 1878 diketahui juga terjadi erupsi. Sayangnya, tidak banyak informasi yang terdokumentasikan pada periode ini.

Dekade 1900-an

Pada periode 1900-an atau memasuki abad ke-20, ada beberapa peristiwa erupsi Gunung Semeru yang tercatat, mulai dari tahun 1913, 1941-1942, 1945-1947, 1950-1951, 1961, 1963, 1972, 1977, 1992, hingga 1994.

Salah satu letusan Gunung Semeru yang berlangsung dalam durasi cukup lama terjadi pada September 1941 sampai Februari 1942. Menurut data Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), letusan kala itu mencapai ketinggian 1.400-1775 meter.

Aktivitas vulkanik Semeru berikutnya terjadi pada 1945, 1946, 1947, 1950, hingga 1951, kemudian pada 1961, 1963, 1969, 1972, 1977, 1978, sampai 1989.

Erupsi pada 1 Desember 1977 menghasilkan volume endapan material vulkanik hingga 6,4 meter kubik. Selain itu, erupsi ini juga mengakibatkan rumah-rumah warga rusak, begitu pula dengan jembatan dan persawahan.

Tahun 1990, 1992, dan 1994 Gunung Semeru masih masih memperlihatkan aktivitas. Bahkan, erupsi pada 1994 mengakibatkan 7 orang meninggal dunia, ada pula orang yang hanyut terbawa oleh lahar dari muntahan Semeru.

Dekade 2000-an

Memasuki milenium baru, aktivitas Semeru belum berhenti. Letusan terjadi lagi secara berturut-turut pada 2002, 2004, 2005, 2007, dan 2008.

Pada peristiwa tahun 2008, letusan tersebut terjadi beberapa kali mulai dari 15 Mei sampai 22 Mei. Lebih rinci dari itu, pada hari terakhir terjadi 4 kali guguran awan panas dengan jarak luncur hingga 2.500 meter.

Tanggal 4 Desember 2021, Semeru kembali erupsi dan memakan korban. Tercatat, 48 orang meninggal dunia serta puluhan orang lainnya mengalami luka-luka berat maupun ringan. Tidak hanya itu, hampir 10 ribu orang dievakuasi untuk diungsikan ke tempat yang aman.

Tepat setahun berselang, 4 Desember 2022, lagi-lagi gunung tertinggi di Jawa ini memperlihatkan aktivitasnya. BNPB pun menaikkan status Gunung Semeru menjadi level IV atau awas dan ribuan warga harus mengungsi.

Baca juga artikel terkait EDUKASI DAN AGAMA atau tulisan lainnya dari Yuda Prinada

tirto.id - Pendidikan
Kontributor: Yuda Prinada
Penulis: Yuda Prinada
Editor: Iswara N Raditya