Menuju konten utama

Kronologi Kericuhan Massa Partai dan Jemaah Masjid Jogokariyan

Kericuhan di Masjid Jogokariyan tidak menimbulkan korban jiwa dan kerusakan materiel.

Kronologi Kericuhan Massa Partai dan Jemaah Masjid Jogokariyan
Masjid jogokariyan. FOTO/dmi.or.id

tirto.id - Tim Media Dewan Kemakmuran Masjid (DKM) Jogokariyan Ahmad Luthfi Effendi menjelaskan kronologi kericuhan yang terjadi di Masjid Jogokariyan antara masyarakat setempat dan massa PDIP pada Minggu (27/1/2018).

Menurut Luhtfi, kericuhan terjadi usai acara pembagian sembako bagi jemaah masjid dan kaum dhuafa yang digelar sekitar pukul 16.00 WIB. Setelah menerima paket sembako, ibu-ibu yang mulai meninggalkan masjid tiba-tiba berlarian masuk kembali ke masjid.

"Sekitar jam 4 ibu-ibu bubar setelah dibagikan sembako, tiba-tiba pada balik lagi. Pas kami tanya 'ada apa?' mereka jawab 'ditimpukin'. Pas kami lihat ada massa PDIP dari arah barat nimpukin masjid," ujar Luthfi pada reporter Tirto, Senin (28/1/2019).

Luthfi menyebut seluruh jemaah masjid yang sedang punya hajat pemilu takmir kaget dan berlarian menyelamatkan diri. Awalnya masyarakat mundur karena tidak siap dan tidak memiliki senjata. Mereka kemudian mengumpulkan senjata dan menyerang balik massa PDIP.

"Kami serang balik, serang mundur. Ramai-ramai kami hajar sampai menuju pool Karya Jasa sekitar simpang Jalan DI Panjaitan, dekat Lapangan Krapyak," tutur Luthfi.

Ia menyatakan heran karena tidak ada aparat sama sekali ketika kericuhan terjadi. Luthfi mengaku ia tak melihat polisi, hanya satu anggota Koramil yang mencoba melerai kericuhan.

Selain anggota Koramil, yang mencoba melerai adalah Caleg DPRD Kota Ygyakarta dari PDIP wilayah Mantrijeron bernama Junianto. Ia juga merupakan Ketua DPC PDIP Kecamatan Mantrijeron.

Caleg Junianto dan seorang anggota Koramil itu mencoba menengahi massa. Ia pun meminta maaf kepada masyarakat dan jemaah Masjid Mantrijeron. Namun, di tengah negosiasi itu, massa PDIP kembali menimpuk masyarakat dengan batu.

"Saat kami negosiasi, tiba-tiba kami ditimpukin lagi. Mereka enggak bisa mengendalikan anak buahnya juga. Begitu kami kejar lagi, aparat pada datang," kata Luthfi.

Luthfi pun menegaskan, tidak ada korban luka maupun materiel dari pihak masjid. Batu-batu yang dilempar massa PDIP tidak sampai merusak bangunan masjid, hanya mengenai pagar.

Menurut Luthfi proses perdamaian dilakukan setelah massa membubarkan diri ke berbagai arah. Pihak yang diundang pada mediasi itu adalah takmir Masjid Jogokariyan, polsek setempat, camat lurah, Koramil, dan PDIP yang diwakili Junianto.

Takmir Masjid Jogokariyan menerima permintaan maaf yang dituliskan Junianto dengan tanda tangan di atas materai. Namun, pihak masjid ingin agar komandan massa itu yang disebut bernama Saudara Kelinci untuk meminta maaf secara langsung pada masyarakat dan pihak masjid.

"Saudara Kelinci, orang yang memobilisasi massa itu tolong dihadirkan untuk minta maaf ke takmir masjid. Junianto sudah berjanji untuk menghadirkan Kelinci. Saya belum dapat kabar apakah dia sudah dihadirkan atau belum," ujar Luthfi.

Hingga kini Luthfi mengaku tak tahu alasan massa PDIP menyerang masjid dengan batu. Dalam surat permintaan maaf yang ditandatangani Junianto itu pun tidak disertakan alasan penyerangan.

Luthfi enggan menyebut ada motif politik dalam kericuhan ini. Sebab, ia menegaskan tidak ada sama sekali alasan politik dalam penyerangan, bukan karena merusak atribut PPP.

"Kami memukul mundur mereka karena mereka menimpuki masjid, bukan kerena mereka rusak atribut PPP. Kami enggak ada motivasi itu. Makanya pada saat negosiasi kami tidak ingin melibatkan Bawaslu, karena ini urusan masjid diserang itu saja. Bukan politik," pungkasnya.

Baca juga artikel terkait KERICUHAN atau tulisan lainnya dari Dipna Videlia Putsanra

tirto.id - Hukum
Reporter: Dipna Videlia Putsanra
Penulis: Dipna Videlia Putsanra
Editor: Maya Saputri