Menuju konten utama

Kontroversi Dukungan Sejumlah Anggota Viking kepada Jokowi-Ma'ruf

Segelintir anggota Viking menyatakan dukungan untuk Jokowi-Maruf. Kelompok lain menegaskan itu tak mewakili suara bobotoh Persib.

Kontroversi Dukungan Sejumlah Anggota Viking kepada Jokowi-Ma'ruf
Suporter Persib Bandung, Rabu (26/9/2018). ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi

tirto.id - Beberapa orang pendukung Persib Bandung mendatangi cawapres nomor urut 01, Ma’ruf Amin, Rabu (2/1/2019) kemarin. Pendukung Persib itu berasal dari Viking Persib Club (VPC), organisasi yang cukup tua, sudah berdiri sejak 17 Juli 1993.

Mereka menyatakan dukungan politik untuk Ma’ruf, juga Joko Widodo, dalam pilpres mendatang. “Secara struktural, Viking mendukung Jokowi-Ma’ruf,” kata Derek, salah satu anggota VPC yang datang, dikutip dari Antara.

Pernyataan Rendra serupa dengan Derek. Rendra adalah satu dari tujuh orang VPC lain yang mendatangi kediaman Ma’ruf Amin. Ia mengaku sudah dapat restu dari Heru Joko, Ketua Umum VPC. Mereka mendukung Ma’ruf karena merasa ada perhatian lebih dari Ketua Umum MUI non-aktif tersebut untuk sepak bola Indonesia.

“Kami hadir di sini atas perintah langsung oleh pak Heru Joko sebagai ketua kami. Kebetulan pak Heru tak hadir karena sedang di Jepang,” kata Rendra.

Meski demikian, Heru Joko, yang kini berstatus caleg DPRD dari salah satu partai kubu petahana Nasdem, enggan menegaskan kalau VPC memang dukung Jokowi-Ma’ruf dan mendatangi Ma’ruf adalah perintahnya seperti klaim Rendra dan Derek.

Dia hanya menyampaikan apabila pendukung Persib ingin ikut menyukseskan Pemilu 2019, tentu harus diteruskan.

“Kalau bermanfaat bagi kemajuan bangsa, tentu harus diperjuangkan. Kalau bermanfaat untuk kemajuan Indonesia, ya harus jangan takut,” kata Heru kepada reporter Tirto, Kamis (3/1/2019). “Takutnya itu kalau kita menipu, mencuri, itu kita takutkan. Kalau bersikap mah enggak boleh takut,” tambahnya.

Satu hal yang pasti, Heru memastikan tak ada sanksi kepada anggotanya yang punya pilihan politik berbeda.

“Nanti kita ngobrol langsung saja,” katanya seraya menutup panggilan telepon.

Tidak Mewakili Bobotoh

Dukungan yang mengatasnamakan pendukung Persib penting terutama bagi Jokowi. Maklum, dia terseok-seok di Jawa Barat. Pada pemilu terakhir, Jokowi—yang ketika itu didampingi Jusuf Kalla—cuma dapat suara 40,22 persen. Dia hanya berhasil unggul di Kabupaten Subang, Indramayu, Cirebon, dan Kota Cirebon.

TB Hasanuddin-Anton Charliyan yang diusung PDIP pun kalah di Pilgub Jabar.

Tapi yang perlu diingat, dukungan VPC, setidaknya seperti klaim Derek, tak mewakili suara seluruh pendukung Persib.

Pendukung Persib disebut bobotoh. Sementara VPC adalah satu dari sekian banyak organisasi bobotoh. Ada bobotoh yang tergabung dalam Ultras, Bomber (Bobotoh Maung Bandung Bersatu), atau malah tak tergabung organisasi sama sekali.

Hal ini ditegaskan Ketua Viking Frontline Tobias Ginanjar Sayidina. Tobias mengatakan segelintir bobotoh tentu tak mewakili seluruhnya. Viking Frontline sendiri adalah salah satu organisasi bobotoh. Dibanding organisasi lain, Viking Frontline memang terhitung muda. Ia baru berdiri pada 2005.

“Bobotoh kan diisi orang dari beragam latar belakang, ras, agama, dan termasuk pandangan politik. Artinya tidak bisa distereotip bobotoh itu dukung A atau dukung B. Sebetulnya keliru kalau ada statement dukung-mendukung,” jelas Tobias kepada reporter Tirto, Kamis (3/1/2019) siang.

Tobias sendiri berstatus caleg DPRD Jawa Barat dari Partai Gerindra. Tobias jelas akan menjagokan Ketua Umumnya sendiri sebagai presiden, Prabowo Subianto. Meski demikian toh dia tak memaksa organisasinya mengikuti pilihan politiknya.

“Kalau secara pribadi punya pilihan masing-masing itu pasti, tapi kalau secara organisasi atau kelompok sih enggak,” katanya. “Saya tidak pernah mengarahkan anggota Viking Frontline dukung si A atau si B.”

Dia berharap siapa pun pengurus organisasi bobotoh tidak mempolitisasi suporter sebagai lumbung suara. Meski memang itu mungkin sulit mengingat dua tim sukses sendiri punya ketertarikan mendekati kelompok suporter.

“Sejatinya bobotoh itu tidak berpolitik praktis, karena kami berasal dari beragam pandangan politik. Jangan juga ditarik ke pusaran untuk dukung-mendukung. Kalau secara pribadi individu berpolitik ya sah-sah saja, tapi kan yang tidak benar itu ketika mengatasnamakan organisasi untuk mendukung,” pungkas Tobias.

Baca juga artikel terkait PILPRES 2019 atau tulisan lainnya dari Felix Nathaniel

tirto.id - Politik
Reporter: Felix Nathaniel
Penulis: Felix Nathaniel
Editor: Rio Apinino