Menuju konten utama

Krisis Rohingya: Bantuan Pangan Dunia ke Myanmar Dihentikan

Badan Pangan Dunia telah menangguhkan bantuan pangan bagi warga Rakhine yang sedang menghadapi bencana kemanusiaan akibat konflik antara tentara Myanmar dan kelompok militan Rohingya.

Krisis Rohingya: Bantuan Pangan Dunia ke Myanmar Dihentikan
Warga Rohingya berkumpul saat media internasional mengunjungi desa Maung Hna Ma, kota Buthidaung, wilayah utara Rakhine, Myanmar, Jumat (14/7). ANTARA FOTO/REUTERS/Simon Lewis.

tirto.id - Badan Pangan Dunia (WFP) telah menangguhkan bantuan pangan bagi warga Rakhine yang sedang menghadapi bencana kemanusiaan akibat konflik antara tentara Myanmar dan kelompok militan Rohingya.

Sekitar 120.000 pengungsi, mayoritas muslim Rohingya, tak mendapat pasokan makanan yang memadai pasca dihentikannya bantuan internasional ke negara itu karena tuduhan pemerintah bahwa organisasi tersebut diduga mendukung pemberontak.

"Sebagai akibat dari konflik kekerasan di negara bagian Rakhine, banyak orang saat ini tidak menerima bantuan makanan normal dan layanan kesehatan primer mereka telah terganggu," kata Pierre Peron, juru bicara Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), seperti dikutip dari Channel News Asia.

PBB dan kelompok bantuan internasional telah mengevakuasi semua staf dari utara negara bagian tersebut di tengah pertempuran yang terjadi. Setelah kantor pemimpin nasional Aung San Suu Kyi berulang kali menerbitkan gambar biskuit energi Badan Pangan Dunia yang diduga ditemukan di sebuah kamp pemberontak.

Kantor Suu Kyi juga mengatakan bahwa pihaknya sedang menyelidiki dugaan dukungan kelompok bantuan tersebut untuk pemberontak.

Sekarang kontraktor yang bekerja untuk WFP, agen PBB, menolak untuk membawa makanan ke kamp-kamp di Sittwe, ibukota negara bagian Rakhine dan tempat lain.

Staf dengan kelompok bantuan internasional yang mengelola klinik di dalam kamp besar dan berpenduduk padat juga takut untuk bekerja, yang menyebabkan penutupan fasilitas, menurut sumber dan pekerja bantuan PBB kepada Reuters.

Staf lokal takut diintimidasi oleh kelompok garis keras Muslim Rakhine, dan beberapa khawatir diserang oleh umat Islam, diungkapkan sumber tersebut.

Sanitasi juga merupakan masalah besar - kontraktor yang membersihkan kakus di kamp juga menolak untuk bekerja dan jamban meluap di musim hujan, meningkatkan risiko kolera dan penyakit yang ditularkan melalui air lainnya, menurut sumber tersebut.

Minggu lalu, terjadi peperangan di Myanmar bagian utara menewaskan 400 orang setelah militan Rohingya menyerang barak tentara Myanmar yang berujung pada serangan balasan dari pihak militer.

Lembaga bantuan, termasuk WFP (Badan Pangan Dunia), telah berulang kali dituduh oleh otoritas Myanmar untuk mengizinkan jatah mereka jatuh ke tangan militan Rohingya, yang melakukan serangan terhadap pos polisi pada 25 Agustus dan memicu kekerasan pada komunitas muslim Rohingya.

Para pengungsi ini mengandalkan bantuan-bantuan baik pangan maupun kesehatan di kamp sejak tahun 2012, ketika kerusuhan agama yang menewaskan puluhan jiwa dan memicu sebuah krisis yang kini kembali memanas di negara itu.

Selama lima tahun terakhir, negara Rakhine telah dipisahkan oleh garis etnis dan agama, namun kekerasan saat ini adalah yang terburuk dalam sejarah konflik di negara tersebut.

"Semua operasi bantuan pangan WFP di negara bagian Rakhine telah dihentikan karena ketidakamanan, yang mempengaruhi 250.000 pengungsi dan populasi paling rentan lainnya," menurut sumber WFP dalam pernyataannya.

"Kami berkoordinasi dengan pihak berwenang untuk segera menyalurkan distribusinya kepada semua masyarakat yang terkena dampak, termasuk untuk orang-orang yang baru terkena dampak kerusuhan saat ini,” tambahnya.

Dari laporan terakhir PBB, setidaknya 40.000 warga muslim Rohingya telah melarikan diri ke Bangladesh.

Pada hari Jumat, kepala militer Myanmar mengatakan hampir 400 orang tewas dalam kekerasan tersebut, di antaranya 370 militan Rohingya, dan 11.000 umat Buddha Rakhine, Hindu dan kelompok minoritas lainnya juga telah mengungsi.

Baca juga: Foto Hoax Terkait Rohingya Berpotensi Tingkatkan Konflik

Baca juga artikel terkait ROHINGYA atau tulisan lainnya dari Maya Saputri

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Maya Saputri
Penulis: Maya Saputri
Editor: Maya Saputri