Menuju konten utama
Sejarah Indonesia

Kontroversi Peran Soeharto dalam Sejarah Serangan Umum 1 Maret 1949

Kontroversi peran Soeharto dalam Sejarah Serangan Umum 1 Maret 1949 karena Orde Baru mengklaim ia satu-satunya penggagas serangan mendadak.

Kontroversi Peran Soeharto dalam Sejarah Serangan Umum 1 Maret 1949
Monumen Serangan Umum 1 Maret 1949. wikimedia commons/free

tirto.id - Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 2 Tahun 2022 tentang Hari Penegakan Kedaulatan Negara yang diteken Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada 24 Februari 2022 tidak mencantumkan nama Soeharto dalam peristiwa sejarah Serangan Umum 1 Maret 1949. Persoalan ini memang kerap menjadi kontroversi.

Ada empat tokoh yang disebut dalam Keppres tersebut terkait Serangan Umum 1 Maret 1949, yakni Sri Sultan Hamengkubuwono (HB) IX, Soekarno, Mohammad Hatta, dan Jenderal Soedirman. Sedangkan pada era Orde baru dulu, peran Soeharto dalam Serangan Umum 1 Maret 1949 cenderung ditonjolkan.

Serangan Umum 1 Maret 1949 sendiri merupakan peristiwa yang terjadi pada masa Revolusi Fisik atau masa Perang Mempertahankan Kemerdekaan (1946-1949). Selama 6 jam, angkatan perang Indonesia berhasil menduduki pusat kota Yogyakarta -yang kala itu menjadi ibu kota RI- selama 6 jam dari yang semula dikuasai pasukan Belanda.

Angkatan perang Indonesia melancarkan serangan massal sebagai respons terhadap pernyataan Belanda dalam sidang Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menyebut bahwa Indonesia sudah tidak berdaulat lagi.

Latar Belakang Terjadinya Serangan Umum 1 Maret 1949

Dikutip dari laman Kemendikbud, situasi Yogyakarta sebagai ibu kota negara sudah tidak kondusif. Sejak 19 Desember 1948, Yogyakarta telah jatuh ke tangan Belanda yang mengakibatkan Presiden Sukarno, Wakil Presiden Mohammad Hatta, dan sejumlah menteri ditawan Belanda, bahkan kemudian diasingkan ke luar Jawa.

Sebelum ditawan, Soekarno selaku Presiden RI sempat memberikan mandat kepada Sjafruddin Prawiranegara untuk membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang berpusat di Bukit Tinggi, Sumatera Barat. Kendati Yogyakarta dikuasai Belanda, RI masih berdiri di Bukit Tinggi.

Situasi diperparah dengan propaganda yang dilakukan oleh Belanda di PBB dengan menyatakan Indonesia sudah tidak berdaulat lagi. Hal tersebut membuat para pemimpin nasional geram dan memutuskan untuk melakukan serangan terhadap pasukan Belanda yang berada di Yogyakarta.

Peran Para Tokoh Nasional dalam Serangan Umum 1 Maret

Awalnya, Sri Sultan HB IX sebagai raja Keraton Yogyakarta berdiskusi dengan Jendral Sudirman sebagai pimpinan TNI terkait situasi di Yogyakarta. Setelah dirasa cukup diputuskan akan dilakukan penyerangan. Kemudian, Jendral Sudirman meminta Letkol Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Komandan Brigade 10/Wehrkreise III untuk memimpin langsung penyerangan ke pusat ibu kota Yogyakarta terhadap pasukan Belanda.

Kembali mengutip dari laman Kemendikbud, Letkol Soeharto memimpin pasukan dari sektor barat sampai ke batas Malioboro. Sektor Timur dipimpin Ventje Sumual, sektor selatan dan timur dipimpim Mayor Sardjono, sektor utara oleh Mayor Kusno. Untuk sektor kota sendiri ditunjuk Letnan Amir Murtono dan Letnan Masduki sebagai pimpinan. TNI berhasil menduduki kota Yogyakarta selama 6 jam. Tepat pukul 12.00 siang, sebagaimana yang telah ditentukan semula, seluruh pasukkan TNI mundur.

Keberhasilan Serangan Umum 1 Maret ini membuktikan bahwa eksistensi tentara Indonesia masih ada. Situasi ini membawa dampak yang sangat besar sekaligus memperkuat posisi tawar Indonesia dalam perundingan di Dewan Keamanan PBB.

Peran Soeharto dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX

Pada dasarnya Soeharto maupun Sultan HB IX sama-sama memiliki peran penting dalam serangan umum 1 Maret 1949. Soeharto yang saat itu menjabat sebagai Komandan Brigade 10/Wehrkreise III adalah pemimpin langsung dalam serangan umum tersebut.

Sementara itu, Sultan HB IX yang sebelum dibentuknya PDRI merupakan menteri pertahanan Indonesia sekaligus pemimpin tertinggi Yogyakarta memiliki peran untuk memantau dan mengatur stabilitas Yogyakarta saat itu.

Namun, yang menjadi kontroversi sampai saat ini ialah antara Soeharto dan Sultan HB IX masing-masing diklaim sebagai penggagas dilakukannya serangan umum 1 Maret 1949. Oleh karena itu, Batara Hutagalung dalam bukunya Serangan Umum 1 Maret 1949 (2016), menyebutkan bahwa rencana pelaksanaan Serangan Umum 1 Maret 1949 adalah rencana kolektif dari berbagai petinggi negara, pimpinan Yogyakarta, dan TNI.

Tokoh-Tokoh Serangan Umum 1 Maret 1949

Berikut adalah tokoh-tokoh Serangan Umum 1 Maret:

  • JendralSudirman
  • Kolonel TB Simatupang
  • Kolonel AH Nasution
  • Sri Sultan Hamengkubuwono IX
  • Gubernur KRMT Wongsonegoro
  • Kolonel Bambang Sugeng
  • Kolonel Gatot Subroto
  • Kolonel Wijono
  • LetkolSoeharto
  • Letkol M. Bachrun
  • LetkolAhmadYani
  • LetkolSarbiniMartodihardjo
  • Letkol Dr. WiliaterHutagalung
  • Mayor VentjeSumual
  • Mayor Sardjono
  • Mayor Kusno
  • Letnan Amir Murtono
  • Letnan Masduki
  • Letnan Marsudi

Baca juga artikel terkait SOSIAL BUDAYA atau tulisan lainnya dari Alhidayath Parinduri

tirto.id - Sosial budaya
Penulis: Alhidayath Parinduri
Editor: Iswara N Raditya