Menuju konten utama

Kronologi Pegawai Paris Baguette Korsel Tewas Tergilas Mesin

Kronologi pegawai Paris Baguette Korsel yang tewas tergilas mesin produksi.

Kronologi Pegawai Paris Baguette Korsel Tewas Tergilas Mesin
Gerai Paris Baguette pertama di Indonesia. (ANTARA/HO-Paris Baguette Indonesia)

tirto.id - Masyarakat Korea ramai-ramai memboikot perusahaan roti Paris Baguette karena tidak tepat dalam menangani kematian karyawan berusia 23 tahun yang meninggal karena masuk ke dalam mesin produksi.

Kronologi pegawai pabrik roti Paris Baguette meninggal di mesin pengaduk terjadi pada 14 Oktober 2022. Seorang wanita berusia 23 tahun itu mengoperasikan mesin pengaduk sendirian di pabrik Pyeongtaek, Gyeonggi.

Ia bekerja shift malam sendirian sehingga tidak ada yang tahu ketika bagian atas tubuhnya masuk ke dalam mesin. Keesokan harinya, tubuhnya yang sudah hancur ditemukan oleh rekan-rekannya.

Alih-alih menangguhkan operasi, pabrik tetap melanjutkan produksi keesokan harinya. Karyawan lain melaporkan, mereka menyaksikan tubuh rekan kerja mereka yang sudah hancur ditarik keluar dari mesin yang segera dioperasikan setelah kecelakaan.

Menurut para pengamat, mesin tersebut seharusnya dioperasikan oleh setidaknya dua orang. Cara perusahaan menangani kecelakaan tersebut dianggap tidak berperasaan dan mendorong protes nasional terhadap Paris Baguette dan perusahaan induknya SPC Group, yang keduanya berbasis di Seoul.

Alasan Warga Korea Boikot Paris Baguette

Alasan warga Korsel memboikot Paris Baguette semakin kuat setelah mengetahui bahwa perusahaan berusaha mencapai kesepakatan damai dengan orang tua karyawan yang meninggal pada malam pemakamannya.

Menurut ibu korban, perwakilan perusahaan telah menawarkan penyelesaian dengan imbalan tidak mengajukan tuntutan apa pun. Namun, dia menolak dan menyewa pengacara keesokan harinya.

“Mereka memberi kami sejumlah angka. Karena kami semua sedang berduka, saya pikir mereka ingin bernegosiasi dengan kami saat itu juga,” kata sang ibu.

Toko roti itu juga menerima protes keras karena mengirimkan roti untuk para tamu pemakaman. Seorang perwakilan perusahaan membela tindakan tersebut dan mengatakan bahwa itu adalah bagian dari pelayanan ketika seorang karyawan SPC atau keluarga mereka meninggal dunia.

“Bagaimana mereka bisa mengirim roti dari tempat dia meninggal? Apakah itu masuk akal?” kata sang ibu kepada wartawan MBC.

Dilaporkan juga bahwa kecelakaan lain terjadi di mesin produksi yang berbeda seminggu sebelum wanita berusia 23 tahun itu meninggal. Tangan seornag karyawan dilaporkan terjepit mesin, tetapi mereka tidak dikirim ke rumah sakit karena status mereka sebagai pekerja tidak tetap.

Warga dan anggota serikat pekerja menyelenggarakan upacara peringatan di depan kantor pusat perusahaan, yang juga mencakup protes satu orang di depan 1.000 toko Paris Baguette.

Warganet juga merambah media sosial untuk menyebarkan boikot terhadap perusahaan, yang terkenal dengan kue-kue yang dihias.

"Jangan pernah membeli atau pergi ke SPC perusahaan pembunuh!" ujar Konfederasi Serikat Buruh Korea di Twitter.

Presiden Korsel Minta Selidiki Kasus Paris Baguette

Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol sejak itu memerintahkan penyelidikan atas rincian kematian karyawan tersebut.

"Ini adalah peristiwa yang mengecewakan. Kita hidup bersama dalam masyarakat ini, jadi pemilik bisnis dan karyawan, bukankah seharusnya kita semua memiliki rasa hormat minimum satu sama lain sebagai manusia?," ujarnya.

Setelah pesan presiden, ketua SPC Group Huh Young-in secara terbuka meminta maaf dan merilis surat permintaan maaf pada 17 Oktober.

"Saya bertanggung jawab penuh atas kecelakaan ini dan pantas mendapat kritik dari publik," kata Huh dalam konferensi pers.

“Saya ingin meminta maaf kepada para pekerja pabrik yang bekerja di dekat korban. Perusahaan seharusnya memahami trauma dan kesedihan mereka dan seharusnya lebih perhatian.”

Perusahaan berjanji untuk menghabiskan 100 miliar won (sekitar $70 juta) untuk meningkatkan keselamatan pekerja selama tiga tahun ke depan, kata Presiden SPC Hwang Jae-bok.

Menurut laporan berita lokal, boikot telah membuahkan hasil. Seorang karyawan mengklaim bahwa toko SPC mengalami penurunan bisnis sejak boikot.

Paris Baguette memiliki lebih dari 4.000 lokasi di seluruh dunia. Perusahaan makanan memiliki rencana untuk mengoperasikan 1.000 toko di AS pada tahun 2030.

Baca juga artikel terkait AKTUAL DAN TREN atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Iswara N Raditya