Menuju konten utama

Korban Aksi 22 Mei, Imparsial: Jangan Cepat Disimpulkan Pelakunya

Direktur Imparsial meminta masyarakat tidak cepat menyimpulkan aparat yang melakukan penembakan.

Korban Aksi 22 Mei, Imparsial: Jangan Cepat Disimpulkan Pelakunya
Direktur Imparsial Al Araf (kanan) bersama Wakil Direktur Gufron Mabruri (kiri), Koordinator Peneliti Ardi Manto Adiputra (tengah) memegang lukisan Munir sebelum memulai konferensi pers mengenai kasus kematian Munir di Kantor Imparsial, Jakarta, Selasa (6/9). Konferensi pers itu membahas tewasnya Munir yang telah memasuki tahun ke-12 serta menyikapi sikap pemerintah dalam menyelesaikan kasus kematian aktivis HAM tersebut. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A./ama/16

tirto.id - Direktur Imparsial Al Araf meminta agar masyarakat tidak terlalu cepat mengambil kesimpulan terkait tragedi penembakan yang memakan korban jiwa dalam kerusuhan di Tanah Abang, Jakarta Pusat.

"Dalam situasi gejolak politik, selalu ada banyak pihak yang berkepentingan. Itu terjadi dalam kerusuhan Mei 1998, kita enggak tahu. Ini yang menurut saya harus diantisipasi," sebutnya kepada Tirto, Rabu (22/5/2019).

Ia mengatakan, dalam situasi kerusuhan yang sarat dengan bias kepentingan, banyak kemungkinan yang dapat terjadi. Oleh karenanya, penting untuk mengunggu adanya hasil investigasi dari lembaga yang obyektif.

"Artinya, masyarakat juga jangan juga terlalu cepat menyimpulkan ini aparat yang juga melakukan penembakan. Harus ada penyimpulan dari otoritas yang obyektif, dalam hal ini Komnas HAM ataupun dari institusi DPR yang melakukan pengawasan," katanya.

Al Araf mengatakan bahwa Komnas HAM memiliki kewenangan untuk melakukan proses penyelidikan jika memang benar terjadi "hal yang dianggap bermasalah" dalam tindak kekerasan.

Ia yakin, Komnas HAM merupakan lembaga yang independen dan obyektif sehingga dapat memberikan investigasi yang minim dari pengaruh kepentingan.

"Kerja Komnas HAM kan dipantau masyarakat sipil dan harus disampaikan kepada publik. [Bias di Komnas HAM] sulit untuk terjadi," imbuhnya.

Seperti dilaporkan sebelumnya, korban kericuhan yang terjadi di Tanah Abang terkait aksi 22 Mei yang dilarikan ke RSUD Tarakan telah mencapai 80 orang hingga berita ini ditulis. Dua di antaranya meninggal dunia.

Dua korban meninggal tersebut bernama Adam Nooryan (17) dan Abdul Aziz (26). Abdul Aziz diketahui merupakan simpatisan Forum Pembela Islam (FPI) asal Pandeglang, Banten. Sebagai catatan, Abdul Aziz diperkirakan meregang nyawa di Petamburan, Jakarta Barat.

Sebanyak 20 orang masih menjalani perawatan, sementara 58 sisanya sudah diperkenankan untuk pulang.

Baca juga artikel terkait AKSI 22 MEI atau tulisan lainnya dari Ign. L. Adhi Bhaskara

tirto.id - Sosial budaya
Reporter: Ign. L. Adhi Bhaskara
Penulis: Ign. L. Adhi Bhaskara
Editor: Irwan Syambudi