Menuju konten utama

Kronologi Pemenggalan Guru di Perancis: 9 Orang Jadi Tersangka

Kronologi pembunuhan guru di Perancis karena menunjukkan gambar kartun Nabi Muhammad SAW ke murid-muridnya.

Kronologi Pemenggalan Guru di Perancis: 9 Orang Jadi Tersangka
Ilustrasi pembunuhan. FOTO/iStockphoto

tirto.id - Pemenggalan guru di Perancis yang terjadi pada Jumat (16/10/2020) terjadi di luar sekolah, usai sang guru menunjukkan gambar kartun Nabi Muhammad SAW kepada murid-murudnya. Hal ini menjadi salah satu hal yang dilarang dalam kepercayaan agama Islam.

Pria yang diduga melakukan pemenggalan tersebut adalah seorang laki-laki berumur 18 tahun yang lahir di Moscow, Rusia, sebagaimana dikatakan pengadilan pada Sabtu keesokan harinya dikutip dari Aljazeera. Hingga kini, otoritas Perancis telah menahan Sembilan orang sehubungan dengan peristiwa tersebut.

Kesembilan orang tersebut termasuk orang tua dari seorang anak yang bersekolah di tempat guru tersebut bekerja. Menurut sumber, kedua orang tua yang ditahan mengisyaratkan ketidaksetujuan mereka terhadap keputusan guru untuk menayangkan kartun tersebut. Kini, beberapa orang lain sedang diperiksa untuk mengetahui lebih lanjut peristiwa naas tersebut.

Penyerangnya pun telah ditembak oleh polisi, dan kemudian meninggal akibat luka-lukanya. Melansir The Washington Post, kejadian yang menimpa guru Conflans-Sainte-Honorine ini menghidupkan kembali isu eksplosif soal nilai kebebasan berekspresi. Perancis sendiri merupakan negara yang sangat mematuhi undang-undang ujaran kebencian dan umat Muslin menjadi kelompok minoritas terbesar.

Pihak berwenang Perancis pun telah mengidentifikasi korban. Ia adalah Samuel Paty yang berusia 47 tahun. Di sekolah tersebut, ia mengajar sejarah dan geografi. Sementara itu, pelaku diidentifikasi sebagai Abdoulakh A., yang kemudian tanpa ragu disebut “teroris Islamis” oleh Presiden Emmanuel Macron. “Ini adalah pertempuran kami, dan ini eksistensial,” ungkapnya Jumat malam dari tempat kejadian.

Kronologi dan Detail Kejadian

Jaksa penuntut anti-terorisme bernama Jean-Francois Ricard menjelaskan rincian serangan dan investigasi kepada BBC. Ricard menyebutkan bahwa pelaku yang dikenal dengan nama Abdoulakh tersebut merupakan pengungsi dan datang ke Perancis dengan tidak dikenal oleh polisi anti-terorisme.

Anak laki-laki asal Chechnya tersebut tinggal di kota Evreux, Normandia, yang terletak sekitar 100 km dari lokasi pembunuhan dan tidak memiliki hubungan yang jelas dengan guru atau sekolah. Sebelumnya, ia pernah dihadapkan ke pengadilan tetapi hanya dengan tuduhan pelanggaran ringan.

Pada hari Jumat, Abdoulakh pergi ke sekolah tempat Paty, korbannya, mengajar. Ia meminta siswa untuk menunjukkan guru tersebut. Ketika Paty pulang menuju rumah, si penyerang mengikutinya dari belakang. Ia melukai kepala Paty dengan pisau dan kemudian memenggal kepalanya.

Saksi mata kejadian tersebut menyebutkan bahwa pelaku berteriak “Allahu Akbar” yang berarti “Allah Maha Besar”. Tak sampai di situ, pelaku pun memposting foto korbannya ke akun Twitter dan menghina Presiden Macron dengan kata “kafir” dan “anjing” dalam bahasa Perancis.

Lebih lanjut, pelaku terbunuh ketika proses penangkapan. Saat polisi mendekatinya, ia menembakkan peluru ke polisi. Polisi pun membalas tembakan tersebut dan peluru tepat kena pada tubuhnya. Saat kejadian tersebut, ditemukan pisau dengan panjang 30 cm di dekatnya.

Ricard mengatakan bahwa Paty telah menjadi sasaran sejak ia menunjukkan kartun Nabi Muhammad saat ia mengajar di kelas dengan bab kebebasan berbicara. Pada kelasnya tersebut, ia pun membahas kasus Charlie Hebdo. Charlie Hebdo merupakan majalah satir Perancis yang menjadi subyek serangan oleh tiga orang bersenjata pada 7 Januari 2015 lalu.

Pada kelasnya, Paty menyarankan muridnya yang Muslim untuk tidak berpikir bahwa mereka tersinggung dengan adanya gambar kartun Nabi Muhammad yang ia tunjukkan tersebut. Di sisi lain, orang tua salah satu muridnya marah atas kejadian tersebut dan menuduh Paty menunjukkan foto telanjang Nabi Muhammad.

Seorang ayah dari muridnya lalu mengajukan keluhan resmi dan membuat video yang menunjukkan kemarahannya atas tindakan Paty. Pada videonya tersebut, ia juga meminta orang-orang untuk pergi ke sekolah melayangkan protes.

Menurut Richard, sang ayah pun menjadi salah satu orang yang ditahan. Ia pun menambahkan bahwa saudara tiri pria ini telah bergabung dengan organisasi ISIS di Suriah pada tahun 2014.

Baca juga artikel terkait PEMBUNUHAN GURU atau tulisan lainnya dari Dinda Silviana Dewi

tirto.id - Sosial budaya
Kontributor: Dinda Silviana Dewi
Penulis: Dinda Silviana Dewi
Editor: Yantina Debora